Betul dugaan saya. Tambah banyak, tambah panjang.
"Kalau yang sudah cantik lahirnya tinggal mempercantik bathinnya, kalau cantik bathinnya tinggal memoles lahirnya. Semua berkaitan satu dengan yang lain."
"Kalau saya yang tidak cantik semuanya lahir dan bathinnya busuk ini gimana Gusti."
Aduh rasanya lidah ini pingin nyelelek lebih parah lagi. Saya disuruh mengerjakan sesuatu yang maha sulit begini, biasanya ngeles. Tapi saya tak sanggup mengeluarkan dalam kata-kata karena saya sangat menghargai Gusti Putri.
"Semua pasti bisa. Nak mas ayu kalau sudah mencoba dan melakukan, semua pasti akan berjalan dengan sendirinya. Coba dulu, nanti sambil mlaku kalau ada yang kelewat saya tata", Gusti Ratu tersenyum menutup pembicaraan dan meninggalkan aku dalam keterpanaan.
Hadeeew, pusing deh. Tobat. Duniaku jungkir walik. Bagaimana mungkin semua ini. Harus bisa, harus bisa. Daripada menjadi Nabi Yunus berada dalam perut ikan karena tidak mengikuti dhawuh. Pasti ada cara Gusti Ratu yang membuat saya harus tampil seperti yang diharapkan. Sesepuh-sesepuh ini memang aneh-aneh. Memilih kok ya saya. Kaya tidak ada yang lain saja. Salah pilih. Salah orang. Hik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H