Mohon tunggu...
Mey Liasta Trihastina
Mey Liasta Trihastina Mohon Tunggu... Lainnya - Education

Pendidikan Sains Matematika Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Ilmu: Membangun Filsafat

16 Januari 2025   18:51 Diperbarui: 16 Januari 2025   18:51 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identifikasi Unsur-unsur Membangun Filsafat dalam Pembelajaran Matematika

a. Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme adalah salah satu aliran utama dalam psikologi yang menekankan studi tentang perilaku yang dapat diamati. Berikut ini adalah analisis aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam teori behaviorisme berdasarkan B.F. Skinner, salah satu tokoh utama behaviorisme:

1) Aspek Ontologi: Ontologi dalam teori behaviorisme berfokus pada realitas yang dapat diamati dan diukur. Menurut Skinner, satu-satunya realitas yang penting adalah perilaku yang dapat diamati. Ini berarti bahwa dalam behaviorisme:

  • Realitas utama: adalah perilaku yang dapat diamati dari organisme.
  • Unit analisis: adalah respon atau tindakan yang dilakukan oleh organisme sebagai reaksi terhadap rangsangan lingkungan.
  • Penolakan terhadap entitas mental: behaviorisme klasik mengabaikan atau meminimalkan pentingnya entitas mental seperti pikiran, perasaan, dan niat, karena dianggap tidak dapat diamati secara langsung dan karenanya tidak dapat diukur secara objektif.

2) Aspek Epistemologi: Epistemologi dalam behaviorisme berhubungan dengan cara memperoleh pengetahuan dan bagaimana kita bisa memahami perilaku:

  • Pendekatan empiris: Pengetahuan diperoleh melalui observasi dan eksperimen. Pengamatan langsung dan eksperimen terkontrol adalah metode utama untuk mengumpulkan data.
  • Prinsip verifikasi: Pengetahuan yang valid adalah yang dapat diuji dan diverifikasi melalui pengamatan yang berulang.
  • Prediktabilitas dan kontrol: Fokus pada prediksi dan kontrol perilaku. Jika suatu teori atau hipotesis tidak dapat digunakan untuk memprediksi atau mengontrol perilaku, maka teori tersebut dianggap tidak berguna dalam konteks behaviorisme.
  • Pengukuran kuantitatif: Penekanan pada pengukuran kuantitatif untuk memastikan obyektivitas dan keterulangan (reliabilitas) dari hasil penelitian.

3) Aspek Aksiologi: Aksiologi dalam teori behaviorisme berhubungan dengan nilai dan tujuan dari penelitian dan penerapan ilmu pengetahuan ini:

  • Pengendalian perilaku: Salah satu tujuan utama behaviorisme adalah pengendalian dan modifikasi perilaku untuk tujuan tertentu, misalnya dalam pendidikan, terapi, dan manajemen perilaku.
  • Manfaat praktis: Penekanan pada hasil yang dapat diterapkan dan memiliki manfaat praktis. Teori dan temuan behaviorisme harus dapat diaplikasikan untuk memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
  • Nilai objektivitas: Menjunjung tinggi objektivitas dan bebas dari nilai-nilai subjektif. Peneliti harus menjaga sikap ilmiah dan tidak membiarkan nilai pribadi mempengaruhi hasil penelitian.
  • Efektivitas dan efisiensi: Mengutamakan metode yang efektif dan efisien dalam mencapai hasil yang diinginkan dalam berbagai konteks penerapan, seperti pendidikan, terapi perilaku, dan pelatihan.

b. Teori Konektivisme

Teori konektivisme, yang dipopulerkan oleh George Siemens dan Stephen Downes, adalah sebuah teori pembelajaran yang menekankan peran teknologi dan jaringan dalam proses belajar. Berikut ini adalah analisis aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam teori konektivisme berdasarkan George Siemens:

1) Aspek Ontologi: Ontologi dalam teori konektivisme berfokus pada sifat pengetahuan dan realitas pembelajaran dalam konteks jaringan dan koneksi antara individu:

  • Realitas pengetahuan terdistribusi: Pengetahuan tidak lagi dipandang sebagai entitas yang dimiliki secara individual, melainkan sebagai sesuatu yang terdistribusi di seluruh jaringan. Pengetahuan ada di dalam pola-pola koneksi yang tersebar di antara node-node (individu, organisasi, informasi, dll.) dalam jaringan.
  • Koneksi sebagai unit dasar: Koneksi antara node dalam jaringan adalah unit dasar dari realitas pembelajaran. Pengetahuan diperoleh, dipertahankan, dan dimodifikasi melalui jaringan koneksi ini.
  • Dinamika dan perubahan: Pengetahuan dan pembelajaran adalah proses yang dinamis dan terus berubah seiring dengan perubahan dalam jaringan dan koneksi. Realitas pembelajaran adalah sesuatu yang fleksibel dan selalu berkembang.

2) Aspek Epistemologi: Epistemologi dalam konektivisme berkaitan dengan cara kita mengetahui dan memahami dunia melalui jaringan koneksi:

  • Pengetahuan sebagai konektivitas: Pengetahuan diperoleh melalui proses konektivitas antara berbagai node dalam jaringan. Belajar adalah proses membentuk dan memelihara koneksi.
  • Peran teknologi dan media: Teknologi dan media digital memainkan peran kunci dalam menghubungkan individu dan sumber informasi, sehingga memperluas akses dan distribusi pengetahuan.
  • Pembelajaran sebagai proses adaptif: Belajar dipandang sebagai kemampuan untuk mengenali dan menavigasi pola-pola dalam jaringan informasi. Pembelajar harus mampu beradaptasi dan mengintegrasikan informasi baru ke dalam jaringan pengetahuan mereka.
  • Pengetahuan yang selalu berkembang: Karena jaringan terus berubah, pengetahuan juga dianggap sebagai sesuatu yang selalu berkembang. Pemahaman yang kita miliki saat ini bisa berubah seiring dengan pembaruan dan perluasan jaringan koneksi kita.

3) Aspek Aksiologi: Aksiologi dalam konektivisme berhubungan dengan nilai dan tujuan dari pembelajaran dan penyebaran pengetahuan dalam konteks jaringan:

  • Nilai keterhubungan: Menjunjung tinggi nilai keterhubungan dan kolaborasi antar individu. Penekanan pada pentingnya berkontribusi dan mengakses jaringan pengetahuan.
  • Keterbukaan dan aksesibilitas: Mendorong keterbukaan dan aksesibilitas terhadap informasi dan pengetahuan. Koneksi dan jaringan harus terbuka untuk memungkinkan partisipasi luas dan inklusif.
  • Pembelajaran seumur hidup: Menghargai pembelajaran seumur hidup dan kemampuan adaptasi individu terhadap perubahan informasi dan teknologi. Pembelajaran tidak lagi dibatasi oleh ruang kelas atau waktu tertentu, tetapi berlangsung terus-menerus sepanjang hayat.
  • Manfaat sosial dan kolektif: Pengetahuan dan pembelajaran diharapkan memberikan manfaat tidak hanya untuk individu, tetapi juga untuk komunitas dan masyarakat secara keseluruhan. Kolaborasi dan berbagi pengetahuan dianggap penting untuk kemajuan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun