Hasilnya di musim 2019/2020 untuk pertama kalinya sejak kedatangan Handanovic, Inter mampu mengakhiri musim dengan menempati posisi ke-2 yang hanya berselisih 1 poin dari sang juara, Juventus.
Cerita kebangkitan Inter tidak berhenti sampai di situ. La Beneamata juga mampu mencapai final EUFA Europa League, meski akhirnya harus puas dengan status runner-up setelah kalah atas Sevilla dengan skor 3-2. Pencapaian ini juga mebawanya masuk ke dalam squad terbaik EUFA Europa League musim 2019/2020.
Namun sayangnya, di musim ini (2020/201) di saat Inter sedang dalam perjalanan kembali menjadi tim hebat, performa Handanovic yang kini berusia 36 tahun justru menurun. Di musim ini ia kerap melakukan kesalahan-kesalah fatal yang membuat tim harus kebobolan gol. Penampilan jauh menurun dari musim-musim sebelumnya.
Musim ini, di laga Seria A saja, dari 21 laga dimana dia selalu diturunkan, Handanovic sudah kebobolan 23 gol. Jelas ini bukan suatu hal yang baik bagi tim yang berjuang meraih kembali kehormatannya.
Lebih parahnya lagi, dia kerap melakukan blunder yang berujung gol untuk lawan. Dia juga kerap hanya "membiarkan" bola masuk ke gawangnya.
Ini jelas membuatnya mendapatkan banyak kritik. Desakan untuk mengganti dirinya dengan mendatangkan kiper baru mengalir dengan deras. Rumor tentang kandidat-kandidat penggantinya juga santer diberitakan.
Sebagai penggemar berat Inter sejak 1998, aku juga merasa sangat kesal dengan hal ini. Saya juga bertanya-tanya kenapa dia tidak diganti saja, dia juga sudah tua kan.
Tapi, seperti topik pilihan Kompasiana yaitu Sweet Karma rasa kesalku terhadapa penurunan performa Handanovic berubah menjadi salut setelah melihat taktik yang diterapkan oleh Conte. Oh, sepertinya aku terkena sweet karma. hahaha.
Oke, kembali lagi ke Handanovic. Setelah melihat taktik Conte, aku jadi menemukan alasan kenapa Handanovic tidak diganti saja. Berikut alasan Inter mempertahankan Handanovic meski performanya sedang jelek-jeleknya.
Taktik Antonio Conte adalah melakukan deep build-up yang melibatkan kiper. Bola sengaja dimainkan di belakang untuk memancing pressing lawan.