Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Kenangan Menjadi Pembaca Setia Majalah Bobo Sejak Kecil di Tahun 1973

5 Januari 2025   20:57 Diperbarui: 6 Januari 2025   12:01 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Merza Gamal

Sejumlah karakter dari edisi Belanda diadaptasi menjadi karakter-karakter baru yang kemudian menjadi ikonik. Di antaranya adalah Upik, yang berasal dari nama Boemsi di Belanda; Coreng, yang berasal dari nama Krabbel; serta Paman Gembul, yang diadaptasi dari nama Oom Slokop.

Evolusi Harga dan Daya Tarik Majalah Bobo

Pada tahun pertama terbit, Majalah Bobo dijual dengan harga yang sangat terjangkau, hanya Rp 20 per eksemplar. Hal ini menjadikan majalah ini mudah diakses oleh anak-anak, bahkan dengan uang jajan mereka. 

Ketika saya masih duduk di kelas 2 SD pada tahun 1973, harga Majalah Bobo hanya sekitar Rp 45,- per eksemplar, dan itu sudah bisa menjadi uang jajan untuk seminggu. Untuk langganan setahun, biaya yang dibayar hanya sekitar Rp 585,-.

Namun, seperti halnya barang lainnya, harga Majalah Bobo terus mengalami perubahan seiring berjalannya waktu dan meningkatnya inflasi hingga harga Majalah Bobo mencapai Rp 18.000,- per eksemplar.

Perubahan harga ini mencerminkan dinamika ekonomi dan perubahan nilai uang, namun tetap tidak mengurangi daya tariknya sebagai bacaan favorit anak-anak Indonesia hingga tren majalah cetak berakhir, dan benar-benar berhenti terbit pada 21 Desember 2022.

Karakter-karakter Ikonik dalam Majalah Bobo

Karakter-karakter yang hadir di Majalah Bobo selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi pembaca cilik. Maskot Majalah Bobo adalah seekor kelinci berwarna biru yang sangat nakal namun cerdik bernama Bobo yang selalu mengenakan sweater berwarna merah berhuruf "b" (pada terbitan 1980 hingga awal 1990an sempat berganti huruf "B" besar) dan celana biru tua.

Bobo dikenal bersama Krabbel, kakak perempuannya (diadaptasi menjadi Coreng, dalam versi Indonesia, Coreng merupakan adik Bobo), dan juga sahabatnya Tjerk (diadaptasi menjadi Doni dalam versi Indonesia) merupakan tokoh yang diadopsi dari majalah aslinya.

Karakter-karakter ini bukan hanya menjadi ikon, tetapi juga memberikan pelajaran-pelajaran berharga dalam setiap petualangan mereka. Baik itu tentang persahabatan, kejujuran, maupun nilai-nilai lainnya yang penting dalam perkembangan karakter anak-anak.

Keberagaman cerita dan karakter ini menjadikan Majalah Bobo bukan sekadar bacaan, tetapi juga sarana untuk belajar tentang kehidupan.

Majalah Bobo di Mata Pembaca: Kenangan yang Tak Terlupakan

Bagi banyak generasi yang tumbuh pada era 70-an hingga awal 90-an, Majalah Bobo adalah bacaan yang sangat berarti. Banyak dari mereka yang mengenang bagaimana dulu mereka menantikan terbitan mingguan Majalah Bobo, membaca cerita-cerita seru sambil belajar pelajaran sekolah dasar, dan bermain permainan seru yang ada di dalamnya.

Majalah Bobo telah menjadi bagian dari masa kecil yang tidak terlupakan, memberikan pengetahuan, hiburan, serta membentuk karakter dan imajinasi anak-anak Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun