Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Paijo Kapok Jadi Istri

27 Desember 2020   16:38 Diperbarui: 27 Desember 2020   17:00 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Mudanews.com

Sepulang kerja dalam keadaan lelah dan lapar Paijo mendapati istrinya masih memasak makanan di dapur, padahal biasanya sepulang kerja makanan telah terhidang di meja makan.

Dengan menahan rasa lapar dan dongkol Paijo mengomel menyalahkan Suminem istrinya

"aku diluar kepanasan, banting tulang sampai capek cari rezeki, eh kamu di rumah enak-enakan sampai masak buat aku saja lupa" omel Paijo.

Istrinya diam saja, tidak mau membantah, ia tahu suaminya capek. Dan dia tidak mau kalau suaminya tahu betapa capeknya juga dia.

Setelah makanan selesai dan Paijo pun selesai makan, Omelan Paijo rupanya belum berhenti, ia masih saja nyerocos.

Istrinya pun akhirnya hilang kesabaran dan nantangin Paijo bertukar posisi.

"Ayo kita dukun yang ada di kampung, dukun itu punya ilmu sakti yang bisa mengubah kita, kamu jadi perempuan aku jadi laki" tantang Suminem.

"Ayo, siapa takut" jawab Paijo.

Singkat cerita keduanya, berangkatlah menemui si dukun sakti, dan menceritakan keinginan mereka berdua.

"Begini Mbah dukun, kami ingin bertukar posisi, saya menjadi istri dan istri saya menjadi suami, biar dia merasakan betapa beratnya menjadi seorang suami. Cukup satu bulan saja Mbah dukun, apakah bisa?" kata Paijo

"Oh... Bisa, tapi apakah kalian sudah siap dan sanggup, satu bulan itu lama loh" kata Mbah dukun.

Paijo yang rupanya masih sedikit jengkel pada istrinya dan ingin menikmati suasana santai sebagai istri, cepat menimpali.

"Nggak apa-apa kok Mbah dukun, kami sudah siap" kata Paijo tanpa minta pertimbangan lagi pada istrinya, ia merasa senang bisa santai-santai meski cuma sebulan saja.

Begitulah prosesi perdukunan itu berlangsung singkat saja. Betul mereka berdua bertukar tubuh Paijo menempati tubuh istrinya, demikian pula sebaliknya.

Esok paginya, Paijo bangun paling awal dengan perasaan berbunga-bunga. Menyiapkan sarapan buat suami dan anak-anak. Lanjut menyiapkan perlengkapan mandi untuk suami.

Sementara Suminem yang kini berganti tubuh menjadi suami dengan tenang melakukan tugasnya sebagaimana yang biasa dilihatnya dilakukan oleh Paijo , usai sarapan ia pun pamit tak lupa mencium istrinya dan bocah kecilnya, lalu mengajak anak sulungnya ikut bersama untuk diantar ke sekolah sambil ia berangkat bekerja.

Setelah 'Suminem' berangkat, Paijo pikir ia bisa bersantai, tapi dilihatnya tumpukan pakaian kotor, ia pun lalu bergegas mengosongkan wadah pakaian kotor, dan memasukkannya ke dalam mesin cuci. Belum selesai, dari kamar terdengar teriakan bocah kecilnya, buru-buru ia menuju ke kamar menenangkan sang bocah yang rupanya sedang "eek".

Dibawanya sang bocah ke kamar mandi, sekalian dimandikannya sang bocah, lanjut didandaninya hingga sang bocah terlihat rapi, setelah itu biasanya si bocah meminta sebotol susu hangat. Dia pun segera ke dapur untuk menyiapkan.

Setelah itu ia kembali berkutat dengan cucian, karena alarm mesin cuci sudah berbunyi menandakan bahwa cucian yang dicuci sudah siap untuk dijemur.

Setelah menjemur, matanya melihat rak cucian piring yang penuh dengan  piring, cangkir, dan peralatan makan kotor bekas sarapan tadi pagi. Dia pun segera membereskannya, semua ia cuci hingga bersih, meniriskannya dan lalu meletakkannya di rak piring.

Baru mau duduk rehat sejenak, ia lalu ingat belum ke pasar, apa yang akan dimasak untuk makan siang kalau ia tidak pergi belanja. Belum juga pergi, tiba tiba kepalanya terasa sedikit pening. Ahh ia baru ingat kalau tadi belum sempat sarapan. Buru-buru ia ambil 2 sendok nasi ditambah kecap sebagai pengganti kuah, dan sepotong telur sisa bocah kecilnya yang tidak menghabiskannya tadi.

Belum selesai mengisi perutnya, tiba tiba, si bocil merengek rupanya bajunya basah ketumpahan susu.

Dia segera menggendong si bocah, membawanya ke kamar mandi dan menggantikan bajunya lalu segera beranjak menuju ke pasar. Sepulang dari pasar yang ramai, manalagi harga-harga kebutuhan juga mahal, Paijo mulai pusing. Sesampainya di rumah jam sudah pukul sebelas ia segera buru-buru memasak, belum selesai masak, bocah sulungnya sudah pulang dari sekolah, dibantunya bocahnya menyimpan peralatan sekolahnya, diberikannya jajanan yang tadi sempat dibelinya di pasar.

Setelah masakan selesai, diaturnya di atas meja makan, belum lama berselang suaminya sudah pulang untuk makan siang, diurusnya suami dan juga anak-anaknya untuk makan siang, setelah selesai ia masih harus membereskan piring-piring dan peralatan makan siang, selesai itu ternyata tugasnya sebagai istri belum selesai hingga sore hari. Tubuhnya letih. Paijo pengen istirahat sejenak. Tapi apa daya si bocah masih aktif bermain, membuat seisi rumah berantakan, yang harus dibereskannya segera. Sampai menjelang malam hingga malam selalu saja ada yang harus dikerjakannya. Usai makan malam dan membereskan bekas makan malam, tumpukan pakaian yang sudah dicuci dan dijemur tadi telah menunggu Paijo untuk dibereskan. Paijo pun mulai menangis dalam hati, diseterikanya semua cucian, dilipat dan diletakkannya di lemari sambil meringis kelelahan. Suminem yang dari tadi melihat semua itu hanya diam saja, ia pura-pura tidak tahu seperti Paijo yang selama ini juga hanya cuek saja.

Hampir tengah malam ketika semua pekerjaan rumah sudah Paijo bereskan, ia pun segera menghempaskan tubuhnya ke pembaringan berharap untuk segera beristirahat, tapi belum sempat terlelap, "suaminya" sudah minta jatah biologis. Alamakkkk, Paijo semakin merasa menyesal.

Ternyata, tidak mudah menjadi seorang istri. Dia mulai menyesal kenapa sampai terpikir bertukar posisi.

Walau Paijo memaksa untuk bertahan, ternyata ia hanya sanggup bertahan menjalani misi bertukar peran ini  selama seminggu saja, kesabarannya sudah habis. Paijo pun mengajak istrinya kembali menemui si Mbah dukun untuk membatalkan misi pertukaran peran ini.

Masih pagi Paijo dan istri sudah sampai di tempat Mbah dukun. Tanpa basa-basi Paijo langsung meminta ke Mbah dukun untuk mengembalikan ke keadaan seperti semula, ia kapok jadi perempuan. Mbah dukun hanya tertawa dan bilang tidak bisa, harus menunggu sebulan sebagaimana permintaan mereka awalnya.

Paijo seperti mau pingsan saking kecewanya, ia pun pulang dengan gontai, sesampainya di rumah dibujuknya istrinya yang kini menjadi dirinya untuk tidak usah bekerja selama sebulan ini.

"Bu... Kamu tidak usah bekerja, kita kan masih punya simpanan yang cukup untuk sebulan, sementara aku sudah tak sanggup lagi menjadi ibu rumah tangga meski hanya sehari lagi" Paijo meminta dengan memelas.

Begitulah istrinya pun setuju tidak bekerja, tapi meminta Paijo tetap harus membantunya mengerjakan sebagian pekerjaan rumah tangga. Menunggu waktu sebulan dirasakan Paijo sangat lama sekali. Ketika waktu itupun tiba, bukan main gembiranya hati Paijo, senyumnya merekah ingin segera menemui Mbah dukun untuk dibebaskan dari pertukaran peran yang menyiksanya.

Paijo dan istri pun sudah ada di rumah Mbah dukun, ketika Mbah dukun mencoba mengembalikan posisi Paijo dan istri, Mbah dukun tiba-tiba berhenti dan berkata

"Waduh, ini nggak bisa mas Paijo. Mas Paijo harus menunggu sembilan bulan lagi" kata Mbah dukun serius.

"Loh ini kan sudah sebulan Mbah, kenapa saya harus menunggu sembilan bulan lagi?" tanya Paijo sedikit emosi

" Ya, karena  sekarang kamu sedang hamil " kata Mbah dukun sambil menggaruk kepalanya.

Mendengar itu Paijo seketika lemas dan jatuh pingsan, tak bisa dibayangkannya harus menunggu sembilan bulan dan dalam keadaan hamil pula, serta bagaimana jika akan melahirkan.

Mbah dukun dan istri Paijo pun mencoba menyadarkan Paijo dari pingsannya, tapi begitu sadar Paijo hanya sempat  bilang sembilan bulan lalu jatuh pingsan lagi. Begitu terus berulang kali. Setelah pingsan tiga hari Paijo tiba-tiba sadar, pas baru mau bilang sembi.... Istrinya cepat menutup mulut Paijo.

"Sudah kamu jangan pingsan lagi, setelah kamu pingsan tiga hari kamu keguguran, jadi sekarang kamu sudah tidak hamil lagi dan bisa segera berubah seperti semula tanpa menunggu sembilan bulan" kata Suminem pada Paijo.

Mendengar itu Paijo langsung loncat bangun, dengan penuh semangat bergegas ingin segera menemui Mbah dukun.

                             TAMAT

(Sebenarnya saya mau lanjutin, kalau Mbah dukunnya sudah meninggal gara-gara capek menggotong Paijo waktu pingsan. Tapi kasian Paijonya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun