Harapan AC Milan melangkah ke perempat final Liga Eropa pupus usai gagal menjinakkan Manchester United di San Siro, dinihari tadi (19/3/2021).
Sejatinya, Ibrahimovic dkk yang bermain di rumah sendiri mempunyai peluang besar untuk lolos dari babak 16 besar Liga Eropa. Il Diavolo hanya perlu bermain imbang tanpa gol untuk memastikan diri melaju ke 8 besar.
Mengingat pada laga leg pertama yang berlangsung di Old Trafford (12/3/2021), pasukan Stefano Pioli berhasil mencuri 1 gol tandang sekaligus menahan imbang Setan Merah 1-1.
Namun pada pertemuan kedua dinihari tadi, Milan tak mampu berbuat banyak untuk meladeni permaianan tim asuhan Ole Gunnar Solskjaer. Gol semata wayang Paul Pogba pada menit ke-48 mengubur mimpi Milan berlaga di partai perempat final.
Tiket Liga Champions musim depan
Sempat tampil ciamik di awal perhelatan Serie A dan menjadi juara paruh musim, performa Milan di putaran kedua justru mengalami penurunan signifikan.
Dari 24 total poin yang bisa dikumpulkan sejak dimulainya putaran kedua, Milan hanya mampu mengumpulkan 13 poin. Artinya, tim Merah-Hitam sudah kehilangan 11 poin dalam 8 laga.
Jika dibandingkan dengan 4 tim lainya (penghuni 5 besar klasemen sementara), maka Milan merupakan tim yang paling banyak kehilangan angka di putaran kedua.
Kita bandingkan saja dengan Atalanta dan Napoli sejak dimulainya putaran kedua. Atalanta dan Napoli sama-sama baru kehilangan 8 poin dari 24 total poin. Juventus hanya kehilangan 5 angka, sedangkan Inter belum kehilangan angka sama sekali.
Menilik fakta di atas, tidak berlebihan jika AC Milan disebut-sebut terancam gagal finish di posisi 4 besar atau terlempar dari zona liga Champions.
Nah, sebenarnya dalam laga melawan MU di babak 16 besar Liga Eropa ini, merupakan kesempatan besar bagi Milan untuk menjaga asa meraih tiket Liga Champions musim depan.
Apabila Rossoneri meraih kemenangan atau setidaknya meraih hasil imbang 0-0 kala menjamu Manchester United, maka Milan berhak lolos ke 8 besar. Hal tersebut tentunya mampu memompa kepercayaan diri para pemainnya.
Namun, Milan gagal memanfaatkan kesempatan teesebut. Mereka justru mengalami kekalahan di kandang dan membuatnya tersingkir dari Liga Eropa. Hal ini tentunya membuat mental para pemain Milan semakin terpuruk.
Jika mental pemain semakin terpuruk. Apa yang bisa diharapkan Milan dalam mengarungi 11 laga tersisa di Serie A?
Meski demikian, Rossoneri masih punya kesempatan untuk tidak terlempar dari empat besar sampai akhir musim.
Adanya bomber gaek, Zlatan Ibrahimovic-lah yang menjadi alasannya. Dalam situasi seperti ini, sifat Zlatan yang tak kenal menyerah diharapkan mampu membangkitkan mental rekan setimnya.
Jika mentalitas yang dimiliki oleh Ibrahimovic bisa menular ke rekan satu timnya, maka tiket Liga Champions musim depan bukan hal yang mustahil untuk diraih.
Baca juga: AC Milan Terancam Batal Mentas di Liga Champions Musim Depan
Wajah Serie A
Tersingkirnya AC Milan dari kompetisi tertinggi benua biru kasta dua, semakin memperburuk citra sepak bola Italia di mata dunia.
Sebelumnya, seluruh delegasi Italia tersingkir di babak 16 besar kompetisi tertinggi Eropa, Liga Champions, kecuali Inter Milan yang sudah angkat kaki sebelum fase knockout dimulai.
Tidak adanya wakil Italia yang berlaga di perempat final Liga Champions musim ini, dan hanya menempatkan satu wakilnya di 8 besar Liga Eropa (AS Roma) bukanlah sesuatu yang mengherankan.
Jika membandingkan pertanding di Serie A dan liga-liga top Eropa lainnya, seperti Liga Primer Inggris, La Liga dan Bundesliga Jerman, maka tampak jelas bahwa kualitas Serie A memang jauh tertinggal.
Di liga-liga top Eropa lainnya, sudah menerapkan gaya permainan sepak bola modern yang menuntut inovasi taktik. Disini, Serie A masih setia dengan gaya permainan yang sudah termakan jaman, yaitu gaya permainan bertahan.
Dalam sepak modern seperti saat ini, setiap tim dituntut untuk terus berinovasi dalam taktik dan strategi. Apabila tidak bisa melakukan, maka bersiaplah menerima kekalahan demi kekalahan.
Contoh kecilnya seperti ini, kemana perginya pelatih-pelatih yang dulu punya nama besar seperti, Arsene Wenger, Fabio Capello, dan Louis van Gaal?Mereka semua hilang karena tak bisa mengikuti perkembangan sepak bola modern.
Hanya pelatih yang mampu mengikuti perkembangan jaman (Ronald Koeman salah satunya) yang mampu tetap eksis di tengah-tengah gempuran pelatih yang menerapkan sepak bola modern seperti Pep Guardiola, Hansi Flick, Thomas Tuchel dan nama bekan lainnya.
Itulah penyebab Serie A kalah secara kualitas dari liga-liga top Eropa lainnya. Serie A tak mampu beradaptasi terhadap perkembangan sepak bola modern.
Seandainya seluruh bintang Liga Primer Inggris pindah ke Serie A, tapi gaya permainan kompetisi tersebut masih tetap seperti sekarang, maka tetap mustahil wakil Italia mampu berbicara banyak di level Eropa.
Salam,
-Mex'r-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H