Sekelumit cerita yang tersisa dari drama mengejar minyak goreng di pasar murah yang diadakan oleh Dolog Sultra.
Berbekal uang semampunya para bapak dan emak-emak, bergegas menuju ke lokasi pasar murah di kantor Dolog. Namun, ternyata di sana setiap orang hanya diperbolehkan belanja senilai 50.000 rupiah untuk 3 pcs minyak goreng kemasan 900 ml, serta sebungkus gula ukuran 900 gr.
Dan itu semua tak menjadi masalah bagi para pengejar minyak goreng ini, yang penting bagi mereka adalah mendapatkan minyak goreng yang sudah berhari-hari menghilang dari dapur mereka.
Di lokasi pasar murah, ternyata telah ramai orang-orang berkumpul di depan pagar kantor yang belum dibuka, dan tak berapa lama kemudian pintu pagarpun dibuka, para penunggu segera berlarian berebut tempat terdepan dalam antrian.
Nah, antrian ini begitu panjang dan berjubel, meski diusahakan selesai secepatnya tetapi tetap butuh waktu juga. Di sinilah drama-drama yang menggelitik, mengharukan dan juag mengesalkan itu terjadi.
Ada yang cerita kalau dia bingung antara harus terus mengantri atau berlari mencari toilet (yang dia tidak tahu dimana adanya) sambil menahan ngilu karena kebelet pipis.
Ada juga yang cerita kalau pandangannya berkunang-kunang, karena saat berangkat belum sempat sarapan, ada juga yang gelisah karena saking terburu-burunya saat berangkat, dia belum sempat memasak nasi.
Apa itu saja keluhan yang ada? Tentu tidak, bisa kita bayangkan ketika ada pengantri yang "mabuk" (mual) karena mencium bau badan yang "sakkulu" (bau ketiak yang kecut dan menyengat) dari sesama pengantri.
Ada pula yang sudah tidak sabar ingin cepat-cepat pulang padahal belum dapat minyak gorengnya, ternyata dia sudah ditelepon oleh tetangganya yang motornya ia pinjam untuk pergi mengantri ini.
Ada pula yang menerima telepon terlihat sambil marah-marah, yang ternyata telepon dari suaminya memintanya segera pulang karena anak kecilnya nangis mau mimik susu.