Mohon tunggu...
Mey Lisawatul Munawaroh
Mey Lisawatul Munawaroh Mohon Tunggu... -

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sri Mbangun Nikah

29 Desember 2018   10:38 Diperbarui: 29 Desember 2018   10:42 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mas, aku tidak akan meninggalkanmu begitu saja dan aku tidak akan membebanimu. Biarkan Dilla ikut aku, aku akan merawat dan mendidiknya. Masa depannya akan terang bersamaku. Dan Mas akan kuberi modal, 50 juta. Kita bercerai!".

"Aku ceraikan kamu detik ini juga!".

***

Orang-orang itu tertawa-tawa di dapur. Memasak entah berapa banyak jenis masakan. Seorang wanita mengangkat baskom. Maka aku dapat dengan jelas menyaksikan api itu menyambar-nyambar di atas bara. Sesungguhnya hatiku seperti tungku itu. Lalu kenapa kalian di sini malah tertawa-tawa menyiapkan pesta untukku?

"Mas, kumohon jangan beritahu orang tuaku. Mereka sudah tua! Kita akan bercerai, tapi tolong jangan sekarang. Bapak dan Emak masih dalam senyum melihat kedatanganku. Ini masih hari kedua kepulanganku. Mereka bisa mati mendengar kita akan bercerai" rajukmu suatu malam.

"Jangkrik yang mengerikpun tahu itu adalah konsekuensi dari dramamu. Lalu kenapa kamu tidak pernah memikirkannya? Kamu perempuan Sri"

"Aku...a-aku..."

"Kamu punya suami dan anak"

"Dengannya aku tetap menjadi perempuan. Aku kesepian mas" ia menangis.

"Sri..." aku mulai iba. Marah itu sirna oleh air matamu. Sri, aku mamu memelukmu.

"Berhenti di situ! Aku bisa hidup tanpa Mas. Aku bisa mendapatkan apapun tanpa kamu Mas. Aku tidak bahagia di sini dengan keadaanku dalam hidupmu di tempat ini. Rasa kecewa dan rindu padamu itu tidak terbendung dan dia datang. Aku tidak ingin minta maaf karena aku memang merasakan indah dengan dia"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun