Ketika mendengar nama Garut, mungkin yang pertama kali terlintas di benak kita adalah dodol, jajanan manis yang menjadi ciri khas daerah ini.
Namun, siapa sangka bahwa salah satu cokelat legendaris Indonesia, SilverQueen, juga memiliki akar sejarah yang bermula dari kota sejuk di Jawa Barat ini?
Kisah perjalanan SilverQueen adalah sebuah cerita inspiratif tentang kegigihan, inovasi, dan transformasi produk lokal menjadi merek kelas dunia.
Awal Mula Perjalanan SilverQueen
Semua bermula dari seorang pria keturunan Tionghoa asal Burma bernama Ming Chee Chuang. Pada masa penjajahan Hindia Belanda, Chuang melarikan diri dari Burma dan menetap di Garut.
Kehidupan awalnya penuh dengan perjuangan, tetapi ia melihat peluang besar di sebuah pabrik cokelat kecil bernama NV Ceres, yang saat itu dimiliki oleh seorang pengusaha Belanda. Dengan keberanian dan visi yang tajam, Chuang membeli pabrik tersebut, meskipun situasi politik dan ekonomi saat itu sedang tidak menentu.
Pada tahun 1950-an, NV Ceres diubah menjadi PT Perusahaan Industri Ceres, menandai awal baru bagi pabrik ini. Produk awal yang dihasilkan adalah wafer biskuit dengan merek Ritz. Namun, perjalanan Ritz tidak mudah.
Merek ini sempat menghadapi klaim dari perusahaan internasional, tetapi Chuang berhasil mempertahankannya melalui perjuangan hukum. Semangat untuk terus maju inilah yang kemudian mendorong Chuang melahirkan inovasi baru dalam bentuk cokelat batangan yang diberi nama SilverQueen.
Inovasi yang Mengubah Permainan
Salah satu langkah brilian Chuang adalah menciptakan cokelat yang tidak hanya lezat tetapi juga memiliki ciri khas. Ia mencampurkan cokelat dengan kacang mede, yang saat itu belum banyak digunakan dalam produk serupa.
Perpaduan rasa manis, gurih, dan tekstur renyah ini segera menarik perhatian banyak orang. SilverQueen pun mendapatkan tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia, menjadi salah satu pilihan utama untuk hadiah dan camilan di berbagai momen spesial.
Popularitas SilverQueen terus meroket seiring waktu. Bahkan, Presiden Soekarno dikabarkan sangat menyukai cokelat ini. Dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) yang berlangsung di Bandung pada tahun 1955, SilverQueen menjadi camilan resmi yang disajikan untuk para delegasi internasional.