Cahaya Harapan dari China
Meski demikian, ada secercah harapan dari luar negeri. China, mitra dagang terbesar Indonesia, mencatat kenaikan PMI manufaktur dari 50,3 menjadi 51,5. Dengan meningkatnya aktivitas manufaktur di China, permintaan terhadap komoditas ekspor Indonesia diharapkan ikut naik.
Namun, ketergantungan pada China saja tidak cukup. Situasi ini mengingatkan pentingnya diversifikasi pasar ekspor dan meningkatkan daya saing produk Indonesia agar mampu bersaing di pasar internasional.
Krisis ini tidak bisa dihadapi sendiri oleh pelaku usaha. Pemerintah perlu turun tangan dengan langkah strategis, seperti:
- Mendorong konsumsi domestik melalui program insentif.
- Diversifikasi pasar ekspor, agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada satu negara.
- Investasi dalam teknologi manufaktur, meningkatkan efisiensi dan daya saing produk Indonesia di pasar global.
Bagi masyarakat, langkah kecil seperti memilih produk lokal bisa memberikan dampak besar. Dengan mendukung industri dalam negeri, kita bersama-sama membantu menggerakkan kembali roda perekonomian.
Penutup: Jangan Biarkan Mesin Ini Berhenti
Sektor manufaktur adalah mesin besar yang menggerakkan perekonomian kita. Ketika mesin ini melambat, dampaknya terasa hingga ke akar. Kontraksi lima bulan terakhir adalah pengingat bahwa kita perlu bergerak bersama, dari pemerintah hingga masyarakat, untuk menjaga mesin ini tetap berjalan.
Dengan langkah strategis dan semangat kolaborasi, Indonesia bisa keluar dari bayang-bayang kontraksi ini. Harapan itu masih ada, selama kita tetap peduli, bersatu, dan bergerak bersama untuk masa depan ekonomi yang lebih cerah.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H