Keluarga dan kerabatnya yang diundang pun kemudian memberi kabar kepada kerabat lainnya dari mulut ke mulut.
Sehari sebelum pesta panen, pemilik kebun akan melakukan sebuah prosesi ritual panen yang disebut "Kasaraka". Ritual "Kasaraka" ini dipimpin oleh pemuka adat yang disebut "Parika".
Ritual ini dilakukan tidak lain sebagai wujud rasa syukur karena jagung yang ditanam telah tumbuh dengan baik dan telah memasuki usia panen, serta juga memohonkan kepada Allah SWT agar terus dijaga dan hasilnya melimpah serta menjadi berkah bagi semua orang hingga  masa panen yang dalam bahasa Munanya disebut "katongka".
Usai ritual Kasaraka dilakukan, esok paginya barulah pemilik kebun bisa mengambil tanaman yang akan dikonsumsi pada saat pesta panen.
Di pagi hari di saat embun masih membasahi daun-daun jagung, pemilik kebun bersama keluarga mengambil tanaman jagung muda yang sudah siap panen secukupnya.
Jagung-jagung muda yang dipetik itu kemudian mereka olah menjadi bahan makanan seperti katumbu, katumbu gola, kamperodo, dan juga untuk jagung bakar.
Selain bahan makanan diatas yang merupakan menu makanan pokok atau sumber karbohidrat pengganti nasi. Mereka juga menyiapkan santapan pendamping seperti sayur, ikan atau ayam.
Untuk sayur juga dipetik di kebun itu, karena pemilik kebun biasanya selain menanam jagung juga menanam tanaman sayuran seperti kelor sebagai pohon batas lahan atau pagar lahan, juga menanam labu, dan konduru (sejenis labu tapi saya tidak tahu bahasa Indonesianya) serta lainnya. Sayuran yang ada akan dimasak bening.
Untuk lauk seperti ayam, juga telah tersedia karena pemilik kebun juga ikut memelihara ayam, mungkin hanya ikan yang dibeli di pasar dan untuk lauk ini biasanya dan nikmatnya dimasak parende.
Semua kebeutuhan pesta panen ini ditanggung sendiri oleh pemilik kebun. Hanya saja keluarga dekat mungkin ada yang membawa sejumlah makanan-makanan tambahan atau bahan-bahan yang dibutuhkan namun sulit didapat di lokasi kebun.
Sebelum acara pesta makan siang, dimana keluarga serta kerabat telah datang dan berkumpul, terlebih dahulu dilakukan pembacaan doa atau disebut "haroa" Â yang dipimpin oleh imam atau pegawai sara. Setelah baca doa barulah kemudian dipersilahkan kepada keluarga dan kerabat yang datang untuk menikmati hidangan yang disajikan.