Hal ini bertujuan untuk mengeliminasi lini pertama pressing lawan sehingga bola langsung terkirim ke pemain Inter yang tinggal berhadapan dengan lini pertahanan lawan.
Handanovic kerap memainkan peran ini dengan cara melakukan umpan jauh ke depan dengan target Lukaku. Kemudian Lukaku berperan sebagi tembok/pemantul bola ke pemain yang berdiri di belakangnya.
Kemudian pemain tersebut mengirim bola ke Hakimi (pemain sayap) yang membawa bola kemudian melakukan umpan diagonal ke kotak penalti lawan.. Lini pertahanan lawan menjadi kocar-kacir dengan skema ini. Di musim ini, lewat skema tersebut Inter banyak menciptakan gol.
Atau, Handanovic melakukan kerja sama dengan pemain belakang untuk menarik lini pertama lawan melakukan pressing. Setelah lini pertama terlewati, pemain belakang seperti Bastoni bisa mengirimkan umpan jauh langsung ke jantung pertahanan lawan, atau bisa juga mengirim umpan ke sayap kiri lalu dari sayap kiri melakukan/merubah arah serangan ke kanan yang kosong, kemudian terjadi gol. Lihat saja gol-gol Inter musim ini. Kebanyakan tercipta dengan proses seperti itu.
Menghadapi lini pertama pressing lawan bukan hal yang mudah, apalagi jika lawan memainkan strategi high-pressing. Pemain belakang harus memainkan ball possession saat melakukan build-up pendek di belakang. Disini peran kiper sangat krusial. Sedikit saja kesalahan kiper, dapat berakibat fatal yaitu terciptanya gol mudah untuk lawan.
Inilah alasan Inter mempertahankan Samir Handanovic. Handanovic mampu memainkan peran ini dengan sangat baik. Dia tetap tenang saat menguasai bola. Tidak terintimidasi oleh pressing lawan.
Inter yang saat ini menjadi tim tersubur di Serie A dengan 51 gol, bukan semata-semata berkat Lukaku, Lautaro, Barella, atau Hakimi. Tapi ada peran krusial Handanovic dalam membuat taktik Conte membangun serangan dari bawah yang melibatkan kiper (deep build-up) berjalan dengan baik.
Tidak banyak kiper sanggup memainkan peran ini dengan baik. Bahkan Alison Backer yang hebat pun sulit melakukan peran ini. Saat dikalah City dengan 4-1 dia dua kali mengumpan bola ke pemain City yang keduanya berujung dengan gol. Allison tidak sanggup menghadapi pressing lini pertama City.
Kesalah kiper saat terlibat build-up pendek di belakang juga pernah dipertontonkan oleh mantan kiper utama Chelsea, Kepa. Dia tidak sanggup menghadapi ganasnya pressing Liverpool dan memberikan bola kepada Mane dan terjadilah gol mudah.
Sangat sedikit kiper yang jago memainkan peran ini dengan sangat baik. Hanya ada beberapa nama diantaranya seperti Ter Stegen, Claudio Bravo, Manuel Neuer, Samir Handanovic, dan Ederson Moreira (lihat saja kemampuannya memainkan bola di antara pressing Salah, Mane, dan Firmino).