Mohon tunggu...
Meutia Azzahra
Meutia Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan BBM Bersubsidi dan Konsep Dasar Kebijakan Publik di Indonesia

30 Desember 2024   22:47 Diperbarui: 30 Desember 2024   22:46 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Salah satu kebijakan publik yang telah lama menjadi perhatian di Indonesia adalah subsidi bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan ini dirancang untuk menjaga daya beli masyarakat dengan menekan harga BBM agar lebih terjangkau. Namun, di balik manfaatnya, kebijakan ini juga memunculkan tantangan, seperti beban fiskal yang berat bagi anggaran negara dan konsumsi BBM yang meningkat secara tidak terkendali.

Tinjauan Identifikasi Masalah dan Proses Kebijakan Subsidi BBM

Subsidi BBM dimulai dengan identifikasi masalah, yaitu tingginya biaya energi yang berdampak pada daya beli masyarakat. Pemerintah kemudian merumuskan kebijakan subsidi untuk memberikan harga BBM yang lebih rendah kepada masyarakat. Keputusan ini diadopsi melalui proses politik, di mana pemerintah, parlemen, dan aktor lain terlibat dalam menentukan skema subsidi. Implementasi dilakukan melalui distribusi BBM bersubsidi di seluruh Indonesia, sementara evaluasi dilakukan secara berkala untuk menilai dampaknya terhadap ekonomi dan masyarakat.

Sebagai bagian dari proses ini, pemerintah sering menghadapi dilema dalam menyeimbangkan kepentingan berbagai pihak. Misalnya, subsidi BBM di satu sisi meringankan beban masyarakat berpenghasilan rendah, tetapi di sisi lain, meningkatkan konsumsi berlebihan dan memicu dampak lingkungan. Oleh karena itu, kebijakan ini membutuhkan pengawasan ketat dan evaluasi yang berkesinambungan.

Pendekatan Ekonomi dalam Kebijakan BBM

Subsidi BBM mencerminkan pendekatan ekonomi dalam kebijakan publik, yang berfokus pada stabilitas harga dan daya beli masyarakat. Kebijakan ini bertujuan mengurangi kesenjangan ekonomi, terutama bagi kelompok berpenghasilan rendah. Namun, subsidi BBM sering kali menjadi tidak tepat sasaran karena juga dinikmati oleh kelompok masyarakat yang lebih mampu secara ekonomi.

Misalnya, sebuah studi pada 2019 menunjukkan bahwa sekitar 40% dari total subsidi BBM di Indonesia justru dinikmati oleh kelompok masyarakat menengah ke atas yang memiliki kendaraan pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa desain kebijakan subsidi memerlukan perbaikan untuk memastikan bahwa manfaatnya benar-benar dirasakan oleh kelompok yang paling membutuhkan.

Pendekatan Sosial dalam Kebijakan BBM

Dari sisi sosial, subsidi BBM bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan memastikan akses energi yang terjangkau. Kebijakan ini sejalan dengan tujuan kebijakan publik untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Namun, subsidi ini juga menghadapi tantangan sosial, seperti meningkatnya ketergantungan masyarakat pada bahan bakar bersubsidi.

Ketergantungan ini tidak hanya membebani anggaran negara, tetapi juga memperlambat transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan. Dalam konteks global, subsidi bahan bakar fosil sering kali dikritik karena bertentangan dengan upaya mengurangi emisi karbon. Oleh karena itu, pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan alternatif yang lebih berkelanjutan, seperti subsidi untuk kendaraan listrik atau energi terbarukan.

Keterkaitan dengan Konsep Dasar Kebijakan Publik

Subsidi BBM mencerminkan karakteristik kebijakan publik yang melibatkan banyak aktor, berbasis pada data, dan bertujuan menyelesaikan masalah publik. Kebijakan ini juga menunjukkan pentingnya evaluasi sebagai bagian dari proses kebijakan untuk memastikan bahwa tujuan awal dapat tercapai tanpa menciptakan masalah baru. Misalnya, pada tahun 2022, pemerintah mengurangi subsidi BBM dan mengalihkan dana tersebut ke sektor pendidikan dan infrastruktur, menunjukkan adaptasi kebijakan berdasarkan kebutuhan yang lebih mendesak.

Pelajaran dari Kebijakan Subsidi BBM

Pengalaman subsidi BBM menunjukkan bagaimana sebuah kebijakan yang pada awalnya tampak ideal bisa membawa dampak positif dan negatif. Pada satu sisi, kebijakan ini membantu masyarakat menengah ke bawah untuk tetap memiliki daya beli terhadap kebutuhan energi mereka. Namun di sisi lain, ketidaktepatan sasaran penerima subsidi dan dampaknya terhadap anggaran negara sering menjadi masalah yang berulang.

Melalui proses evaluasi yang lebih cermat, pemerintah memiliki peluang untuk memperbaiki desain kebijakan ini. Misalnya, penggunaan teknologi digital untuk mendata penerima subsidi yang layak dapat mengurangi ketidaktepatan sasaran. Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan dapat menjadi langkah awal untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM bersubsidi.

Subsidi BBM juga menjadi pelajaran tentang bagaimana kebijakan harus selalu disesuaikan dengan dinamika sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terus berubah. Bukan hanya tentang angka atau laporan, tetapi juga bagaimana kebijakan ini dirasakan oleh masyarakat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun