Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Mungkinkah Ayam Goreng Menggantikan Fried Chicken?

8 November 2024   20:47 Diperbarui: 8 November 2024   22:36 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelajaran dari Kasus Penutupan Gerai KFC di Indonesia

Tutupnya 47 gerai KFC di Indonesia oleh PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) telah menarik perhatian luas. FAST yang dimiliki oleh Keluarga Gelael dan Grup Salim ini telah melaporkan kerugian bersih signifikan sebesar Rp557,08 miliar hingga kuartal III 2024.

Langkah penutupan gerai tersebut menjadi salah satu upaya efisiensi di tengah situasi yang semakin kompleks, di mana perusahaan menghadapi berbagai tantangan bisnis, termasuk penurunan daya beli konsumen dan dampak boikot terhadap brand asal Amerika Serikat sebagai imbas dari konflik Timur Tengah.

Kasus ini menarik bagi berbagai pihak dalam dunia bisnis dan ekonomi, baik sebagai bahan evaluasi perusahaan berbasis brand internasional maupun sebagai inspirasi strategi untuk menghadapi situasi geopolitik yang dinamis.

Artikel ini akan mengeksplorasi perspektif yang lebih luas mengenai keputusan penutupan gerai KFC di Indonesia oleh FAST, menilai kemungkinan alternatif strategi yang dapat diambil, termasuk gagasan beralih ke brand lokal. Tindakan ini berpotensi mengurangi dampak dari risiko geopolitik dan meningkatkan penerimaan masyarakat lokal.

Selain itu, pembahasan ini bisa menjadi pelajaran bagi perusahaan lain yang memegang lisensi brand internasional, khususnya yang berpotensi terkena dampak dari isu-isu politik global yang berkembang.

Potensi Beralih ke Brand Lokal sebagai Langkah Strategis

Menyasar Potensi Pasar dengan Brand Lokal yang Lebih Fleksibel. Mengganti brand KFC dengan brand lokal dapat membuka peluang besar bagi FAST untuk berinovasi lebih fleksibel, dengan penyesuaian yang lebih mendalam terhadap kebutuhan pasar lokal.

Berbeda dengan brand internasional yang memerlukan standarisasi ketat, brand lokal bisa lebih mudah menyesuaikan produk sesuai selera dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Indonesia memiliki pasar penggemar fried chicken yang tersebar merata di berbagai wilayah, sehingga potensi ini sangat relevan.

Peluang: FAST dapat mengadaptasi citarasa dan pengalaman konsumen lokal dengan lebih baik, misalnya, menawarkan variasi bumbu khas nusantara atau menyediakan menu-menu yang lebih beragam sesuai preferensi daerah. Selain itu, FAST bisa membangun ikatan emosional yang lebih kuat dengan masyarakat, yang mungkin merasa lebih bangga mendukung produk lokal.

Mengurangi Beban Biaya Operasional dan Royalti. Mengelola brand internasional sering kali membutuhkan biaya lisensi dan royalti yang tinggi serta standar kualitas yang ketat. Dengan brand lokal, FAST memiliki keleluasaan dalam menentukan harga dan menu tanpa perlu mematuhi ketentuan ketat dari brand global.

Selain itu, alokasi biaya yang sebelumnya digunakan untuk lisensi dan royalti dapat dialihkan untuk pengembangan bisnis yang lebih relevan bagi konsumen lokal.

Peluang: Penghematan ini dapat dimanfaatkan untuk membangun jaringan distribusi lebih luas atau meningkatkan pelayanan dan kualitas produk. Fleksibilitas harga dan inovasi menu juga dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan, terutama yang sensitif terhadap harga.

Menghindari Risiko Geopolitik dan Boikot. Sebagai brand asal Amerika Serikat, KFC terpengaruh oleh boikot dari sebagian konsumen sebagai respons terhadap isu Timur Tengah yang sedang terjadi. Menggantikan brand internasional dengan brand lokal berpotensi mengurangi risiko terkait konflik geopolitik yang berdampak pada persepsi konsumen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun