Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Megawati Soekarnoputri dan Jokowi dalam "Stand Up Comedy" Kongres PDIP V Bali

9 Agustus 2019   08:10 Diperbarui: 9 Agustus 2019   17:49 2119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis (8/8/2019) saya menonton stand up comedy paling spektakuler tahun ini. Stand up comedy yang mampu membuat saya sakit perut, saking lucunya. Saya malah tertawa ngakak, tanpa bisa ditahan lagi, entah untuk keberapa kalinya.

Ya, stand up comedy yang dibawakan oleh pemimpin besar kita, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo di Konggres PDIP V di Sanur Bali hari ini, Kamis, 8 Agustus 2019. 

Luar biasa. Suasana konggres kali ini memang tidak biasa, kehadiran para pendukung Koalisi Indonesia Kerja dan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Sugianto membuat suasana yang berbeda. Menteri-menteri hadir di deretan kursi paling depan. Biasanya dalam suasana yang diliput media dengan kehadiran tokoh-tokoh bangsa seperti ini, mereka menjaga sikap dengan tetap jaim.

Situasi dijaga dengan kondusif. Pembawa acara menyampaikan bahwa peserta yang hadir harus menjaga suasana dan sikap, karena acara ini diliput oleh media lokal, nasional, dan internasional. Tapi sepertinya, untuk Kongres V PDIP ini, imbauan itu tidak berlaku. 

Suasananya menjadi benar-benar ambyar, bubar, dan semua tertawa bersama dalam kebersamaan. Tidak ada lagi bedanya siapa kader parpol PDIP atau bukan, tamu undangan atau bukan, semua cair menjadi satu. Sebelum acara dimulai, suasana sempat agak ramai, karena tamu undangan yang hadir melebihi kapasitas kursi yang tersedia.

Ada beberapa undangan yang akhirnya rela berdiri di barisan paling depan, misalnya Sekjen PSI, atau sekadar berbagi kursi. Di deretan kursi paling depan, di mana hadir undangan dari KIK, tampak duduk berbonceng-boncengan. Hal ini justru menambah ramai suasana, karena semua datang dengan sangat antusias.

Bu Megawati benar-benar membuktikan telah menjadi seorang dengan kematangan pribadi dan kedewasaan yang luar biasa. Mampu merangkul kadernya sendiri dan semua pihak di luar kader dalam koalisi KIK, termasuk pihak lawan, yaitu Partai Gerindra. Kedewasaan berpolitinya telah benar-benar ada di dalam dirinya. 

Dalam sebuah kedewasaan, maka pertempuran politik yang demikian keras, mampu beliau kemas dan disampaikan dengan cara yang lucu dan sangat menarik.

Berikut ini salah satu cuplikannya:

"Ketika Posko pemenangan lawan di pindah ke Jateng, hmmmm, deg-deg an saya, jujur. Mana Mas Bowo. Akhirnya saya memutuskan untuk datang sendiri ke Jateng, dan saya bilang Banteng berhenti merumput, asah tanduknya, kita harus menang."

Di kesempatan pidato berikutnya, Jokowi juga menyambut kalimat Megawati:

"Untung poskonya dipindah ke Jateng kalau tidak, mungkin ya bantengnya masih merumput terus." 

Cuplikan berikutnya adalah saat Megawati menyampaikan betapa capeknya beliau saat Pilpres, bertempur dengan Kubu Prabowo, "Capek saya perang terus, Bapak (Prabowo) sih bikin saya capek."

Tentu saja hal ini disambut pecahnya gelak tawa seluruh hadirin.

Saya tidak hanya ingin menyampaikan bagaimana suasana cairnya hari ini, tetapi saya ingin menyoroti bagaimana keikhlasan seorang Megawati Soekarnoputri dalam mengahadapi segala peristiwa. 

Bagaimana kekuatan dan keteguhan hatinya, dalam melangkah dan mengambil keputusan secara konsisten dalam panggung politik Indonesia. Tanpa keikhlasan yang demikian dalam, maka tidak akan pernah lahir kekuatan dan keyakinan yang demikian besar.

Tanpa keyakinan, tidak akan lahir keikhlasan yang demikian kuat. Dua hal yang saling berkaitan. Dan ini telah dimiliki dengan sangat sukses oleh Megawati sehingga mampu merangkul semua perbedaan dan pertempuran dengan suasana tetap membahagiakan.

Megawati sangat layak diberi gelar Ibu Demokrasi, di mana saya pernah melihat dan mendengarkan secara langsung di depan saya pada suatu waktu yang sangat lampau di rumahnya, di Teuku Umar. 

Saat itu ada seseorang yang sedang menghadap, kalau tidak salah itu masih ada hubungan saudara dengan Almarhum suaminya, Bapak Taufik Kiemas, yang bersangkutan menyampaikan keinginannya untuk menjadi ketua DPD dan sekaligus jabatan politis, kalau tidak salah ketua DPRD.

Megawati menanggapi dengan wajah yang sangat datar, tanpa kemarahan, bahkan dibilang dengan sangat keibuan, khas Ibu Megawati. Dengan tangan bersedekap di dada, Ibu berkata kepada orang yang duduk di depannya, "Ya tidak bisa begitu. Kamu harus milih salah satu. Kalau orang itu namanya serakah, semua mau diambil sendiri. Sana kamu itu mikir dulu, nanti mantepnya yang mana, jangan dua-duanya. Milih itu ya salah satu, bukan semua. Masing- masing tugas itu berat tanggung jawabnya, nanti hasilnya juga tidak bagus." Orang itu diam menunduk.

Bu Megawati mengalihkan perhatian ke saya dan berkata, "Ini lho penyakit, kalau mau terpilih ngomongnya manis-manis. Nanti kalau sudah jadi dan menang, baru sebentar saja suka lupa sama tugas awalnya, rakyat yang milih malah ditinggalkan. Piye tho, makanya aku itu suka nyinyir nek sama anak-anak itu."

"Kalau dibukukan aku marah-marah ke anak-anak itu sudah jadi berjilid-jilid serinya." Dan kami langsung tertawa bersama-sama mendengar gurauan Ibu yang selalu penuh dengan kesabaran ini.

Demokrasi berikutnya yang paling berkesan adalah bagaimana Ibu selalu mengedepankan kader terbaiknya untuk maju, walaupun tanpa uang ataupun katebelece. Tanggung jawab seluruh kader untuk mendukungnya. Di antaranya ada Ahok, ada Jokowi, ada Hasto Wardoyo.

Gotong royong membutuhkan sosok yang berjiwa besar dan mampu merangkul semua ragam perbedaan, dan Megawati telah dengan sangat sukses mampu melakukannya.

Kita tunggu episode suksesi Ketua Umum PDIP antara Prananda Prabowo dan Puan Maharani. Mampukah Ibu membawa kedamaian dan kesuksesan tanpa perpecahan dalam regenerasi seperti ketika melakukan regenerasi jabatan politik.

Catatan berikutnya, PDIP adalah partai besar dengan pengaruh besar. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran pihak-pihak eksternal yang memenuhi kursi barisan paling depan. 

Ini adalah tanda agar kader PDIP mawas diri dalam memilih orang yang akan diajak terlibat dalam pelaksanaan pemerintahan dan proses kehidupan politik bangsa. Kehadiran pihak eksternal bisa dibaca, bahwa mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kepentingannya. 

Berdasarkan pengalaman periode sebelumnya, mereka akan datang dan meringsek, mengambil porsi yang seharusnya bukan porsi mereka. Namun demikian, meringsek, mendesak, mengambil, adalah sebuah permainan dalam politik.

Politik adalah permainan panjang, dalam sebuah permainan, tidak ada lagi curang atau etika, hanya siapa menang atau kalah. Jangan sampai siapa yang menjadi pemenang, tapi dia yang gigit jari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun