Mohon tunggu...
Meylan Cahya
Meylan Cahya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang yang suka membaca selain itu juga saya menyukai travelling dan kulineran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanggung Jawab Sosial Perspektif Al Quran (Kajian Surah Al Maun 1-7)

19 Mei 2024   15:36 Diperbarui: 19 Mei 2024   15:51 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam perspektif Al-Quran, tanggung jawab sosial adalah konsep yang mencakup kewajiban moral dan etis individu serta masyarakat Muslim untuk bertindak sesuai dengan ajaran Islam dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Al-Quran memberikan pedoman dan prinsip-prinsip yang jelas tentang bagaimana seorang Muslim harus berinteraksi dengan sesama manusia, alam, dan penciptanya. Salah satu surah yang mencerminkan pentingnya tanggung jawab sosial dalam Islam adalah Surah Al-Ma'un. 

Isi surat ini menjelaskan hal-hal yang gaib dan hari pembalasan, yaitu: membentak anak yatim, tidak mau menolong manusia untuk memberikan makanan kepada orang miskin, orang yang sholat dengan hati dan jiwa yang lalai, tidak merasakan kebesaran Allah, tidak menunaikan sholat dengan khusyuk dan memahami maksudnya, serta tentang orang yang tidak mau memberikan pertolongan kepada sesamanya. Artikel ini akan mengkaji Surah Al-Ma'un ayat 1-7 sebagai panduan bagi umat Muslim dalam menjalankan tanggung jawab sosial mereka.

Tafsir dan Implikasi surat Al-Ma'un

Ayat pertama

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan Agama?"

Tafsir         : Dalam ayat ini, Allah menghadapkan pertanyaan kepada Nabi Muhammad, "Apakah engkau mengetahui orang yang mendustakan agama dan yang dimaksud dengan orang yang mendustakan agama?" Pertanyaan ini dijawab pada ayat selanjutnya


Implikasi  : 1. Pentingnya Kontemplasi : Ayat ini dimulai dengan pertanyaan retoris yang mengundang pembaca untuk merenungkan dan memperhatikan perilaku orang-orang yang mendustakan agama. Implikasinya adalah pentingnya refleksi dan introspeksi terhadap tindakan dan sikap orang di sekitar kita, khususnya yang berkaitan dengan agama dan keyakinan.
2. Peringatan akan Konsekuensi Mendustakan Agama : Ayat ini memberikan peringatanbahwa mendustakan agama atau mengabaikan ajaran-ajaran agama dapat memiliki konsekuensi yang serius di dunia maupun di akhirat. Implikasinya adalah pentingnya memahami dan menghormati ajaran agama serta memperhatikan peran agama dalam membentuk perilaku dan moral seseorang.
3. Tantangan terhadap Keyakinan dan Nilai : Pertanyaan dalam ayat ini juga merupakan sebuah tantangan bagi orang-orang yang mendustakan agama untuk merenungkan kembali keyakinan dan nilai-nilai yang mereka anut. Implikasinya adalah ajakan untuk berpikir kritis tentang keyakinan dan nilai-nilai yang dipegang, serta pentingnya memiliki dasar yang kuat untuk keyakinan tersebut.
4. Korelasi dengan Sikap dan Perilaku : Ayat ini menyiratkan bahwa sikap seseorang terhadap agama dapat tercermin dalam perilaku dan tindakan mereka. Implikasinya adalah bahwa penolakan terhadap agama sering kali memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain dan memperlakukan sesama manusia.
5. Pentingnya Kehadiran Agama dalam Kehidupan : Ayat ini juga menekankan pentingnya keberadaan agama dalam kehidupan sosial dan moral manusia. Implikasinya adalah bahwa agama memberikan landasan moral dan etis yang penting dalam membimbing perilaku manusia dan menciptakan masyarakat yang beradab dan berempati.
6. Panggilan untuk Berbuat Baik dan Menghindari Keburukan : Ayat ini secara implisit mengajak untuk menolak perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama dan mengambil sikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Implikasinya adalah pentingnya menghindari perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama serta berupaya untuk selalu berbuat baik kepada sesama manusia.

Ayat Kedua

"Itulah orang yang menghardik anak yatim"

Tafsir         : Allah kemudian menjelaskan bahwa sebagian dari sifat orang yang mendustakan agama ialah orang-orang yang menolak dan membentak anak-anak yatim yang datang kepadanya untuk memohon belas kasihnya demi kebutuhan hidupnya. Penolakan itu sebagai penghinaan dan bentuk takabur terhadap anak-anak yatim tersebut.


Implikasi : 1. Perlindungan Anak Yatim : Ayat ini menyoroti perlunya melindungi dan membantu anak-anak yatim. Implikasinya adalah pentingnya memberikan perlindungan, kasih sayang, dan dukungan kepada anak-anak yang kehilangan satu atau kedua orang tua mereka.
2. Penolakan terhadap Perlakuan Kasar : Ayat ini menegaskan penolakan terhadap perlakuan kasar atau merendahkan terhadap anak yatim. Implikasinya adalah pentingnya menghormati martabat dan hak-hak anak yatim serta menjauhi segala bentuk eksploitasi dan perlakuan tidak adil terhadap mereka.
3. Panggilan untuk Memberikan Bantuan : Ayat ini juga dapat dianggap sebagai panggilan untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada anak yatim. Implikasinya adalah pentingnya sikap empati, kepedulian, dan kebaikan hati dalam membantu mereka yang membutuhkan, termasuk anak yatim.
4. Peringatan akan Konsekuensi Tindakan Buruk : Ayat ini mungkin juga mengandung peringatan akan konsekuensi bagi mereka yang melakukan tindakan tidak baik terhadap anak yatim. Implikasinya adalah bahwa Allah memperhatikan perlakuan kita terhadap orang-orang yang lemah dan terpinggirkan, dan tindakan buruk terhadap mereka tidak akan luput dari perhatian-Nya.
5. Pentingnya Keadilan Sosial : Ayat ini juga menyoroti pentingnya keadilan sosial, di mana setiap individu, termasuk anak yatim, memiliki hak yang sama untuk diperlakukan dengan adil dan dihormati. Implikasinya adalah bahwa masyarakat harus memastikan bahwa hak-hak anak yatim diakui dan dilindungi secara penuh.

Ayat Ketiga 

"dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin."

Tafsir        : Allah menegaskan lebih lanjut sifat pendusta itu, yaitu dia tidak mengajak orang lain untuk membantu dan memberi makan orang miskin. Bila tidak mau mengajak orang memberi makan dan membantu orang miskin berarti ia tidak melakukannya sama sekali. Berdasarkan keterangan tersebut, jika seseorang tidak sanggup membantu orang miskin, maka hendaklah ia menganjurkan kepada orang lain agar melakukan usaha yang mulia tersebut.

Implikasi : 1. Kepedulian Terhadap Orang Miskin : Ayat ini menyoroti pentingnya peduli dan memberikan bantuan kepada orang miskin. Implikasinya adalah bahwa kita seharusnya aktif dalam memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan, terutama dalam hal memberikan makanan dan kebutuhan dasar lainnya.

2. Pentingnya Memberikan Sumbangan : Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya memberikan sumbangan atau sedekah kepada orang miskin. Implikasinya adalah bahwa memberikan makanan kepada orang miskin merupakan salah satu cara untuk memenuhi kewajiban kita sebagai sesama manusia yang peduli terhadap kebutuhan orang lain.

3. Penolakan Terhadap Kikir : Ayat ini menegaskan penolakan terhadap sifat kikir atau kedekatan diri dari orang miskin. Implikasinya adalah bahwa kita harus menjauhkan diri dari sikap egois dan berbagi rezeki kita dengan mereka yang kurang beruntung.

4. Pentingnya Ajakan Memberi : Ayat ini dapat dipahami sebagai ajakan untuk memberi dan membantu mereka yang membutuhkan. Implikasinya adalah bahwa memberi makanan kepada orang miskin merupakan salah satu bentuk ibadah dan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

5. Mendorong Kebijaksanaan dalam Beramal : Ayat ini juga menyoroti pentingnya kebijaksanaan dalam memberikan bantuan kepada orang miskin. Implikasinya adalah bahwa kita harus memilih cara yang paling efektif dan bermanfaat untuk membantu mereka yang membutuhkan, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi mereka.

Ayat Keempat dan Kelima

,

"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari solatnya"

Tafsir       : Kata Ibnu 'Abbas, yang dimaksud di sini adalah orang-orang munafik yaitu yang mereka shalat di kala ada banyak orang, namun enggan shalat ketika sendirian. (Shahih Tafsir Ibnu Katsir, 4: 691)
Dalam ayat disebutkan "", bagi orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang biasa shalat dan konsekuen dengannya, lalu mereka lalai. Yang dimaksud lalai dari shalat bisa mencakup beberapa pengertian:
1. Lalai dari mengerjakan shalat.
2. Lalai dari pengerjaannya dari waktu yang ditetapkan oleh syari'at, malah mengerjakannya di luar waktu yang ditetapkan.
3. Bisa juga makna lalai dari shalat adalah mengerjakannya selalu di akhir waktu selamanya atau umumnya.

4. Ada pula yang memaknakan lalai dari shalat adalah tidak memenuhi rukun dan syarat shalat sebagaimana yang diperintahkan
5. Lalai dari shalat bisa bermakna tidak khusyu' dan tidak merenungkan yang dibaca dalam shalat.
Lalai dari shalat mencakup semua pengertian di atas. Setiap orang yang memiliki sifat demikian, maka dialah yang disebut orang yang lalai dari shalat. Jika ia memiliki seluruh sifat tersebut, maka semakin sempurnalah kecelakaan untuknya dan yang membuatnya menjadi orang-orang yang merugi.

Implikasi : 1. Peringatan akan Keterlaluan : Implikasi pertama dari ayat-ayat ini adalah peringatan keras bagi mereka yang melakukan shalat, namun dengan cara yang tidak sungguh-sungguh atau sering lalai. "Celakalah" merupakan sebuah peringatan yang serius akan konsekuensi dari melakukan shalat dengan cara yang kurang memadai atau penuh lalai.

2. Pentingnya Kualitas dalam Ibadah : Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa tidak cukup hanya melakukan shalat secara mekanis atau hanya menjalankan ritualnya saja. Implikasinya adalah pentingnya menjaga kualitas dalam ibadah shalat, dengan memberikan perhatian penuh terhadap setiap gerakan dan kata-kata yang diucapkan dalam shalat, serta menyadari makna dan tujuan dari ibadah tersebut.

3. Kesadaran Spiritual yang Diperlukan : Kesadaran spiritual adalah aspek penting dalam ibadah, dan ketidaksungguhan dalam shalat dapat mengurangi kesadaran tersebut. Implikasinya adalah bahwa kita perlu selalu menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap ibadah kita dan mengarahkan hati serta pikiran kita sepenuhnya kepada-Nya saat melakukan shalat.

4. Pengingat akan Akibat Keterlaluan : Celaka adalah peringatan akan akibat buruk yang mungkin terjadi bagi mereka yang terlalu sering lalai dalam shalat. Implikasinya adalah bahwa kita harus memperhitungkan konsekuensi dari perbuatan kita, termasuk dalam hal menjalankan ibadah, dan berusaha untuk tidak melalaikan kewajiban agama kita.

5. Peringatan akan Kehilangan Nilai Ibadah : Ayat-ayat ini mengingatkan bahwa shalat yang dilakukan dengan lalai atau tanpa kesadaran penuh akan kehilangan nilai dan maknanya di mata Tuhan. Implikasinya adalah pentingnya menjalankan ibadah shalat dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab.

Ayat Keenam

"yang berbuat riya,"

Tafsir        : Allah menambah penjelasan terkait sifat seorang pendusta agama, yaitu mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan lahir hanya semata karena riya, tidak terkesan dalam jiwanya untuk meresapi hikmahnya.

Implikasi : 1. Penolakan terhadap Sikap Pamer : Ayat ini menegaskan penolakan terhadap perilaku yang bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pujian dari orang lain. Implikasinya adalah bahwa tindakan baik harus dilakukan dengan niat yang tulus, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau untuk menarik perhatian orang lain.
2. Kesadaran akan Niat : Implikasi utama dari ayat ini adalah pentingnya menjaga kesadaran akan niat kita dalam melakukan perbuatan baik. Tindakan yang dilakukan dengan ikhlas akan lebih bernilai di hadapan Allah daripada tindakan yang dilakukan untuk kesombongan atau kepentingan pribadi.
3. Penekanan pada Kehadiran Allah : Ayat ini mengingatkan kita akan keberadaan Allah yang Maha Mengetahui. Implikasinya adalah bahwa kita harus menjalani kehidupan dengan kesadaran bahwa Allah melihat setiap tindakan dan niat kita, sehingga kita tidak boleh berpura-pura atau berbuat riya untuk mendapatkan pujian dari manusia semata.
4. Pentingnya Kesederhanaan : Implikasi lainnya adalah pentingnya menjalani kehidupan dengan sederhana dan rendah hati. Sikap pamer atau riya sering kali berkaitan dengan kesombongan dan keinginan untuk menonjolkan diri. Oleh karena itu, kita diingatkan untuk menjauhi sikap yang bertentangan dengan nilai-nilai kesederhanaan dan rendah hati.
5. Ajakan untuk Ikhlas : Ayat ini secara implisit mengajak kita untuk bertindak dengan ikhlas, tanpa mengharapkan balasan atau pujian dari manusia. Implikasinya adalah bahwa keikhlasan dalam berbuat baik adalah kunci untuk mendapatkan keridhaan Allah dan memperoleh pahala yang sejati di akhirat.

Ayat Ketujuh

"dan enggan (memberi) bantuan."

Tafsir       : Allah menambahkan lagi terkait sifat seorang pendusta agama, yaitu mereka yang tidak mau memberikan barang-barang yang diperlukan oleh orang yang membutuhkannya. Keadaan orang yang taat kepada agama berbeda dengan orang yang mendustakan agama. Sifat pendusta agama diantaranya yaitu bersikap ciya, curang, aniaya, takabur, kikir, memandang rendah orang lain, tidak mementingkan yang lain kecuali dirinya sendiri, bangga dengan harta dan kedudukan, serta tidak mau mengeluarkan sebagian dari hartanya.

Implikasi : 1. Penolakan terhadap Kepedulian : Ayat ini menyoroti perilaku mereka yang menolak untuk memberikan bantuan, bahkan yang kecil sekalipun, kepada orang lain. Implikasinya adalah bahwa sikap menahan diri atau kikir dalam memberikan bantuan bertentangan dengan ajaran agama yang mendorong untuk berbuat baik dan murah hati kepada sesama.

2. Pentingnya Kemurahan Hati : Implikasi utama dari ayat ini adalah pentingnya memiliki sikap kemurahan hati dan kepedulian terhadap kebutuhan orang lain, termasuk dalam hal memberikan bantuan yang kecil sekalipun. Tindakan kecil tersebut dapat memiliki dampak yang besar bagi mereka yang menerima bantuan tersebut.

3. Tantangan terhadap Sikap Kikir : Ayat ini merupakan tantangan terhadap sikap kikir dan penolakan untuk berbagi rezeki dengan orang lain. Implikasinya adalah bahwa kita harus berusaha untuk mengatasi sifat kikir dan egoisitas dalam diri kita, dan bersedia memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, tanpa memandang seberapa kecil atau besar bantuan tersebut.

4. Pentingnya Perbuatan Kecil : Implikasi lainnya adalah bahwa tidak ada perbuatan baik yang terlalu kecil untuk dilakukan. Meskipun bantuan yang diberikan mungkin terlihat kecil, namun hal tersebut masih memiliki nilai dan kebaikan yang besar di mata Allah. Oleh karena itu, kita diingatkan untuk tidak meremehkan perbuatan baik yang kecil.

Kesimpulan

Dari penjelasan tentang Tanggung Jawab Sosial Perspektif Al-Quran (Kajian Surah al-Ma'un 107:1-7) dapat diambil kesimpulan bahwa surah ini memberikan pandangan yang sangat jelas dan tegas tentang pentingnya tanggung jawab sosial dalam Islam. Poin-poin penting yang dapat disimpulkan adalah:

1. Tindakan Kebaikan : Al-Quran menekankan pentingnya melakukan tindakan kebaikan, bahkan yang sekecil apapun, terhadap sesama sebagai bagian dari ibadah kepada Allah.

2. *Kesucian Niat : Perilaku sosial yang benar harus didasarkan pada niat yang tulus, tanpa mengharapkan pujian atau pengakuan dari orang lain, melainkan semata-mata karena Allah.

3. *Penolakan Terhadap Sikap Egois*: Surah ini mengecam sikap egois dan tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain. Menolak memberikan bantuan dengan alasan remeh dianggap sebagai tindakan yang tercela.

Kesimpulannya, tanggung jawab sosial adalah bagian integral dari ajaran Islam yang harus dijalankan dengan penuh kesucian niat dan tanggung jawab. Ini menunjukkan bahwa keimanan yang sejati tidak hanya terletak dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam perilaku dan hubungan sosial yang memperhatikan kebutuhan sesama.

Meylan Cahya Ningrum

dosen pengampu : Dr. Hamidullah Mahmud, Lc. M.A

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun