Kalau anda berkunjung ke kota Makassar, disana anda akan menemukan beraneka ragam kuliner khas orang Makassar. Di antaranya adalah kue-kue khas orang Makassar, yang sangat kaya akan kue-kue tradisional.Â
Di Makassar entah mengapa kue dalam bahasa Makassar disebut dengan "Kanre Jawa". Kanre artinya makanan, dan Jawa artinya Pulau Jawa.
Namun meski demikian kue-kue tradisional orang Makassar itu sendiri tidaklah sama dengan jenis penganan tradisional Jawa, satu diantaranya adalah Putu cangkiri'.
Kue putu itu sebenarnya banyak macamnya, tapi pada umumnya kue jenis putu ini terbuat dari bahan tepung beras. Ada putu cangkiri', putu mayang, dan putu labu serta beberapa jenis putu lainnya.
Putu cangkiri' atau putu cangkir mempunyai bentuk mirip bagian bawah cangkir bila posisinya ditempatkan terbalik, mungkin karena bentuknya inilah sehingga kue putu ini diberi nama putu cangkir.
Secara tradisional putu cangkir ada dua varian yakni putu cangkir merah yang warnanya coklat kemerahan (karena campuran bahan dasarnya adalah gula merah), serta putu cangkir biasa yang warnanya putih (karena campuran bahan dasarnya tanpa gula merah).
Tapi seiring dengan perkembangan jaman dan selera, putu cangkir sudah banyak yang dibuat dengan berbagai macam variasi warna dan rasa, namun demikian putu cangkir tradisional dalam varian aslinya, dan yang paling khas adalah putu cangkir gula merah tetap mempunyai cita rasa yang terunik dan begitu nyammi untuk dinikmati sambil berkumpul bersama keluarga ataupun rekan-rekan ditemani dengan segelas teh panas ataupun secangkir kopi pahit.
Bahan Putu cangkiri' merah, cukup sederhana terdiri dari tepung beras biasa, dicampur sedikit dengan tepung beras ketan, diaduk dengan air gula merah. Dan isiannya adalah kelapa parut.
Bahan-bahan:
100 gr tepung beras
50 gr tepung ketan
75 gr gula merah
75 ml air
Kelapa parut secukupnya. (Untuk isian putu cangkir, direbus +/- 5 menit).
Cara membuat adonannya, campur tepung beras dan tepung ketan kemudian sisihkan dahulu, lalu masak gula merah dengan air hingga larut, dinginkan sejenak. Kemudian campurkan air gula dengan tepung tadi sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga tercampur merata dan adonan siap untuk dibuat.
Kalau secara tradisional cara membuatnya cukup unik karena air dididihkan di dalam "uring butta" (belanga tanah), dimana adonan dari semua bahan-bahan diatas pada cetakannya cuma diletakkan pada mulut belanga tanah tersebut, selama beberapa menit penguapan (seperti dikukus). Jadi tidak direbus.
Tapi kalau misalnya kita tidak mempunyai belanga tanahnya, bisa kok pakai kukusan biasa, dan cetakannya corong kecil yang biasa dipakai untuk mengisi minyak di kompor atau bisa juga cangkir yang tidak terlalu besar.
Cara mengukus putu cangkir ini sedikit berhati-hati karena jika kurang padat akan mudah terhambur, namun jika terlalu padat kue akan keras dan kurang enak dinikmati.