Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Janji Manis Bukalapak yang BerujungPahit; Pelajaran untuk Investor Cerdas

15 Januari 2025   20:32 Diperbarui: 15 Januari 2025   20:32 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal dari Platform Bukalapak

Kisah Bukalapak menjadi sebuah pelajaran penting bagi para investor tentang bagaimana memilih dengan bijak sebelum memasukkan dana ke sebuah perusahaan. Di awal peluncuran IPO pada 2021, Bukalapak sempat menyulut optimisme dengan menjanjikan prospek bisnis yang cerah.

Kapitalisasi pasarnya melonjak hingga Rp 109 triliun, dan banyak investor, baik retail maupun institusi, yang percaya bahwa saham Bukalapak akan membawa keuntungan besar.

Namun, kenyataan pahit datang lebih cepat dari yang diperkirakan: hanya dalam waktu kurang dari empat tahun, nilai perusahaan tersebut terjun bebas, dengan kapitalisasi pasar yang anjlok menjadi Rp 12,7 triliun pada Januari 2025.

Harapan yang Hancur: Janji Besar yang Tidak Terealisasi

Saat IPO, Bukalapak tampil sebagai bintang baru di dunia e-commerce Indonesia. Janji-janji besar dan klaim prospek cerah disampaikan untuk meyakinkan investor. Sayangnya, di balik janji tersebut, kinerja Bukalapak ternyata tidak sesuai harapan.

Sebelum IPO, perusahaan ini tercatat merugi secara signifikan, dengan kerugian mencapai Rp 1,34 triliun pada 2020 dan Rp 2,79 triliun pada 2019. Meskipun kinerja buruk ini, Bukalapak tetap dapat melantai di bursa saham berkat perubahan aturan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia untuk mendukung pertumbuhan startup.

Namun, klaim besar tersebut ternyata lebih mirip "mimpi" yang tidak dapat terwujud. Investor yang membeli saham Bukalapak dengan harapan besar, akhirnya harus menghadapi kenyataan pahit ketika harga saham merosot tajam dari Rp 850 pada saat IPO menjadi hanya Rp 119 per unit.

Keputusan Bisnis yang Membingungkan

Keputusan Bukalapak untuk beralih fokus dari e-commerce ke penjualan pulsa dan produk digital lainnya justru semakin memperburuk citra perusahaan. Pasar pulsa yang sudah sangat kompetitif, dengan berbagai aplikasi dari provider seluler dan mobile banking, membuat Bukalapak kesulitan untuk bersaing.

Pesaing besar seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada telah lebih dulu menguasai pasar e-commerce Indonesia, sementara Bukalapak semakin terpinggirkan. Bukalapak, yang dulunya dianggap sebagai unicorn dengan potensi besar, kini harus berjuang keras untuk bertahan di pasar yang semakin ketat.

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah strategi baru Bukalapak akan berhasil, atau justru semakin memperburuk keadaan?

Perlunya Perlindungan untuk Investor

Kisah Bukalapak adalah pelajaran bagi kita semua, terutama bagi para investor, untuk lebih berhati-hati dalam memilih perusahaan untuk berinvestasi. Janji besar sering kali hanya menjadi daya tarik sementara yang bisa menutupi risiko yang ada.

Oleh karena itu, penting bagi investor untuk melakukan riset yang lebih mendalam, melihat kinerja perusahaan, dan mengevaluasi apakah strategi perusahaan tersebut dapat bertahan dalam jangka panjang.

Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus mengambil peran yang lebih besar dalam memberikan perlindungan kepada investor. Dalam kasus Bukalapak, investor retail dan institusi telah menanggung kerugian besar akibat keputusan yang diambil perusahaan dan aturan IPO yang menguntungkan startup meski kinerjanya kurang memadai.

Pelajaran untuk Investor Cerdas

Dari kisah Bukalapak, kita belajar bahwa tidak ada yang pasti dalam dunia investasi. Meskipun sebuah perusahaan terlihat menjanjikan, investor harus tetap berhati-hati dan melakukan penilaian objektif terhadap kinerja keuangan dan prospek bisnis jangka panjang.

Kita tidak boleh terjebak hanya pada janji-janji besar yang sering kali belum terbukti, melainkan harus berfokus pada data dan fakta yang ada. Investasi yang bijak adalah investasi yang dilakukan setelah melakukan riset mendalam, memperhitungkan risiko, dan memprediksi potensi jangka panjang.

Kisah Bukalapak mengajarkan kita untuk lebih cerdas dalam memilih perusahaan yang ingin kita dukung, serta pentingnya kewaspadaan terhadap perubahan strategi yang bisa mengubah prospek perusahaan secara drastis.

Kesimpulan

Janji manis Bukalapak yang berujung pahit adalah sebuah peringatan bagi semua investor untuk tidak hanya melihat potensi keuntungan, tetapi juga melakukan evaluasi mendalam terhadap risiko yang ada.

Evaluasi yang cermat terhadap kinerja, strategi, dan kekuatan perusahaan dalam menghadapi tantangan pasar adalah kunci untuk menghindari kerugian dan memastikan bahwa investasi yang dipilih memiliki dasar yang kokoh.

Dengan memahami hal ini, diharapkan kita bisa lebih cerdas dalam memilih investasi yang tidak hanya menjanjikan keuntungan, tetapi juga memiliki dasar yang kuat untuk bertahan dan berkembang di pasar yang kompetitif.

Dengan demikian, para investor dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan memilih peluang investasi yang lebih berkelanjutan.

Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun