Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gelombang PHK Membayangi Kontraksi PMI Manufaktur Indonesia

15 Desember 2024   09:52 Diperbarui: 15 Desember 2024   09:52 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan lemahnya permintaan ekspor dan perlambatan domestik, gelombang PHK mulai terlihat, yang dapat memicu lonjakan pengangguran dan melemahkan daya beli masyarakat.

Lebih jauh, ketidakmampuan sektor manufaktur untuk pulih juga bisa memengaruhi sektor lain, termasuk jasa logistik, perdagangan, hingga keuangan.

Gelombang kontraksi ini, jika tidak segera diatasi, berpotensi menciptakan lingkaran setan ekonomi, di mana rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan konsumsi yang menurun, yang pada akhirnya memperburuk kondisi sektor manufaktur.

Apa yang Harus Dilakukan?

Untuk mencegah dampak buruk yang lebih besar, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Berikut beberapa rekomendasi yang bisa menjadi solusi:

  1. Stimulus Ekonomi:
    Pemerintah perlu memberikan stimulus langsung yang mendukung daya beli masyarakat, seperti subsidi dan bantuan sosial, sehingga konsumsi domestik dapat meningkat.
  2. Diversifikasi Pasar Ekspor:
    Mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu, seperti China dan Amerika Serikat, dengan memperluas pasar ekspor ke negara-negara di Afrika, Eropa Timur, dan Amerika Latin.
  3. Adopsi Teknologi:
    Mendorong perusahaan untuk menggunakan teknologi terbaru yang dapat meningkatkan produktivitas sekaligus menekan biaya produksi.
  4. Dukungan terhadap UKM:
    UKM di sektor manufaktur membutuhkan akses pembiayaan yang lebih mudah, pelatihan sumber daya manusia, dan kemudahan regulasi untuk bisa bersaing.
  5. Kolaborasi Publik-Swasta:
    Pemerintah dan sektor swasta perlu menciptakan ekosistem bisnis yang kondusif melalui kebijakan pajak, insentif investasi, dan peningkatan infrastruktur.

Pelajaran dari Negara Tetangga

Kinerja Filipina, yang memimpin PMI ASEAN dengan angka 53,8, mencerminkan pentingnya kestabilan kebijakan ekonomi yang berkelanjutan. Pemerintah Filipina secara aktif memberikan stimulus kepada sektor manufaktur melalui insentif pajak, dukungan pendanaan, dan program pelatihan tenaga kerja.

Langkah ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memperkuat daya saing di pasar global. Selain itu, Filipina juga fokus pada pengembangan sektor teknologi dan elektronik, yang memberikan kontribusi besar terhadap ekspor mereka.

Sementara itu, Vietnam terus menjadi salah satu tujuan utama investasi asing langsung (FDI) di kawasan Asia Tenggara. Keberhasilan Vietnam didukung oleh strategi kebijakan yang pro-investasi, seperti penawaran zona ekonomi khusus dengan insentif fiskal, kemudahan perizinan usaha, serta investasi besar-besaran dalam infrastruktur logistik.

Vietnam juga aktif menjalin perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan berbagai negara, yang memperluas akses pasar bagi produk manufakturnya. Konsistensi dalam pengelolaan ekonomi dan kebijakan yang ramah investor ini menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia.

Di sisi lain, Thailand menunjukkan bagaimana diversifikasi sektor manufaktur dapat menjadi kunci keberhasilan. Selain industri otomotif yang sudah mapan, Thailand mulai beralih ke pengembangan teknologi hijau dan energi terbarukan, yang sejalan dengan tren global menuju keberlanjutan. Kebijakan pemerintah yang mendukung inovasi ini telah menciptakan peluang baru bagi sektor manufaktur.

Dari pelajaran ini, Indonesia dapat belajar untuk mengadopsi strategi yang lebih berfokus pada kestabilan kebijakan, pengembangan infrastruktur, diversifikasi sektor, dan peningkatan daya saing tenaga kerja. Tanpa langkah proaktif, posisi Indonesia dalam persaingan regional akan terus tergerus.

Melihat ke Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun