"Bolehkah aku memilih, kali ini?"
"Kenapa, anakku?" Panembahan Senopati langsung menjawab dengan cepat.
"Bisakah aku berjalan sendiri tanpa menanggung beban seperti hari ini, dan aku akan mengerjakan semuanya dengan lebih baik".
"Nduk, anakku cah ayu. Bukankah engkau memahami bahwa hidupmu adalah pilihanmu, sama halnya seperti hidup mereka adalah pilihan mereka. Kali ini, Nduk, kamu bebas menentukan. Mau mengambil pilihan langkah yang mana. urip kuwi ono sing olo ono sing apik, nglewati bener nglewati salah, ora iso bener terus opo salah terus, kabeh kudhu dilakoni kanthi roso sing podho penake. Ono susah ono kepenak, ning ora iso sak penake dewe, opo benere dewe, kabeh kuwi ono jatahe dewe-dewe. Â Sliramu wes paham opo kang kudu dilakoni".
Ki Juru melanjutkan, "Dalam perjalanan yang kau lalui nanti akan ketemu sendiri apa yang kau butuhkan, jika kamu butuh pertolongan akan datang pertolongan yang kau butuhkan, jika kamu butuh teman akan datang teman yang kau inginkan. Perjalanan harus tetap diteruskan dengan segala konsekuensinya, dan kamu paham bahwa kamu akan belajar dari peristiwa demi peristiwa, dari kejadian demi kejadian. Semua ini yang akan menggemblengmu menjadi manusia otot kawat balung wesi, ora kobong karo geni, ora ambyar keno angin, ora teles keno banyu, ora ambrol kurugan lemah. Kekuatanmu akan semakin bertambah jika engkau terus belajar di sini".
"Kalau aku kesepian dan butuh teman, Khi?" Aku melihat Ki Juru dengan sorot mata nakalku, menanyakan sesuatu yang berbeda tetapi maknanya sama.
Semua sesepuh langsung menahan senyum, tetapi tidak demikian dengan Ki Juru Martani, "Hohoho.. ". Tawanya menggelegar, pecah. "Kamu selalu begitu, bocah iki pinter ning pancen kurang ajar, bocah iki ngerti ning pancen yo ora nggenah. Jaman saiki kuwi jaman edan, lelakone kabeh memang ora karu-karuan, amargo sing mlaku wes dho kedanan bondho, kedanan kamukten. Kabeh kang dilakoni wes ora waras, hanya orang-orang gendheng yang bisa meelwati semua ini dengan baik, dan kamu cah ayu thur genep gendhengnya, hoho, kuat mesthi kuat.Â
Semakin edan  semakin kamu bisa menjalani semua ini dengan lebih mudah. Hohoho,kenthir tenan, uthekmu pancen rodhok owah, ora genep. Eh opo kokehan sing nggenepi yo, saking genepe, iso wae koyo ngono". Tanpa sadar, tangan Ki Juru meraih rambutku yang mulai panjang dan dengan penuh kasih sayang rambutku diacak-acak, gemas. kasih sayang orang tua kepada anak kesayangannya. Di mata Ki Juru aku bagaikan bayi yang masih wajar jika diperlakukan seperti itu, dan tanpa bisa menghindar, aku hanya bisa pasrah dan ikut tertawa mendengar apa kata Ki Juru.
"Teruskan, anakku. Nduk Cah Ayu. Lakumu masih panjang. Hati-hati, kali ini bahaya lebih sering akan menghampirimu, dan kita semua tahu bahwa setiap bahaya yang kau lalui artinya adalah pertaruhan hidup dan matimu. Setiap kejadian yang kau lewati, artinya adalah pertaruhan perjalanan negeri ini dan seluruh kehidupan lahir bathin yang ada di dalamnya. Segenap kawulo yang tinggal di dalamnya".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI