Mohon tunggu...
mespin zulian
mespin zulian Mohon Tunggu... Guru -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Karakter Cinta Lingkungan sebagai Upaya Menyelamatkan Lingkungan

3 Mei 2016   08:12 Diperbarui: 3 Mei 2016   08:17 3337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suparno (2015: 29) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang bertujuan untuk membantu agar siswa-siswi mengalami, memperoleh, dan memiliki karakter kuat yang diinginkan. Misalnya nilai karakter kejujuran. Artinya pendidikan karakter kejujuran adalah suatu usaha membantu orang lain agar nilai kejujuran itu menjadi miliknya dan menjadi bagian hidupnya yang memengaruhi seluruh cara berpikir dan bertindak dalam hidupnya. Sama halnya dengan pendidikan karakter lingkungan seperti peduli lingkungan. Ini berarti suatu usaha membantu anak-anak agar sikap dan tidankannya selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang terjadi. Karakter atau sikap peduli lingkungan perlu ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak agar mereka bertumbuh menjadi pribadi yang peduli dan cinta terhadap lingkungan sekitar. Akhirnya tujuan dari sebuah pendidikan karakter cinta lingkungan adalah harapannya agar anak-anak menjadi duta lingkungan bagi sekolah, rumah, dan lingkungan sekitarnya serta menjadikan sikap atau karakter tersebut menjadi tabiatnya dalam kehidupan dimanapun dia berada. Karakter peduli lingkungan tidak hanya bersifat teoritis saja tetapi dituntut sebuah tindakan nyata yang membawa perubahan baik bagi kehidupan semua orang.

Bagaimana kita harus peduli terhadap lingkungan alam? Cukupkah hanya dengan menghargai alam saja? Bagaimana pula kita harus melawan pengrusakan lingkungan yang marak terjadi saat ini? pertanyaan ini tentunya menjadi pertanyaan refleksi bagi kita sebagai manusia ciptaan yang serupa dengan Tuhan. Satu-satunya yang penulis tawarkan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah setiap kita dituntut untuk melek ekologi. Sebagai makhluk ekologis kita manusia tentu tidak bisa hidup sendiri tanpa alam ciptaan. Nilai pendidikan karakter tentang peduli dan menghargai alam tidak hanya sekedar menjadi nilai teoritis tetapi harus dihidupi oleh setiap orang yang peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup. Proses pedulid dan menghargai harus diwujudnyatakan dalam sebuh tindakan yang bisa membawa perubahan baik bagi semua orang. Setiap kita dituntut untuk membuka hati terhadap persoalan lingkungan hidup, peduli dan bersedia menjadi tameng bagi kelestarian lingkungan sehingga “rumah kita” ini kembali menjadi tempat yang nyaman untuk berlindung. Untuk menyelamatkan alam ini tidak ada yang lain kecuali membangkitkan melek ekologi pada manusia zaman sekarang atau lebih khususnya kepada diri kita masing-masing. Karena hanya dengan demikian, kita sebagai manusia akan memperbaiki pola relasi dengan alam ciptaan.

Melek ekologi (ecoliteracy) yang dikemukakan oleh Capra adalah keadaan dimana orang telah memahami prinsip-prinsip ekologi itu dalam menata dan membangun kehidupan bersama umat manusia di bumi ini dalam dan untuk mewujudkan masyarakat berkelanjutan.Melek ekologi akan menyadarkan kita betapa pentingnya lingkungan hidup, pentingnya menjaga dan merawat bumi, ekosistem, alam sebagai tempat tinggal dan berkembangnya kehidupan. Tentu kita menyadari bahwa melek ekologi yang dikemukakan oleh Carpa tersebut berbanding terbalik apa yang terjadi saat ini dimana ada segelintir orang yang belum menyadari pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Peristiwa yang miris ini jangan sampai menyurutkan semangat kita yang masih berjuang untuk melawan pengrusakan alam yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Kita harus berani hadir untuk mengkampanyekan sebuah kehidupan yang lebih baik agar setiap orang sadar bahwa bumi kita berada dalam kondisi kritis yang membahayakan kehidupan semua ciptaan. Maka, saat ini kita perlu menerapkan prinsip-prinsip ekologis sebagai panduan dasar membangun kembali masyarakat yang berkelanjutan. Hanya dengan itu kita dapat mengatasi krisis lingkungan hidup sekaligus menyelamatkan kehidupan ciptaan pada umumnya.

Penulis akan mengadopsi sebagian prinsip-prinsip ekologis yang ditawarkan oleh Capra (dalam Keraf, 2014: 132) yaitu sebagai berikut. Prinspi pertama,Interdepedensi- ketergantungan timbal balik dari semua proses kehidupan satu terhadap yang lainnya (relasi ekologis). Setiap kita tentu paham bahwa kita tidak bisa hidup tanpa ada orang lain di sekitar kita. Itulah yang menjadikan kita sebagai makhluk sosial yang mempunyai ketergantungan terhadap ciptaan yang lain. Komitmen ini akan menyadarkan kita kembali bahwa setiap kita dipanggil untuk hidup bersama, berdamai dengan alam, dan berinteraksi dengan apa saja yang ada di sekitar kita. Dengan ketergantungan ini kita diharapkan mempunyai sikap respek terhadap kehidupan ciptaan lain. Prinsip kedua,prinsip daur ulang.Setiap kehidupan menghasilkan limbah buangan sisa proses kehidupan dalam dirinya yang kemudian diserap oleh kehidupan lainnya sebagai makanan yang berguna, sebagai energi dan materi yang pada gilirannya mengeluarkan lagi limbah sebagai sisa proses kehidupan selanjutnya dalam sebuah mata rantai yang berkelanjutan. Contoh sederhana dari prinsip daur ulang adalah memanfaatkan kembali benda-benda mati seperti sampah organik dan anorganik menjadi sesuatu yang bisa menghasilkan sebuah kehidupan baru bagi banyak orang. Kita diajak untuk menghargai sesuatu yang menurut kebanyakan oragn tidak mempunyai nilai, seperti sampah dan lain-lain hingga nantinya kita sendiri sadar bahwa prinsip daur ulang merupakan salah satu langkah untuk menyelamatkan bumi ini dari kehancuran. Prinsip ketiga, prinsip bersinergis.Sadar atau tidak kita tidak bisa membuat sebuah perubahan besar tanpa bekerja sama dengan orang lain. Maka untuk menyelamatkan bumi ini dari kehancuran kita butuh mitra atau partneragar bisa saling mendukung, saling menunjang, saling bekerja sama untuk menciptakan bumi yang nyaman demi sebuah kehidupan yang baik.

Upaya menyelamatkan lingkungan dari kehancuran menjadi tanggung jawab kita semua baik sebagai anggota masyarakat, komunitas, gereja, dan ciptaan secara keseluruhan. Maka hal konkret yang akan kita lakukan adalah memeprbaiki cara berelasi kita dengan alam, baik itu dalam mengelola alam ataupun mengonsumsinya. Arah pikiran, perasaan dan tindakan kita harus selalu mengarah pada kelestarian alam baik dalam bidang pemerintahan, pendidikan, keluarga, maupun masyarakat kita sendiri. Kita tidak bisa mengubah dunia ini menjadi baik dengan sendiri-sendiri tetapi perlu gotong royong sesuai dengan nilai ideologi yang kita anut sebagai bangsa Indonesia. Kita dipanggil untuk melestarikan alam ciptaan agar setiap kita ramah terhadap lingkungan. Tak perlu menjadi fundamentalis ekologi tapi cukuplah kita memperbaiki cara hadir kita, sebagai salah satu warga kehidupan dalam komunitas kehidupan alam semesta ini. Jadi, mari kita berpegang tangan bersama untuk menyelamatkan “rumah kita” dan serentak mengatakan “aku ingin jadi duta lingkungan untuk sekitarku”.

Referensi

Keraf, Sonny. 2014. Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan. Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius.

Suparno, Paul. 2015. Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius.

Awi, Lukas Tristanto. 2015. Panggilan Melestarikan Alam Ciptaan.Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius.

Fransiskus, Paus. 2015. Ensiklik Laudato Si’ tentang Perawatan Rumah Kita Bersama. Penterjemah: Martin Harun. Jakarta: Obor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun