Erwin mengangguk lalu setelah mengucapkan salam, ia meninggalkan ruanganku. Setelah Erwin menutup pintu ruangan, kupandang wajah Danu. Wajahnya masih terlihat keruh, tapi tatap matanya sudah tidak sepedih tadi.
"Danu, apa yang membuat kamu begitu marah mendengar candaan Erwin tadi?"
"Saya enggak suka dibilang bego. Itu nyakitin!"
"Ada yang pernah bilang seperti itu ke kamu sebelumnya, Nu?"
Danu menunduk. Tangannya mengepal. Aku bangkit dari kursi dan duduk di sebelahnya, lalu kembali kutepuk bahunya lembut.
"Ada yang pernah nyakitin kamu dengan kata-kata itu, Nu?"
"Papa!"
"Papa?"
"Papa selalu bilang begitu kalo lihat rapor saya, Bu."
Aku menarik napas panjang, rasanya aku mulai paham.
"Mungkin maksud papamu nggak seperti itu. Mungkin, Papa ingin kamu belajar lebih rajin supaya nilaimu lebih meningkat, Nu."