Mohon tunggu...
Mesrawati Erina G.
Mesrawati Erina G. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar dari manusia dan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik Tanpa Memberi Daya Juang

7 Desember 2023   10:13 Diperbarui: 7 Desember 2023   10:21 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal manusia memiliki 9 kecerdasan (linguistik, logis-matematis, spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, naturalistik, dan eksistensial) yang setiap individu memiliki keunggulannya masing-masing. 

Ekstrakurikuler di dalam institusi pendidikan pun seperti hanya menjadi kegiatan tanpa esensi yang jelas, tetapi jika pelajar menuai prestasi di dalam ekstrakurikuler, institusilah yang mendapat pengakuan terbesar. 

Meski demikian, dalam prosesnya, pelajar tidak pernah didukung secara penuh. Sulitnya mencari dana persiapan lomba, dan adanya cibiran dari guru mata pelajaran yang merasa dikesampingkan. Bakat dan minat pelajar nyatanya belum dapat difasilitasi secara maksimal oleh banyak sekolah, khususnya sekolah negeri.

Meski banyak ketidakoptimalan dalam memaksimalkan kecerdasan pelajar di sekolah, aturan yang ada justru memberi jalan mulus kepada pelajar yang tidak memiliki potensi daya juang yang baik. 

Beberapa tahun terakhir jarang ditemui pelajar yang tidak naik kelas karena nilainya tidak memenuhi. Ada istilah "katrol nilai" yang menjadi rahasia umum di sekolah yang merupakan salah satu bentuk ketidakadilan untuk pelajar yang akan berdampak kurang baik dalam jangka waktu panjang. 

Disebut ketidakadilan karena ke depannya ia akan sulit menyadari apa yang kurang dalam dirinya dan usahanya, karena selalu mendapatkan apa yang sebenarnya tidak layak ia dapatkan. 

Tidak adil juga bagi orang lain yang lebih mengoptimalkan dirinya, tetapi mendapatkan penilaian yang sama dengan orang yang sebenarnya tidak layak bersanding bersamanya.

Dari latar belakang yang demikian, akan membawa pengaruh yang cukup besar ke jenjang yang lebih tinggi, yakni perguruan tinggi. Karena merasa bahwa dunia pendidikan akan membantu kehidupannya meski dengan usaha yang minim, mahasiswa akan lebih tergoda untuk melakukan hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya karena terkekang oleh sangkar peraturan dan standar nilai yang menurutnya ketat, dibandingkan meningkatkan potensi diri untuk kehidupannya di dunia yang lebih luas dan terbuka. 

Apalagi jika orang tua masih memfasilitasi secara penuh pendidikan anaknya di perkuliahan, karena merasa aman, tidak sedikit mahasiswa yang menyepelekan secara langsung maupun tidak langsung. 

Sehingga banyak mahasiswa yang menjadi "mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang)" yang hanya datang kuliah untuk absen dan menyerap materi tanpa mengimplikasikannya ke dalam kehidupannya secara optimal, tidak mencari relasi baik yang dapat saling menguntungkan, dan tidak mencari kegiatan yang dapat membuat hidupnya sarat makna. 

Hal ini dapat berdampak jelas ketika mahasiswa sudah lulus dan lepas dari perguruan tinggi, ketika kesulitan mencari pekerjaan karena minim keahlian dan relasi, ketika terpaksa bekerja di bidang yang berbeda dari kompetensi yang diambil. Ia akan kesulitan untuk menghadapi rintangan dan mengambil keputusan yang diperlukan dalam kehidupannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun