Mohon tunggu...
M. Edy Sunarto
M. Edy Sunarto Mohon Tunggu... profesional -

Jawa asli, masa kecil & sekolah di Jawa Timur. Be cheerful. edysmartpro@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humor

Misionaris Jelang Purna Tugas

24 Maret 2015   17:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:06 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_357198" align="aligncenter" width="600" caption="Sekedar Ilustrasi Lucu, Kontes Burung_komunikasi via whatsapp"][/caption]

Wahai para sohib kompasianer yang terhormat semuanya!!

Salam HUMORana.com



Seorang ketua tim pemberdayaan masyarakat warga asing, sebut namanya Timbul tetapi biar keren kedengaran keren minta dipanggil Tim saja, dikisahkan sampai di penghujung masa bagian tugas misi yang dipercayakan kepadanya. Terhitung ber-tahun2 sudah ia mengabdikan diri bersama misi mengajarkan peradaban dan keterampilan baru di pedalaman terpencil negara antah berantah itu. Dia sedang berbenah segala sesuatunya sebelum meninggalkan tempat tugasnya ketika disadarinya satu hal.

Apakah yang mengganjal di pikiran itu? Yakni kesadaran yang amat terlambat, lantaran justru dia kurang mengalokasikan waktu dan perhatian untuk lebih mengenalkan serta melatih keterampilan berbahasa nasional negara dari mana dirinya berasal. Bener, Indonesia dong. Kebetulan pula usulannya agar misi menyediakan pengajar spesifik belum kunjung terpenuhi.


Waktu pendek yang tersisa dimanfaatkan sebisanya. Suatu ketika diajaknya kepala suku, sebut Huek nama panggilan dia, untuk ber-jalan2 ke kawasan hutan lindung sekalian memeriksa penangkaran beberapa spesies satwa langka. Ikut menyertai bersama Huek sang kepala suku beberapa orangnya yang bakalan ditugasi mengantar Tim ke bandara mengurus barang2nya.

Mulai masuk hutan, pepohonan tambah banyak dan rapat. Digamitnya si kepala suku lantas ditunjuknya sebuah pohon trembesi (yang kesukaan SBY untuk penghijauan seremonial) dan berbagi pengetahuan bahasa nasional pun lalu berlangsung.


Tim: "Pohon. Ini namanya pohon. Nama spesiesnya trembesi."

Huek sang kepala suku menancapkan pandang ke yang ditunjuk dan menirukan ucap: "Pohon. Trembesi."


Tak mau ketinggalan bak koor kata itu diulang peserta lainnya. Lengkap dengan pengenalan nama spesies pohon itu. Lebih lanjut berjalan mereka dikejutkan oleh suara keras kepak ayam hutan terbang menjauh.

“Itu yang terbang pergi namanya ayam hutan. Ayam hutan,” Tim menjelaskan.

Sepertinya tekun belajar, Huek sang kepala suku berbareng anak buahnya memperhatikan dan mengulang ucap: "Ayam hutan."


Tentu perkembangan ini sungguh membuat Tim cukup puas dan gembira. Lantas meneruskan langkah, terhalang rimbunnya semak di depan. Tim merasa perlu menyesuaikan nalar untuk menyiasati cara menunjuk sesuatu yang bersifat jamak kemudian mengucap: "Semak. Sekumpulan tumbuhan pendek demikian disebut semak."

Belum sempat ajaran kosa kata semak mereka ulang ucapkan, terdengar suara gemerisik dari rimbunnya semak. Dan tatkala ada salah seorang yang menyibak semak itu, terlompatlah sepasang anak Adam dari keasyikan aktivitas seks mereka.


Tentu saja Tim kaget, namun meski masih dengan bingung yang tersisa dan jengah, ia tak mau meresikokan diri disebut tak punya perbendaharaan kata yang cukup menamai kejadian tersebut untuk dibagi. Maka di bawah ini katanya merespon perkembangan terbaru itu.

Tim: "Pria naik onthel."

Huek memelototi pasangan sial itu lekat2, juga Tim, lantas diperintahnya anak buahnya yang sertamerta meringkus dan menggelandang pergi pasangan itu kembali ke perkampungan.

Tim inginnya mencegah tindakan terlalu keras diberlakukan atas keduanya tadi, dan menandaskan kepada Huek sang kepala suku untuk lebih menghormati hukum dan azas peri keadilan yang sudah ikut diperkenalkannya selama tahunan bertugas di komunitas sukunya. Mengapa lantas tetap saja Huek mengeluarkan perintah menghukum keras dengan lagak yang masih terbelakang dan jelas dengan darah dingin?


Lugas Huek sang kepala suku itu memberikan alasan: ”Onthel punyaku,” sembari bergantian menunjuk si perempuan dan dada sendiri.

----- MESS -----

Tabik dan Salam HUMORana.com
Jakarta, 24 Maret 2015.

ttd & cap stempel resmi

Departemen Humor Garing

Inspirasi: ... aneka sumber

Artikel lain tertayang BARU di sub kanal humor ini, di antaranya:

Guyon Ringkes

VASEKTOMI vs KALENDER

Cerdiknya Mahasiswi Cantik Ini Mengaduk Gairah

Wisata Rohani

PEMAKAMAN JENAZAH DOKTER SPESIALIS KARDIOLOGI

Sedekah Pengacara Kaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun