Bagi wanita kedatangan tamu bulanan sudah menjadi rutinitas yang biasa, justru kalau tamu itu terlambat datang bisa menimbulkan beragam reaksi.Â
Ada yang sedikit senang berharap-harap cemas akan sesuatu yang ditunggu-tunggu atau ada juga yang was-was karena tidak mengharapkannya atau mungkin khawatir mengalami suatu penyakit.
Meski demikian jika tamu bulanan atau siklus haid itu datang, kadang bagi sebagian besar orang akan terasa merepotkan apalagi bagi wanita aktif yang bekerja di kantor.Â
Kadang sedang sibuk bekerja atau melakukan suatu aktifitas, tiba-tiba saja "banjir" ini tentu merepotkan, sehingga yang namanya pembalut itu harus terus siap sedia.
Oh iya, bicara tentang pembalut dulu waktu masih muda di daerah kami di Sulawesi, kami banyak yang belum mengenal bahasa Indonesia untuk "pembalut", jadi kami menyebutnya dengan nama merk pembalut yang saat itu paling banyak beredar "Soft**", jadi apapun merknya jika kami ingin membeli pembalut kami sebut Soft**.
Jaman kami dulu rata-rata kami mulai mendapatkan menstruasi pertama di usia SMP antara kelas 1 sampai kelas 3, tapi sekarang ini anak-anak telah mendapatkan haid pertamanya di usia SD, bahkan saya sempat dicemaskan dengan putri saya yang baru-baru ini telah mendapat haid pertamanya saat masih duduk di kelas 5 SD.
Walaupun setelah konsultasi dengan dokter dikatakan normal, namun secara psikologis saya merasa putri saya belum siap betul menghadapi fase pertumbuhannya ini.
Mungkin sebagian besar kekhawatiran saya dikarenakan oleh pengalaman saya menghadapi saat-saat haid yang saya rasakan sangat mengganggu, nyeri perut yang kadang terasa sangat menyiksa, rasa lelah, kadang mual, sakit kepala, apalagi kalau kita juga mengalami gejala Pre Menstrual Syndrome, rasanya bikin meradang.
Satu yang selalu saya lakukan dan saya ajarkan kepada putri saya, entah ini mitos atau apa yaitu tidak boleh membuang bekas pembalut yang masih ada darahnya, jadi harus dibersihkan dulu dan dibungkus rapat baru dibuang. Ini pesan dari orang-orang tua, bahwa darah haid bisa menjadi media untuk mengguna-gunai (pelet) pemilik darah haid tersebut.
Meski sekarang ini sudah jaman milenial, ilmu guna-guna atau pelet mungkin sudah punah dan tinggal mitos saja, tapi karena ini sudah tertanam dari awal maka rasanya sulit untuk diabaikan, biarlah saya terus menjaga untuk tidak membuang pembalut yang masih penuh dengan darah haid, toh ini juga untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang sering ditimbulkan oleh kedatangan bulan ini, yang perlu kita lakukan adalah memenuhi kebutuhan vitamin harian, seperti vitamin D, B6, B1, E, omega 3, kalsium, dan magnesium. Selain untuk membantu menjaga tubuh dari anemia, juga dapat membantu meringankan rasa sakit perut saat haid.
Selain itu saya juga mengkombinasikannya dengan minuman herbal yakni teh kayu manis, atau teh jahe yang cara buatnya cukup mudah. Untuk teh kayu manis sama seperti membuat teh biasa, yakni segelas air panas, teh celup dan sebatang kayu manis direndam serta madu sebagai pemanisnya.
Kalau teh jahe, juga sama dengan cara membuat teh biasa, hanya saja air seduhan tehnya dimasak bersama jahe yang telah diiris-iris tipis, banyaknya tergantung selera saja.
Bagi saya yang berat dari fase datang bulan ini, justru adalah syndrom PMS (Pre Menstrual Syndrome) selain rasa sakit di perut, saya merasakan nafsu makan juga meningkat dan ini sangat susah dibendung, alhasil timbangan berat badan kayaknya terus saja bertambah dan bertambah, alias gagal diet.
Yah meski semua gejala-gejala ikutan menstruasi yang saya rasakan adalah hal yang normal dihadapi oleh orang haid, tetapi tetap harus diperhatikan dengan baik dan dikelola dengan tepat karena jika diabaikan pada akhirnya akan merepotkan diri sendiri, dan pengalaman menghadapi ini harus diteruskan kepada anak-anak kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H