Mohon tunggu...
Mex Rahman
Mex Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Son-Brother-Friend

Bermimpi tiduri Monica Bellucci

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inter Milan di Ujung Tanduk

8 Maret 2021   00:15 Diperbarui: 8 Maret 2021   00:55 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raksasa ritel asal Tiongkok, Suning Group telah memutuskan untuk menghentikan segala aktivitas salah satu klub sepak bola yang berada di bawah naungannya, Jiangsu FC, lantaran krisis finansial yang menerpa perusahaan tersebut sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

Diberhentikannya aktivitas operasional Jiangsu FC oleh Suning menjadi sinyal kuat bahwa raksasa ritel tersebut juga akan melakukan hal yang sama terhadap klub sepak bola lainnya yang berada di bawah naungannya, yaitu Inter Milan, sebagai upaya untuk keluar dari krisis ekonomi yang sedang dialami dengan cara menghentikan segala aktivitas bisnis yang tidak terkait dengan ritel.

Sejak awal tahun ini, memang sudah berhembus kencang kabar bahwa Suning akan menjual Inter Milan dalam waktu dekat. Ironisnya kabar tersebut, kini mendekati kenyataan.

Steven Zhang yang merupakan presiden Inter Milan, saat ini sudah melakukan negosiasi ke beberapa investor untuk mengambil alih kepemilikan La Beneamata.

Presiden Inter Milan - Steven Zhang. (sumber: inter.it)
Presiden Inter Milan - Steven Zhang. (sumber: inter.it)

Sejak membeli Inter Milan, 6 Juni 2016 silam, Suning telah menghabiskan dana sekitar 700 juta euro untuk membangun kembali raksasa sepak bola Italia tersebut.

Hal tersebut membuat Inter kembali menjadi tim papan atas Serie A. Tidak hanya itu, sejak di bawah kekuasaan Suning, keuangan Inter menjadi sehat dan pendapatan terus bertumbuh dari tahun ke tahun. Puncaknya adalah di tahun 2019, pendapatan Inter Milan tumbuh 30% menjadi 365 juta euro.

Namun, terjangan pandemi Covid-19 membuat Inter menderita krisis finansial kronis.

Kondisi Keuangan Inter Milan

Pertumbuhan ekonomi tim Biru-Hitam di tahun 2020 terjun bebas. Menurut situs konsultan keuangan tersohor, deloitte, pendapatan Inter turun 20% menjadi 291,5 juta euro.

Pendapatan Inter Milan tahun 2020. (sumber: deloitte)
Pendapatan Inter Milan tahun 2020. (sumber: deloitte)

Kerugian Inter paling besar berada di sektor penjualan cinderamata, yaitu sebesar 37% atau 56,7 juta euro.

Kemudian disusul kerugian dari sektor hak siar, yaitu sebesar 14,4% atau sebesar 23 juta euro.

Kendati demikian, pendapatan Inter dari sektor penjual tiket penonton justru mengalami pertumbuhan sebesar 14% menjadi 56,9 juta euro.

Pertumbuhan dari sektor penjualan tiket ini berasal dari asuransi gangguan usaha (business interruption insurance) yang menanggung kerugian Inter dari penjualan tiket penonton.

Inter Milan merupakan salah satu dari tiga klub yang meraup keuntungan dari penjualan tiket saat pendemi, bersama Tottenham Hotspur dan Zenit St. Petersburg.

Grafik pendapatan Inter Milan dari tiga sektor. (sumber: deloitte)
Grafik pendapatan Inter Milan dari tiga sektor. (sumber: deloitte)

Berkaca dari data di atas, cukup masuk akal jika Suning Group yang juga sedang diterjang krisis ekonomi akibat pandemi, lantas menjual Inter Milan sebagai upaya mengatasi masalah tersebut dengan cara menghentikan semua bisnis yang tidak terkait dengan ritel.

Karena Inter tidak hanya merugi di tahun 2020 saja, tapi Inter juga memiliki hutang yang sangat besar, yaitu sekitar 375 juta euro, serta menanggung beban gaji pemain sebesar 149 juta euro per tahun.

Sangat ironis, raksasa yang baru bangkit dari tidur panjang dan sedang berjuang meraih kehormatan yang sudah lama hilang, justru dibekap krisis finansial parah yang akan membawanya menuju pintu gerbang kebangkrutan.

Ditinggal Sponsor

Penderitaan Inter Milan tidak hanya berhenti sampai disitu. Penderitaan Inter selanjutnya datang dari pihak sponsor utama, Pirelli.

Jersey Inter dengan logo sponsor legendaris, Pirelli (sumber: intermilan.id)
Jersey Inter dengan logo sponsor legendaris, Pirelli (sumber: intermilan.id)

Perusahaan ban asal Italia sudah menjadi donatur utama bagi Inter Milan selama 27 tahun. Pirelli bukan hanya sponsor yang logonya menempel di jersey Biru-Hitam, tapi Pirelli adalah bagian dari sejarah panjang Inter Milan.

Akan sangat aneh, melihat Inter bermain tanpa logo Pirelli yang menempel di dadanya, mulai musim depan.

Dijual Suning dan ditinggal Pirelli, ancaman kebangkrutan Inter Milan tampak begitu nyata.

Harus Juara

Kendati demikian, Inter Milan masih mempunyai satu kesempatan untuk terlepas dari ancaman kebangkrutan, yaitu menjadi juara Serie A musim ini. Hanya Serie A, hanya satu kesempatan.

Jika Inter sukses meraih scudetto musim ini, maka peluang mendapatkan pemilik baru dan menarik sponsor baru, terbuka sangat lebar. Selain itu, uang hasil juara bisa digunakan untuk melanjutkan petualangan.

Kans Inter meraih scudetto musim ini terbuka cukup lebar. Saat ini La Beneamata berada di puncak klasemen Serie A.

Jika tim besutan Antonio Conte ini mampu mempertahankan performa impresifnya dan tidak kehilangan banyak poin di 13 laga tersisa, maka trofi Lega Calcio akan kembali ke Giusseppe Meazza.

Jika Inter mampu melakukannya, maka hal ini akan menjadi kisah heroik yang melegenda di masa depan.

Salam,

-Mex'r-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun