Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertarungan Pilpres 2019 Jokowi Vs Sandiaga dalam Proses Spiritual Negeri

22 Agustus 2018   12:36 Diperbarui: 22 Agustus 2018   20:07 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olah gambar pribadi

Semua  terdiam dalam hening, mata hati bergerak melihat pergerakan demi  pergerakan yang sedang terjadi di bumi nusantara.  Menghidupkan mata  bathin agar semakin jernih melihat segala sesuatu yang sedang terjadi di  negeri permata surga. Negeri indah yang sedang dalam kegalauannya.

"Anakku,  kita bisa melihat bersama kali ini, bahwa dunia bathin bagaikan jagad  raya duniawi yang sama-sama, siapa yang bisa mengendalikan, dialah  pemenang yang sesungguhnya. Dan kali ini kita melihat, bahwa dunia bukan  diisi oleh manusia, tetapi juga hewan-hewan dengan berbagai macam  bentuknya, yang hampir sama dengan dunia nyata. Dan lagi-lagi mereka  juga bisa dikendalikan oleh manusia. Manusia yang memang secara utuh  telah belajar laku prehatin dalam sebuah rumusan laku yang sudah  tersusun demikian sistematis, sehingga mampu menguasai dan mengendalikan  dunia bathin. Dan kamu sebenarnya adalah salah satu dari mereka."  Panembahan Senopati membaca peristiwa yang sedang kita lihat  bersama-sama dan masig tetap dengan memandang ke alam nusantara dari  atas bukit.

"Saya mengerti, Romo Panembahan. Tetapi  saya sendirian, sementara mereka melakukan bersama-sama dalam sebuah  kekuatan besar, yang bisa dengan mengobrak-abrik negeri ini. Apalah  artinya saya dibandingkan mereka, kekalahan yang benar-benar kalah,  lemah karena sendiri dan tak berdaya"

"Anakku, Engkau  tidak bisa menafikkan saat pemilihan calon-calon kemarin, engkau bisa  melawan, saat negara adidaya spiritual menginginkan kita terjatuh dalam  kebodohan dalam memilih calon supaya terjebak pada pemimpin-pemimpin  bodoh yang bisa dikendalikan, yang bisa dibodoh-bodohi, dan engkau dua  kali sudah bisa melewatinya dengan baik. Walaupun kali ini, kamu hanya  bisa mendapatkan setengah dari masing-masing pasangan."

"Dan ini ke  depannya akan mempunyai efek tidak sedikit, bahwa siapapun yang akan  menjadi pemenang, negeri ini tidak akan ada dalam kehancuran. Masih akan  ada yang tidak bisa dikendalikan, karena dalam setiap pasangan ada yang  mempunyai dasaran laku dan keyakinan akan dirinya. Ini sesuatu yang  luar biasa. memunculkan calon-calon pemimpin baru yang bisa membuat  negeri ini lebih baik. Ini adalah karena salah satu hasil atas apa yang  kamu lakukan. Jangan engkau pernah berkecil hati."

Kutelungkupkan  kedua telapak tanganku menutupi penuh mulutku, telapak tangan dengan  jari-jari menghadap ke atas, dengan posisi menyembah. Sebuah posisi  tangan yang menyimbolkan bahwa aku sedang berpikir keras untuk melihat  apalagi yang harus kulakukan menghadapi situasi ini.

Ki  Juru Martani melangkah maju dan menghampiriku, tangannya memegang  pundakku. "Anakku, hanya kamu yang bisa sampai di sini, hanya kamu yang  bisa melakukannya. Negeri ini berharap banyak padamu."

Si  Hitam masih terus bergerak, aku sedang memahami apa yang sedang dia  lakukan dan akibatnya bagi negeri ini.  Lagi-lagi makian terlontar dalam  bathinku. Memang semua ini berasal dari negeri para dewa, aku tidak  bisa memungkirinya. Aku berusaha mengatakan bahwa aku tidak boleh  menuduh begitu saja, tetapi aku bisa melihat dengan jelas bahwa  negara  itu benar-benar sedang dalam kesewenang-wenangan di luar batas karena  kemampuan dan keandalannya dalam menguasai dunia bathin, mengendalikan  semua mahluk-mahluk besar dengan ukuran dan kekuatan yang nggegirisi. 

Tidak ada yang bisa disalahkan, ini adalah masalah siapa mampu siapa  tidak mampu, siapa bisa dan siapa tidak bisa, dan kita ini sangat-sangat  bodoh, dibodohi dan disesatkan dalam kubangan kebodohan. Setan,  benar-benar setan. Apa bedanya negeri para dewa dan negeri pengendali  setan, rasanya sungguh tidak ada bedanya. Kita yang salah mengatakan  atau kita yang tidak tahu, bahwa kadang-kadang kita sendiri tidak bisa  membedakan mana setan dan mana dewa, mana energi bagus dan mana energi  buruk. Semuanya tampak sama, padahal nyata-nyata beda. Antara berprinsip  dan keras kepala, antara kesombongan dan keyakinan, nampak sama  nyata-nyata beda, positif dan negatif. Demikian juga kali ini.

Sebagai  negeri pengendali, mereka memang luar biasa, melihat detil mahluk demi  mahluk di dunia udara, di dunia tanah dan di dunia air.  Memahami  kebiasaan-kebiasaannya, mengerti apa akibat baik dan buruknya bagi suatu  tempat. Mereka bisa menatanya, menempatkan sesuai dengan keinginanya,  pengendalian mahluk untuk penguasaan suatu kawasan, untuk menghisapnya, menindasnya, atau bahkan menjadikannya ajang permainan.

Dunia lahir dan  bathin ini sudah dalam genggaman mereka seutuhnya, dalam kemampuan bathin yang sudah demikian tersistematika layaknya kemampuan  intelektualitas. Pengolahan raga, akal dan hati dalam sebuah  keseimbangan, dalam sebuah kesempurnaan. Negeri ini telah ditumbangkan  dan dikalahkan hanya dengan ditutup agar tidak bisa mengolah rasanya,  mematikan hatinya dengan menguatkan pikirannya. Dibutakan rasa dan  intuisinya. Sungguh kita telah benar-benar kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun