Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Jembatan Teluk Kendari, Hadiah Jokowi untuk Masyarakat Sulawesi Tenggara

25 Oktober 2020   20:11 Diperbarui: 25 Oktober 2020   20:29 2368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar kemacetan di atas jembatan dok. pri ubotch/Subhan Rahim

Pada hari Kamis (20/10/2020) Jembatan Teluk Kendari diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), jembatan yang membentang di atas teluk Kendari ini menjadi kebanggaan masyarakat kota Kendari Sulawesi Tenggara, betapa tidak, jembatan yang dibangun sejak tahun 2016 itu akhirnya selesai juga dan diresmikan oleh Bapak Presiden. Jembatan yang menghabiskan anggaran yang sangat besar untuk ukuran kota Kendari yakni Rp. 804 Miliar.

"Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Jembatan Teluk Kendari saya resmikan hari ini," kata Jokowi.

Setelah itu, Jokowi menekan tombol sekaligus penandatanganan prasasti sebagai tanda peresmian dari jembatan tersebut.
Jokowi optimitis, lamanya waktu pengerjaan dan besaran anggaran untuk pembangunan jembatan tersebut akan sebanding dengan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat .(dikutip dari kompas.com)

Jalan panjang mewarnai hadirnya jembatan teluk Kendari ini, beberapa gubernur Sulawesi Tenggara yang pernah menjabat telah mencita-citakan untuk membangun jembatan di atas teluk Kendari ini, sebutlah gubernur Edy Sabara, kemudian Laode Kaimoeddin dan Ali Mazi juga memimpikan hal yang sama, namun semuanya hanya tersimpan dalam bentuk keinginan, upaya merealisasikannya terbentur faktor teknis dan tentu saja faktor finansial.

Barulah dimasa pemerintahan Gubernur Sulawesi Tenggara yang dijabat oleh Nur Alam ada angin segar untuk dapat mewujudkan mimpi kota Kendari memiliki sebuah jembatan yang membentang di atas teluk Kendari. 

Upaya maksimal dilakukan oleh gubernur Nur Alam, dengan memperjuangkan bantuan pinjaman dari negara China yang saat itu bersedia memberikan pinjaman, namun upaya ini kandas mengingat begitu banyak persyaratan yang dipersyaratkan oleh negara pemberi pinjaman yang tidak mungkin bisa dipenuhi oleh daerah. 

Tidak patah arang, upaya lobi kemudian dilanjutkan ke pemerintah pusat, melalui Bappenas, setelah melalui banyak perjuangan, tahun 2015 pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi memberikan lampu hijau untuk pembangunan jembatan ini melalui anggaran APBN di kementerian PUPR.

Setahun persiapan lahan, tahun 2016 ground breaking dimulai, rencana pengerjaan selesai di tahun 2018, namun karena kendala teknis setelah beberapa kali addendum, barulah di 2020 ini pembangunannya tuntas 100%.

Pada awal pelaksanaan pembangunan jembatan ini diwarnai pro kontra yang keras, hal ini dikarenakan salah satu sisi jembatan yang terletak di bagian kota lama harus dibebaskan, sementara di bagian tersebut merupakan pusat kota tua atau kota lama Kendari yang mempunyai nilai historis terkait keberadaan kota Kendari. Namun pemerintah tak bergeming melalui pendekatan maksimal akhirnya pembebasan lahan bisa dilakukan, meski masih ada tersisa beberapa lahan yang belum diganti rugi karena masih berproses hukum.

Berbeda dengan awal pembangunan, saat peresmian justru masyarakat menyambut gembira dan antusias, bahkan muncul kelucuan yang kekanak-kanakan, dengan adanya perdebatan sengit di media sosial lokal terkait siapa yang berjasa dalam mewujudkan hadirnya jembatan teluk Kendari ini.

Hal ini dipicu oleh statement dari salah seorang pejabat pemerintah provinsi yang dimuat di media lokal, yang sepertinya membuat adanya klaim mengklaim gubernur siapa yang berjasa mewujudkan terbangunnya jembatan teluk Kendari ini. Jembatan yang sebelumnya saat awal perencanaan diberi nama Jembatan Bahteramas Teluk Kendari sesuai dengan slogan visi misi gubernur saat itu Nur Alam.

Namun karena jembatan ini selesai setelah 2 periode gubernur Nur Alam berakhir dan digantikan oleh Ali Mazi yang sebelumnya adalah gubernur sebelum Nur Alam, saat peresmian namanya berubah tanpa kata Bahteramas lagi, ini juga menjadi isu panas kenapa harus menghilangkan kata Bahteramas yang menurut sebagian orang sama saja menghilangkan penghargaan terhadap perjuangan panjang dan berat Nur Alam sebagai gubernur dalam mewujudkan jembatan teluk Kendari.

Selain heboh klaim mengklaim tadi, yang lebih konyol lagi adalah eforia masyarakat menyambut diresmikannya jembatan teluk Kendari ini. Baik masyarakat yang tinggal di kota Kendari maupun masyarakat dari kabupaten lain di Sulawesi Tenggara, yang berbondong-bondong memenuhi jembatan untuk berselfi ria. 

Bukan saja puluhan orang tapi mencapai ribuan orang memenuhi jembatan sepanjang 1,34 km ini dengan lebar 20 m, bercampur baur antara orang, mobil, motor dan sepeda, tua, muda dan anak-anak yang parahnya sudah mengabaikan protokol kesehatan, padahal kota Kendari termasuk zona merah covid 19 dengan jumlah konfirmasi positif 2300an orang.

Eforia atas peresmian jembatan kebanggaan warga Sulawesi Tenggara khususnya kota Kendari ini memang wajar, selain jembatan ini merupakan proyek prestisius untuk ukuran kota sedang seperti Kendari, juga secara estetika dengan view dan lanskap yang sangat indah.

Jembatan teluk Kendari mempunyai daya tarik wisata yang bisa dijadikan ikon kota Kendari apalagi pemerintah kota dan juga propinsi mengintegrasikan keberadaan jembatan ini dengan simpul-simpul wisata dan ekonomi pendukung yang intens dikembangkan oleh Pemkot Kendari dan Pemprov Sulawesi Tenggara.

Gambar kemacetan di atas jembatan dok. pri ubotch/Subhan Rahim
Gambar kemacetan di atas jembatan dok. pri ubotch/Subhan Rahim
Sampai hari ini eforia masyarakat untuk berkunjung ke jembatan kota Kendari masih sangat tinggi, meski sudah diturunkan petugas pengamanan dari unsur pol PP, polri dan juga TNI untuk mengatur masyarakat yang memenuhi jembatan, kemacetan panjang dan parah tetap terjadi, dan satu yang sangat disayangkan dari masyarakat adalah ketidakpedulian mereka baik terhadap resiko penularan covid-19, juga kesadaran menjaga kebersihan yang sangat rendah.

Sepanjang jembatan serakan sampah bertebaran mulai dari bekas bungkus makanan kemasan, minuman kemasan, kulit buah, kulit dan batang jagung hingga kertas dan plastik dan sampah yang dibuang oleh masyarakat bukan saja di atas jembatan tapi juga sengaja dibuang ke teluk sebagai mainan atau hiburan.

Euforia dengan berselfi dan berfoto ria di atas jembatan teluk Kendari, sore ini telah menelan korban, seorang warga yang asyik berselfi ditengah jalur jembatan tertabrak kendaraan hingga harus dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi terluka parah.
Sebenarnya bebasnya masyarakat menikmati keindahan jembatan ini diberikan hanya sampai 1 Minggu setelah peresmian, setelah itu akan diberlakukan aturan-aturan yang mengatur keamanan, kenyamanan dan ketertiban di jembatan teluk Kendari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun