Ada juga yang datang mengantri ternyata serombongan satu rumah, mulai suami, istri, mertua, anak, ipar dan anak tinggal yang rupanya sudah mengantisipasi kalau pembelian akan dijatah per orang.
Pelengkap cerita drama berburu minyak goreng, ada pengantri yang sampai pingsan tak berdaya, entah karena lapar, lelah atau sakit. Ah ternyata kelangkaan minyak goreng sampai segitunya, ada apa sebenarnya di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ini.
Menyambung dari cerita mengejar minyak goreng yang langka ini, ada imbauan dari seorang pejabat di daerah, beliau meminta kepada masyarakat jika minyak goreng langka yah buat sendiri minyak goreng dari kelapa yang banyak di daerah ini.
Yeileeh... Buat minyak goreng sendiri dikiranya murah dan gampang. Tetangga saya cerita, kalau dia membuat sendiri minyak goreng, dia ke pasar membeli dua butir kelapa yang langsung diparut seharga Rp. 20.000.
Kelapa parut itu kemudian ia olah untuk diambil santannya, dan didiamkan kurang lebih 2 jam untuk memisahkan santan kental dan air, setelah itu santan kental yang didapat direbus dengan api sedang yang harus sering diaduk selama perebusan yang berlangsung sekitar 2 jam lebih.
Dan uraa, kata tetangga hasilnya dapat minyak goreng sebanyak sekitar 200 ml lebih sedikit dengan bonus ampas minyak yang lezat untuk dijadikan campuran sambel.
Yang kalau dihitung biayanya, kelapa 20.000, belum gas elpiji yang kalo dihitung dipakai memasak dua jam lebih habis sepertiga tabung atau taruhlah menghabiskan biaya 5.000, berarti total 25.000 untuk tidak sampai seperempat liter minyak goreng. Belum lagi waktu yang dihabiskan untuk membuatnya, Ah solusi membuat minyak goreng sendiri ternyata adalah solusi yang konyol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H