Dia segera menggendong si bocah, membawanya ke kamar mandi dan menggantikan bajunya lalu segera beranjak menuju ke pasar. Sepulang dari pasar yang ramai, manalagi harga-harga kebutuhan juga mahal, Paijo mulai pusing. Sesampainya di rumah jam sudah pukul sebelas ia segera buru-buru memasak, belum selesai masak, bocah sulungnya sudah pulang dari sekolah, dibantunya bocahnya menyimpan peralatan sekolahnya, diberikannya jajanan yang tadi sempat dibelinya di pasar.
Setelah masakan selesai, diaturnya di atas meja makan, belum lama berselang suaminya sudah pulang untuk makan siang, diurusnya suami dan juga anak-anaknya untuk makan siang, setelah selesai ia masih harus membereskan piring-piring dan peralatan makan siang, selesai itu ternyata tugasnya sebagai istri belum selesai hingga sore hari. Tubuhnya letih. Paijo pengen istirahat sejenak. Tapi apa daya si bocah masih aktif bermain, membuat seisi rumah berantakan, yang harus dibereskannya segera. Sampai menjelang malam hingga malam selalu saja ada yang harus dikerjakannya. Usai makan malam dan membereskan bekas makan malam, tumpukan pakaian yang sudah dicuci dan dijemur tadi telah menunggu Paijo untuk dibereskan. Paijo pun mulai menangis dalam hati, diseterikanya semua cucian, dilipat dan diletakkannya di lemari sambil meringis kelelahan. Suminem yang dari tadi melihat semua itu hanya diam saja, ia pura-pura tidak tahu seperti Paijo yang selama ini juga hanya cuek saja.
Hampir tengah malam ketika semua pekerjaan rumah sudah Paijo bereskan, ia pun segera menghempaskan tubuhnya ke pembaringan berharap untuk segera beristirahat, tapi belum sempat terlelap, "suaminya" sudah minta jatah biologis. Alamakkkk, Paijo semakin merasa menyesal.
Ternyata, tidak mudah menjadi seorang istri. Dia mulai menyesal kenapa sampai terpikir bertukar posisi.
Walau Paijo memaksa untuk bertahan, ternyata ia hanya sanggup bertahan menjalani misi bertukar peran ini  selama seminggu saja, kesabarannya sudah habis. Paijo pun mengajak istrinya kembali menemui si Mbah dukun untuk membatalkan misi pertukaran peran ini.
Masih pagi Paijo dan istri sudah sampai di tempat Mbah dukun. Tanpa basa-basi Paijo langsung meminta ke Mbah dukun untuk mengembalikan ke keadaan seperti semula, ia kapok jadi perempuan. Mbah dukun hanya tertawa dan bilang tidak bisa, harus menunggu sebulan sebagaimana permintaan mereka awalnya.
Paijo seperti mau pingsan saking kecewanya, ia pun pulang dengan gontai, sesampainya di rumah dibujuknya istrinya yang kini menjadi dirinya untuk tidak usah bekerja selama sebulan ini.
"Bu... Kamu tidak usah bekerja, kita kan masih punya simpanan yang cukup untuk sebulan, sementara aku sudah tak sanggup lagi menjadi ibu rumah tangga meski hanya sehari lagi" Paijo meminta dengan memelas.
Begitulah istrinya pun setuju tidak bekerja, tapi meminta Paijo tetap harus membantunya mengerjakan sebagian pekerjaan rumah tangga. Menunggu waktu sebulan dirasakan Paijo sangat lama sekali. Ketika waktu itupun tiba, bukan main gembiranya hati Paijo, senyumnya merekah ingin segera menemui Mbah dukun untuk dibebaskan dari pertukaran peran yang menyiksanya.
Paijo dan istri pun sudah ada di rumah Mbah dukun, ketika Mbah dukun mencoba mengembalikan posisi Paijo dan istri, Mbah dukun tiba-tiba berhenti dan berkata
"Waduh, ini nggak bisa mas Paijo. Mas Paijo harus menunggu sembilan bulan lagi" kata Mbah dukun serius.