"Bergeraklah  terus, anakku. Menggerakkan seluruh raga, pikiran dan hatimu, dalam  sebuah kesatuan gerak dan langkah menjadi kekuatan pendobrak kekuatan  negeri ini. Menjadi arah dan tujuan dalam pergerakanmu, bukan untuk  siapa yang menang dan kalah, tetapi untuk kebesaran negeri ini.  Mengembalikan apa yang seharusnya menjadi hak milik sah negeri ini.  Hatimu bisa dan kamu mampu, kamu bisa dan kamu kuat anakku. Semua yang  diperlukan untuk semua langkahmu telah disiapkan untukmu."
Sekali  lagi aku menatap negeri ini dengan mata hatiku, nusantara dalam  genggaman, negeri tercinta tempat aku berpijak, tempat aku menyerahkan seluruh hidupku dengan segala air mata hatiku, dengan segala cinta dalam  kehidupanku.Â
Dan ternyata, lagi-lagi aku menarik nafas panjang dan jauh  lebih dalam lagi, ternyata semua itu belumlah cukup, jauh dari cukup,  sangat kurang jika harus diberikan untuk negeri ini, semua yang aku  berikan harus lebih besar lagi, lebih lebih kuat lagi, lebih -lebih  iklas lagi, dalam sebuah curahan air mata yang menyimbolkan besarnya  kekuatan dan semangat untuk melangkah. Bukan air mata sebagai simbol  kelemahan hatiku. Merubah semua mind set, merubah semua hal yang sedang  aku pikirkan dan lakukan.
Berkaca dan bercermin pada alas Mentaok, membaca pesan dan kesan, membaca semua hal yang tersirat  dan jejak langkah dari keadaan sebuah tempat, energi yang tertinggal dan  tersimpan di dalamnya dan aku harus bersyukur bahwa aku bisa membaca  pesan yang tersimpan, pesan yang tersirat untuk langkahku.
Cinta negeri tidaklah cukup untuk membuat negeri ini berubah tetapi harus sangat cinta sekali. Semangat saja tidak cukup tetapi harus sangat semangat dan sangat kuat dengan kemauan dan niat yang sangat besar bergerak saja tidak cukup, tetapi harus bergerak dengan sangat-sangat cepat bukan hanya maju, tetapi kamu harus berlari bukan hanya memimpin, tetapi kamu harus melawan musuhmu tetapi hal yang harus kau lakukan pertama kali adalah mengalahkan dirimu sendiri mengalahkan segala kelemahanmu mengalahkan segala kekerdilan hatimu dalam melangkah dan meluruskan niat hati membersihkan hati dari kotoran-kotoran nafsu dan kekuasaan yang menjadi penyakit dalam setiap perjuangan kamu harus melangkah dan seterusnya berlari dengan cepat anakku tanpa belenggu diri tanpa ragu dan menatap masa depan negeri cerah di dalam genggamanmu.
Bismilah Tuhan, aku melangkah dalam langkah yang semakin mantap dengan degup jantung yang semakin keras bagaikan tabuhan dentang genderang perang dan semuanya menjadi awal untuk perjalanan selanjutnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H