Mohon tunggu...
Meylan Cahya
Meylan Cahya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang yang suka membaca selain itu juga saya menyukai travelling dan kulineran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanggung Jawab Sosial Perspektif Al Quran (Kajian Surah Al Maun 1-7)

19 Mei 2024   15:36 Diperbarui: 19 Mei 2024   15:51 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tafsir       : Kata Ibnu 'Abbas, yang dimaksud di sini adalah orang-orang munafik yaitu yang mereka shalat di kala ada banyak orang, namun enggan shalat ketika sendirian. (Shahih Tafsir Ibnu Katsir, 4: 691)
Dalam ayat disebutkan "", bagi orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang biasa shalat dan konsekuen dengannya, lalu mereka lalai. Yang dimaksud lalai dari shalat bisa mencakup beberapa pengertian:
1. Lalai dari mengerjakan shalat.
2. Lalai dari pengerjaannya dari waktu yang ditetapkan oleh syari'at, malah mengerjakannya di luar waktu yang ditetapkan.
3. Bisa juga makna lalai dari shalat adalah mengerjakannya selalu di akhir waktu selamanya atau umumnya.

4. Ada pula yang memaknakan lalai dari shalat adalah tidak memenuhi rukun dan syarat shalat sebagaimana yang diperintahkan
5. Lalai dari shalat bisa bermakna tidak khusyu' dan tidak merenungkan yang dibaca dalam shalat.
Lalai dari shalat mencakup semua pengertian di atas. Setiap orang yang memiliki sifat demikian, maka dialah yang disebut orang yang lalai dari shalat. Jika ia memiliki seluruh sifat tersebut, maka semakin sempurnalah kecelakaan untuknya dan yang membuatnya menjadi orang-orang yang merugi.

Implikasi : 1. Peringatan akan Keterlaluan : Implikasi pertama dari ayat-ayat ini adalah peringatan keras bagi mereka yang melakukan shalat, namun dengan cara yang tidak sungguh-sungguh atau sering lalai. "Celakalah" merupakan sebuah peringatan yang serius akan konsekuensi dari melakukan shalat dengan cara yang kurang memadai atau penuh lalai.

2. Pentingnya Kualitas dalam Ibadah : Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa tidak cukup hanya melakukan shalat secara mekanis atau hanya menjalankan ritualnya saja. Implikasinya adalah pentingnya menjaga kualitas dalam ibadah shalat, dengan memberikan perhatian penuh terhadap setiap gerakan dan kata-kata yang diucapkan dalam shalat, serta menyadari makna dan tujuan dari ibadah tersebut.

3. Kesadaran Spiritual yang Diperlukan : Kesadaran spiritual adalah aspek penting dalam ibadah, dan ketidaksungguhan dalam shalat dapat mengurangi kesadaran tersebut. Implikasinya adalah bahwa kita perlu selalu menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap ibadah kita dan mengarahkan hati serta pikiran kita sepenuhnya kepada-Nya saat melakukan shalat.

4. Pengingat akan Akibat Keterlaluan : Celaka adalah peringatan akan akibat buruk yang mungkin terjadi bagi mereka yang terlalu sering lalai dalam shalat. Implikasinya adalah bahwa kita harus memperhitungkan konsekuensi dari perbuatan kita, termasuk dalam hal menjalankan ibadah, dan berusaha untuk tidak melalaikan kewajiban agama kita.

5. Peringatan akan Kehilangan Nilai Ibadah : Ayat-ayat ini mengingatkan bahwa shalat yang dilakukan dengan lalai atau tanpa kesadaran penuh akan kehilangan nilai dan maknanya di mata Tuhan. Implikasinya adalah pentingnya menjalankan ibadah shalat dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab.

Ayat Keenam

"yang berbuat riya,"

Tafsir        : Allah menambah penjelasan terkait sifat seorang pendusta agama, yaitu mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan lahir hanya semata karena riya, tidak terkesan dalam jiwanya untuk meresapi hikmahnya.

Implikasi : 1. Penolakan terhadap Sikap Pamer : Ayat ini menegaskan penolakan terhadap perilaku yang bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pujian dari orang lain. Implikasinya adalah bahwa tindakan baik harus dilakukan dengan niat yang tulus, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau untuk menarik perhatian orang lain.
2. Kesadaran akan Niat : Implikasi utama dari ayat ini adalah pentingnya menjaga kesadaran akan niat kita dalam melakukan perbuatan baik. Tindakan yang dilakukan dengan ikhlas akan lebih bernilai di hadapan Allah daripada tindakan yang dilakukan untuk kesombongan atau kepentingan pribadi.
3. Penekanan pada Kehadiran Allah : Ayat ini mengingatkan kita akan keberadaan Allah yang Maha Mengetahui. Implikasinya adalah bahwa kita harus menjalani kehidupan dengan kesadaran bahwa Allah melihat setiap tindakan dan niat kita, sehingga kita tidak boleh berpura-pura atau berbuat riya untuk mendapatkan pujian dari manusia semata.
4. Pentingnya Kesederhanaan : Implikasi lainnya adalah pentingnya menjalani kehidupan dengan sederhana dan rendah hati. Sikap pamer atau riya sering kali berkaitan dengan kesombongan dan keinginan untuk menonjolkan diri. Oleh karena itu, kita diingatkan untuk menjauhi sikap yang bertentangan dengan nilai-nilai kesederhanaan dan rendah hati.
5. Ajakan untuk Ikhlas : Ayat ini secara implisit mengajak kita untuk bertindak dengan ikhlas, tanpa mengharapkan balasan atau pujian dari manusia. Implikasinya adalah bahwa keikhlasan dalam berbuat baik adalah kunci untuk mendapatkan keridhaan Allah dan memperoleh pahala yang sejati di akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun