[caption id="attachment_357198" align="aligncenter" width="600" caption="Sekedar Ilustrasi Lucu, Kontes Burung_komunikasi via whatsapp"][/caption]
Wahai para sohib kompasianer yang terhormat semuanya!!
Salam HUMORana.com
Seorang ketua tim pemberdayaan masyarakat warga asing, sebut namanya Timbul tetapi biar keren kedengaran keren minta dipanggil Tim saja, dikisahkan sampai di penghujung masa bagian tugas misi yang dipercayakan kepadanya. Terhitung ber-tahun2 sudah ia mengabdikan diri bersama misi mengajarkan peradaban dan keterampilan baru di pedalaman terpencil negara antah berantah itu. Dia sedang berbenah segala sesuatunya sebelum meninggalkan tempat tugasnya ketika disadarinya satu hal.
Apakah yang mengganjal di pikiran itu? Yakni kesadaran yang amat terlambat, lantaran justru dia kurang mengalokasikan waktu dan perhatian untuk lebih mengenalkan serta melatih keterampilan berbahasa nasional negara dari mana dirinya berasal. Bener, Indonesia dong. Kebetulan pula usulannya agar misi menyediakan pengajar spesifik belum kunjung terpenuhi.
Waktu pendek yang tersisa dimanfaatkan sebisanya. Suatu ketika diajaknya kepala suku, sebut Huek nama panggilan dia, untuk ber-jalan2 ke kawasan hutan lindung sekalian memeriksa penangkaran beberapa spesies satwa langka. Ikut menyertai bersama Huek sang kepala suku beberapa orangnya yang bakalan ditugasi mengantar Tim ke bandara mengurus barang2nya.
Mulai masuk hutan, pepohonan tambah banyak dan rapat. Digamitnya si kepala suku lantas ditunjuknya sebuah pohon trembesi (yang kesukaan SBY untuk penghijauan seremonial) dan berbagi pengetahuan bahasa nasional pun lalu berlangsung.
Tim: "Pohon. Ini namanya pohon. Nama spesiesnya trembesi."
Huek sang kepala suku menancapkan pandang ke yang ditunjuk dan menirukan ucap: "Pohon. Trembesi."
Tak mau ketinggalan bak koor kata itu diulang peserta lainnya. Lengkap dengan pengenalan nama spesies pohon itu. Lebih lanjut berjalan mereka dikejutkan oleh suara keras kepak ayam hutan terbang menjauh.
“Itu yang terbang pergi namanya ayam hutan. Ayam hutan,” Tim menjelaskan.
Sepertinya tekun belajar, Huek sang kepala suku berbareng anak buahnya memperhatikan dan mengulang ucap: "Ayam hutan."
Tentu perkembangan ini sungguh membuat Tim cukup puas dan gembira. Lantas meneruskan langkah, terhalang rimbunnya semak di depan. Tim merasa perlu menyesuaikan nalar untuk menyiasati cara menunjuk sesuatu yang bersifat jamak kemudian mengucap: "Semak. Sekumpulan tumbuhan pendek demikian disebut semak."
Belum sempat ajaran kosa kata semak mereka ulang ucapkan, terdengar suara gemerisik dari rimbunnya semak. Dan tatkala ada salah seorang yang menyibak semak itu, terlompatlah sepasang anak Adam dari keasyikan aktivitas seks mereka.
Tentu saja Tim kaget, namun meski masih dengan bingung yang tersisa dan jengah, ia tak mau meresikokan diri disebut tak punya perbendaharaan kata yang cukup menamai kejadian tersebut untuk dibagi. Maka di bawah ini katanya merespon perkembangan terbaru itu.
Tim: "Pria naik onthel."
Huek memelototi pasangan sial itu lekat2, juga Tim, lantas diperintahnya anak buahnya yang sertamerta meringkus dan menggelandang pergi pasangan itu kembali ke perkampungan.
Tim inginnya mencegah tindakan terlalu keras diberlakukan atas keduanya tadi, dan menandaskan kepada Huek sang kepala suku untuk lebih menghormati hukum dan azas peri keadilan yang sudah ikut diperkenalkannya selama tahunan bertugas di komunitas sukunya. Mengapa lantas tetap saja Huek mengeluarkan perintah menghukum keras dengan lagak yang masih terbelakang dan jelas dengan darah dingin?
Lugas Huek sang kepala suku itu memberikan alasan: ”Onthel punyaku,” sembari bergantian menunjuk si perempuan dan dada sendiri.
----- MESS -----
Tabik dan Salam HUMORana.com
Jakarta, 24 Maret 2015.
ttd & cap stempel resmi
Departemen Humor Garing
Inspirasi: ... aneka sumber
Artikel lain tertayang BARU di sub kanal humor ini, di antaranya:
Cerdiknya Mahasiswi Cantik Ini Mengaduk Gairah
PEMAKAMAN JENAZAH DOKTER SPESIALIS KARDIOLOGI