Mohon tunggu...
Adik Manis
Adik Manis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

*A simple girl* *Penikmat & pelajar fenomena kehidupan*

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mr. Abbot pamrih. Kita juga!

24 Februari 2015   21:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:34 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soalnya, kalau mau punya prinsip bahwa berbuat kebaikan agar kebaikannya diperhitungkan Tuhan, ya saya tidak terlalu berharap, soalnya memang merasa bukan orang baik, lagi pula itu juga termasuk pamrih. Cuma pamrihnya sama Tuhan, bukan sama manusia.

Dibebaskan dari pungutan biaya saat bernafas pakai oksigen, ya harus tahu bersyukur. Ibarat menumpang di rumah orang, ya tahu dirilah, jangan marah kalau disuruh-suruh. Jadi gimana ya rasanya kalau pamrih ke Tuhan? Koq berasa belagu & tidak tahu diri?

Makanya secara pribadi, saya malas pikir, mau masuk surga atau neraka? Ya, suka-suka Tuhan sajalah. Tapi kalau disuruh memilih, ya masuk surga dong, enak. Makanya saya tidak mau menyogok Tuhan dengan ritual ibadah atau dengan berbuat kebaikan sebagai imbalannya masuk surga kalau memang tidak ikhlas. Sama Tuhan saja tidak ikhlas, apalagi sama manusia.

Makanya kalau lagi malas, saya mengaku saja sama Tuhan kalau saya memang malas ibadah, yang penting sudah jujur. Karena mau ngeles ya tetap Tuhan tahu kalau saya memang malas tapi terpaksa karena pengen banget masuk surga, jadinya penipu. Tambah dosa lagi. Dosa yang kemarin saja masih menumpuk. Lagi pula, memangnya Tuhan bisa ditipu? Sadar diri belum baik, ya paling tidak, ya tidak munafiklah.

Makanya saya tidak pusing, kalau ada orang yang mengatakan "menceritakan kepada orang lain tentang kebaikanmu, sama saja dengan menghapusnya". Karena memang bukan kebaikan, hanya saja orang lain memang berhak untuk menerimanya.

Kalau ada orang yang saya tidak suka di dunia ini, yaitu orang yang tidak tahu bersyukur. Karena tidak tahu bersyukur inilah yang akan beranak pinak menjadi perbuatan keji lainnya, seperti mencuri, super pelit, iri hati, serakah, suka menghina, menipu dll.

Kalau ada kata yang mendefinisikan mengenai alasan memberi & mengabarkan apa yang seharusnya kita sebagai manusia lakukan, bukanlah karena kebaikan (kita baik) tapi karena merasa terberkati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun