"Oh, berarti itu salah pilih," Aku masih enjawab santai. Ekspresinya kaget, jelas membuat wajahnya berubah, tapi kali ini ada senyuman di wajahnya. Tidak menyangka aku akan menjawab begitu. "Kamu memang bandel, sangat bandel. Kurang ajar. Tapi kamu harus tetap belajar, tidak bisa tidak, harus mau sampai bisa. Aku akan tetap ke sini, memenuhi kewajiban. Bisa jadi salah pilih, karena kamu memang tidak berperasaan."
Walaupun setelah kejadian itu aku tetap selalu mengikuti pembelajaran demi pembelajaran, pemijatan tulang, memindahkan syarat demi syaraf, mengenal mahluk demi mahluk sekilas. Walaupun bisa dikatakan, pembelajaran mahluk yang aku terima dari dia sempat membuatku salah arah. Tetapi ada kemampuan pemijatan tulangnya adalah hal luar biasa yang aku peroleh. Dua tahun aku belajar darinya hingga aku pindah. Apapun keadaannya, entah mengapa, aku selalu bisa melewati pembelajaran dengan gemilang. Dan Bang Seda sangat bangga dengan pencapaianku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H