Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pak Presiden, Benarkah Kita Sudah Merdeka (BK.. 5)

18 Oktober 2012   07:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:42 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

jika aku minum air mentah sudah dicampur dengan pemutih
jika aku minum air kali sudah tidak jernih lagi
semuanya kotor
tidak ada lagi mata air untukku yang papa tempat aku mandi dan membersihkan diri

bahan makanan harus beli
tidak ada lagi ladang tempat untuk menanam

negeri ini merdeka tapi menyisakan kekawatiran
dan bukan gambaran kemerdekaan yang kuinginkan

akankah tiba saatnya
dimana pada suatu waktu
pada suatu keadaan

negeri ini benar-benar milik sendiri
tidak ada kekawatiran
tidak ada ketakutan
kebersamaan
gotong royong
solidaritas

tidaklah perlu kita takut dengan angka pertumbuhan ekonomi
karena pertumbuhan ekonomi hanyalah menyisakan kepedihan baru
kenyataannya kekayaan hanya milik segelintir orang
pertumbuhan dari orang-orang yang itu-itu saja dan bukan milik seluruh rakyat indonesia
jurang semakin besar antara si kaya dan si miskin

angka yang diciptakan oleh manusia

tidaklah perlu takut kita dibilang tidak maju
karena kemajuan hanyalah penindasan kepada diri sendiri
menjadikan diri kita robot
tidak berhati nurani
tidak berjiwa merdeka

kemajuan tehnologi kemajuan karir dan pekerjaan yang tidak mengenal waktu
adalah penindasan kepada anak-anak kita
keturunan kita
karena kita tidak pernah punya waktu bersama mereka
untuk mendidik mereka
dalam sebuah pembelajaran hidup dan pembelajaran ilmu pengetahuan
dan akhirnya kita harus mengakui
bahwa kitalah yang menghancurkan hidup mereka atas nama angka kemajuan ekonomi bangsa juga
dan kita juga yang bertanggung jawab atas kehancuran nilai-nilai luhur yang tidak dimiliki anak cucu kita
di belahan bumi yang lain, bukan di negeri ini
punya hitungan sendiri
di bagian tempat lain yang memang berbeda dengan negeri ini punya cara sendiri untuk mengukur keberhasilannya

disana orang begitu dipuja karena kepandaiannya
orang dihormati karena kekayaannya
pujaan dan penghormatan yang akhirnya melahirkan kerakusan, ketamakan dan keserakahan
melahirkan manusia-manusia robot yang tidak mempunyai hati
melahirkan manusia-manusia keji yang menindas sesamanya
melahirkan manusia-manusia baru yang gila harta dan kekuasaan
melahirkan manusia-manusia gila
keakuan, kesombongan, kecongkakan dan kepongahan
melahirkan nafsu dan angkara murka

Itukah yang ingin kita cita-citakan ?
Tujuan Nusantara
"toto tentrem kerto raharjo gemah ripah loh jinawi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun