Salah satu contoh budaya yang masih ada hingga saat ini adalah Sekaten.
Sekaten berasal dari kata "sekati," yang dulunya merupakan nama alat gamelan pusaka kraton dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
1. Sekaten berasal dari kata "suka" dan "ati," yang berarti senang hati.
2. Sekaten berasal dari kata "sesek" dan "ati," yang berarti sesak hati.
3. Sekaten berasal dari dua kalimat syahadat atau syahadatain.
Sejarah Sekaten tidak terlepas dari upaya Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam, yang sudah dilakukan sejak masa Kerajaan Demak. Saat itu, mayoritas masyarakat memeluk kepercayaan Hindu dan Buddha. Untuk menarik perhatian warga, Sunan Kalijaga menggunakan lagu-lagu ciptaannya yang diiringi alat musik gamelan. Metode ini berhasil mengumpulkan warga dan digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam serta membimbing mereka dalam mengucapkan kalimat syahadat. Oleh karena itu, Sunan Kalijaga mendapat julukan "Kyai Sekati," yang berakar dari makna Sekaten dan berasal dari kata syahadatain.
# Tujuan Sekaten
Perayaan Sekaten diadakan setiap tahun untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Selain itu, pada zaman dahulu, Sekaten berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.
Upacara Sekaten dilaksanakan secara sakral oleh keraton melalui serangkaian prosesi tertentu. Ada beberapa pantangan yang harus dipatuhi, termasuk bagi para abdi dalem yang bertugas menabuh gamelan, yang harus menjaga sikap selama menjalankan tugas. Mereka juga diwajibkan untuk berpuasa dan menyucikan diri sebelum bertugas. Selain itu, gamelan tidak boleh dimainkan pada malam Jumat dan siang hari Jumat sebelum waktu shalat zuhur.
# Prosesi Sekaten
Upacara Sekaten terdiri dari lima prosesi, yaitu Miyos Gangsa, Numplak Wajik, Kondur Gangsa, Garebeg, dan Bedhol Songsong.