Mohon tunggu...
Mety DwiMariana
Mety DwiMariana Mohon Tunggu... Lainnya - Calon Pendidik

Saya seorang staf keuangan yang sedang menempuh pendidikan sebagai guru matematika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebab Masih Rendahnya Pendidikan di Indonesia dengan Negara Lain

13 Juli 2022   22:45 Diperbarui: 13 Juli 2022   23:35 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting atas kemajuan suatu bangsa dan negara, suatu bangsa dan negara tidak akan pernah maju jika masih mempunyai SDM yang kurang baik, oleh karena itu pendidikan ialah landasan utama untuk memajukan suatu bangsa. 

Mengapa Indonesia sampai sekarang masih belum maju dan selalu menjadi negara berkembang, padahal sudah merdeka sejak tahun 1945 silam? Salah satu penyebabnya yaitu sistem pendidikan yang belum masuk ke dalam kategori yang baik, dengan sistem pendidikan yang seperti itu akan menghasilkan generasi muda yang kurang baik pula, dengan generasi muda yang buruk melahirkan SDM yang buruk pula (tidak bisa bersaing). Oleh karena kita tidak perlu bingung jika dibandingkan oleh negara lain.

Lemahnya kurikulum di Indonesia, kurang mahirnya guru-guru Indonesia, dan kurangnya dukungan dari lingkungan dan sekolah menjadi faktor utama peringkat literasi Matematika siswa kita menjadi urutan terbawah. Kurikulum pendidikan matematika di Tanah Air belum menekankan pada pemecahan masalah, melainkan pada hal-hal prosedural. 

Siswa dituntut untuk bisa menghafal rumus-rumus yang ada, tetapi mereka kurang menguasai penerapannya dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan. Selain itu, objek materi pelajaran yang diberikan oleh guru juga tidak lengkap jika dibandingkan dengan kurikulum internasional, misalnya Cambridge. "Tidak sempurnanya kurikulum pendidikan matematika yang ada di Indonesia yang membuat nilai peringkat literasi matematika kita rendah. Hal lainnya adalah kurangnya penggunaan kalkulator oleh siswa Indonesia dalam menyelesaikan persoalan atau permasalahan yang diberikan. 

Di luar negeri para siswa tidak perlu menghafal rumus karena sudah disediakan di depan kelas. Tetapi jika di Indonesia, siswa justru ditekankan untuk dapat menghafalkan rumus dan sering kali dilarang menggunakan kalkulator dalam mengerjakan soal. Siswa di luar negeri terbiasa menggunakan kalkulator, karena kalkulatorlah alat bantu mereka dalam memecahkan masalah. Untuk soal-soal yang tergolong mudah, mereka menghitung manual. Tetapi jika mengerjakan soal-soal yang diberikan sulit, maka penggunaan kalkulator diperbolehkan karena guru ingin mendorong kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Sementara itu, jika dilihat dari segi guru, kurangnya kualifikasi pendidikan dianggap membuat rendahnya peringkat literasi matematika Indonesia. Faktor lainnya adalah masih minimnya pelatihan dan bimbingan menulis karya ilmiah bagi para guru. Literasi di Indonesia dapat dikatakan rendah.

Anak-anak bangsa Indonesia perlu diajarkan untuk berliterasi sejak masa dini. Keadaan literasi yang kurang baik memerlukan banyak peran dalam membalikkan keadaan. Gerakan literasi perlu ditekankan baik di sekolah maupun di rumah, dibimbing oleh guru ataupun orang tua. Berbagai macam cara dapat kita lakukan dan kapan saja untuk melakukan gerakan literasi itu.

Pihak guru dan siswa perlu dipersiapkan secara matang. Pemerintah perlu menginvestasikan potensi guru di Indonesia. Potensi guru yang baik dapat meningkatkan skor literasi siswa. Diperlukan usaha yang besar untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 

Pemerintah juga perlu meningkatkan investasi dalam pendidikan di Indonesia. Tidak hanya memerhatikan sekolah-sekolah yang ada di kota besar, akan tetapi memerhatikan juga sekolah-sekolah yang ada di desa.

Indonesia memiliki sistem pendidikan terendah di dunia, tidak akan pernah ada negara yang akan meniru sistem pendidikan seperti indonesia, mengapa bisa dikatakan rendah ? Berikut ini beberapa fakta pendidikan di indonesia sampai saat ini :

  1. Di SD bahkan sejak TK murid murid kecil di indonesia sudah dibebani dengan banyaknya tugas dan PR, sedangkan di negara dengan pendidikan terbaik seperti finlandia contoh nya mereka tidak pernah memberikan tugas atau pr selama 6 tahun pendidikan pertama siswa, artinya selama SD tidak ada tugas dan PR untuk siswa SD di finlandia. "The children are not measured at all for the first six years of their education" artinya anak anak tidak diukur selama 6 tahun pendidikan pertama mereka.
  2. Di Finlandia tidak mengenal sistem strata sekolah yang membeda bedakan sekolah satu dengan yang lainnya, di Indonesia sangat banyak, mulai dari SMA PLUS, SMA PINTAR, SMA RSBI, SMA RSI, dll. Untuk beberapa waktu lalu sekolah RSBI/RSI telah dicabut oleh kementrian pendidikan. Sistem seperti ini menciptakan kasta baru pada dunia pendidikan indonesia, adakah manfaatnya dengan diterapkan sistem sekolah sekolah seperti ini ? TIDAKKK...
  3. Guru dan tenaga pengajar negara-negara maju tidak pernah menyalahkan dan marah pada setiap pekerjaan atau tugas masing masing siswa nya JIKA MEREKA SALAH, karena hal itu dapat membuat siswa malu dan tidak percaya diri di kemudian hari, mereka hanya diminta untuk belajar sendiri dan membandingkan dengan hasil yang telah lalu, apakah ada peningkatan atau penurunan. 

Berbeda dengan Indonesia entah itu di SMP atau SMA, guru tidak pernah IBA membentak dan mencaci maki murid nya dengan kata kata kotor seperti (dasar kamu, ini aja kamu tidak bisa, lihat thu teman kamu).  Padahal dengan caci maki kepada murid bukan membuat murid bisa rajin malah membuat siswa malu, tak memiliki kepercayaan diri, dan tak bisa berkreativitas sendiri karena selalu ditekan dan dipermalukan selama ia belajar. Maka dari itu jangan heran jika tak ada murid yang mau bertanya pada gurunya ketika diberi kesempatan saat disuruh bertanya. 

Lihatlah wajah pendidikan kita ini setiap guru selesai memberi pelajaran dan ditanya apakah ada yang bertanya, maka pasti murid akan diam dan kalau ada itupun hanya satu satu saja. Kenapa hal itu terjadi ? Ini disebabkan sistem mengajar guru yang salah, sebab yang salah sering dimarahi dan ditertawakan oleh guru dan teman teman yang lain sehingga membuat siswa tidak memiliki kepercayaan diri untuk bertanya atau tampil kedepan. (POTRET NYATA DUNIA PENDIDIKAN KITA).

Di negara Finlandia dengan sistem pendidikan terbaik dunia tidak pernah menerapkan sistem ranking siswa. Mengapa tidak ada ranking di Finlandia? Alasan ini mereka katakan karena sistem ranking hanya membuat guru fokus hanya kepada siswa siswa yang pintar, sedangkan siswa yang kurang pintar sering diabaikan. Hal ini terbukti di indonesia ? yang sudah kita tahu bahwa guru guru dalam mengajar siswanya, mereka hanya akan fokus pada siswa yang juara di kelas, dan bahkan lebih parahnya para guru sering membedakan murid yang pintar dan yang kurang pintar, hal ini terbukti dengan sistem adanya kelas unggulan dan tidak unggulan. (Memang sangat menyedihkan sistem pendidikan di negeri kita)

Kesimpulan

Literasi matematika di Indonesia masih sangat rendah dilihat dari hasil PISA 2018 yang menyatakan Indonesia menduduki peringkat ke 7 dari bawah sedunia. Hal ini bisa terjadi karena lemahnya kurikulum yang ada di Indonesia, kurang mahirnya guru-guru Indonesia, dan kurangnya dukungan dari lingkungan dan sekolah menjadi faktor utama peringkat literasi Matematika siswa kita di urutan terbawah, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih tergolong kurang baik.

Ada beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki literasi matematika di  Indonesia yaitu dengan mempersiapkan guru dan siswa secara matang, potensi guru harus ditingkatkan dengan berbagai pelatihan yang menunjang pembelajaran, dan yang paling terpenting adalah sistem pendidikan kita yang tertinggal ini bisa dibenahi oleh seluruh elemen elemen yang bertanggung jawab seperti pemerintah, guru, dan kementrian terkait agar terciptanya sebuah sistem pendidikan yang baru, tujuannya agar bangsa ini memiliki sumber daya manusia yang pandai dan bisa bersaing. Jangan pernah berharap Indonesia bisa maju jika sistem belajar di negara kita masih seperti ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun