Hari ini, tanggal 22 Oktober, kita memperingati Hari Santri Nasional. Pada hari yang sama juga merupakan ulang tahun ke-16 Kompasiana. Kedua peringatan ini, meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki benang merah yang sama---yakni peran penting komunitas dalam membangun nilai-nilai kebijaksanaan dan kontribusi terhadap bangsa.
Di tengah era kecerdasan buatan (AI=Artificial Intelligence) yang semakin dominan, baik santri maupun Kompasianer memiliki kesempatan untuk berperan dalam mendorong pendidikan kebijaksanaan, yang semakin penting dalam menghadapi tantangan zaman modern.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, terutama kecerdasan buatan, manusia tidak hanya dihadapkan pada inovasi yang mengubah cara kita bekerja dan hidup, tetapi juga pada tantangan moral dan etika yang memerlukan kebijaksanaan dalam menghadapinya.
Pendidikan kebijaksanaan menjadi kunci dalam menjembatani inovasi teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan. Bagaimana santri dan Kompasianer dapat berperan dalam konteks ini? Inilah yang akan kita eksplorasi dalam peringatan dua momen penting ini.
Peran Santri dalam Sejarah dan Era AI
Hari Santri Nasional diperingati setiap tahun untuk mengenang peran besar para santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945, memobilisasi ribuan santri untuk terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, khususnya dalam pertempuran di Surabaya.
Sejarah panjang ini memperlihatkan bahwa santri tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga pada kepedulian sosial dan politik bangsa.
Di era kecerdasan buatan saat ini, santri menghadapi tantangan baru. Pendidikan kebijaksanaan yang diajarkan di pesantren---melalui pemahaman agama, etika, dan moral---bisa menjadi modal utama untuk menghadapi tantangan AI yang tidak memiliki dimensi etis.
Di satu sisi, santri perlu menguasai teknologi untuk bersaing di dunia yang semakin digital. Di sisi lain, mereka juga perlu mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan tujuan yang lebih besar, yaitu kesejahteraan masyarakat.
Santri memiliki peran strategis dalam menjembatani teknologi dan nilai-nilai moral. Dalam penggunaan AI, misalnya, mereka dapat menjadi pionir etika digital, memastikan bahwa inovasi teknologi tidak hanya sekedar alat ekonomi tetapi juga berfungsi untuk memperkuat nilai-nilai sosial dan keagamaan yang positif.
Kompasiana dan Literasi Digital di Era Teknologi
Sementara itu, Kompasiana yang pada tahun ini merayakan ulang tahun ke-16, telah berkembang menjadi salah satu platform blog terbesar di Indonesia, dengan ribuan penulis berbagi ide dan perspektif.
Di era AI, di mana informasi dapat dihasilkan oleh mesin dan tersebar dengan sangat cepat, peran Kompasianer sebagai penggerak literasi digital menjadi semakin krusial.
Kompasianer, dengan kemampuan menulis dan mengelola informasi secara manusiawi, berperan dalam menjaga integritas informasi yang beredar di dunia maya. Mereka tidak hanya menyajikan informasi, tetapi juga menguraikan makna dan memberikan konteks yang lebih mendalam, membantu masyarakat memahami isu-isu yang kompleks.
Dalam era di mana AI mampu menghasilkan konten dengan cepat, manusia tetap diperlukan untuk memastikan bahwa informasi tersebut memiliki nilai moral dan tidak disalahgunakan.
Dengan semakin banyaknya berita palsu dan informasi yang menyesatkan, literasi digital yang baik adalah benteng utama bagi masyarakat agar tetap terinformasi dengan benar. Di sini, peran Kompasianer tidak bisa diremehkan, terutama dalam menghadirkan wacana yang konstruktif dan berdampak positif bagi komunitas luas.
Pendidikan Kebijaksanaan: Jembatan Antara Teknologi dan Kemanusiaan
Pendidikan kebijaksanaan di era AI melibatkan lebih dari sekadar pengetahuan teknis. Ini tentang mengajarkan bagaimana menggunakan teknologi dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
 AI memang memiliki kapasitas untuk memproses data dengan sangat cepat, tetapi tanpa kebijaksanaan, teknologi ini bisa digunakan secara tidak etis dan bahkan merugikan masyarakat.
Pendidikan kebijaksanaan menekankan pada nilai-nilai kemanusiaan seperti moralitas, etika, pemahaman yang mendalam tentang dampak tindakan, serta kemampuan untuk melihat melampaui angka dan data.
Manusia yang memiliki kebijaksanaan dapat meredakan konflik, mempromosikan dialog yang sehat, dan bekerja sama untuk menciptakan solusi berkelanjutan yang tidak hanya menguntungkan di sisi teknologi tetapi juga berakar pada kesejahteraan sosial.
Baik santri maupun Kompasianer memiliki peluang besar untuk memainkan peran penting di sini. Santri bisa memanfaatkan nilai-nilai agama yang kuat untuk memberikan kerangka etis dalam penggunaan teknologi, sedangkan Kompasianer bisa terus menyebarkan gagasan yang berpusat pada nilai kemanusiaan, membantu masyarakat untuk lebih kritis dalam menerima informasi yang dihasilkan oleh AI.
Harapan kepada Admin dan Redaksi Kompasiana
Di usianya yang ke-16, Kompasiana diharapkan bisa terus menjadi ruang yang inklusif dan berkualitas bagi para penulis, pembaca, dan komunitas digital di Indonesia. Admin dan Redaksi Kompasiana memiliki peran penting dalam menjaga kualitas konten yang dipublikasikan, serta mendukung penulis untuk berkembang di tengah tantangan dunia digital yang semakin kompleks.
Dengan semakin berkembangnya teknologi AI, harapan bagi Kompasiana adalah untuk bisa memanfaatkan teknologi ini dengan bijaksana, misalnya dengan menggunakan AI sebagai alat bantu dalam mempercepat proses penyuntingan dan pengelolaan konten, namun tetap mempertahankan kontrol manusia dalam memastikan bahwa konten yang diterbitkan berkualitas, etis, dan bermakna.
Kompasiana juga diharapkan bisa terus memfasilitasi kolaborasi lintas disiplin dan memperkuat program literasi digital untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Menyongsong Masa Depan dengan Pendidikan Kebijaksanaan
Hari Santri Nasional dan ulang tahun Kompasiana ke-16 menjadi momen refleksi yang tepat tentang bagaimana kita bisa melangkah ke depan, menghadapi tantangan era AI dengan tetap menjaga nilai-nilai kemanusiaan.
Pendidikan kebijaksanaan adalah jembatan yang akan membawa kita menuju masa depan yang lebih cerdas, lebih etis, dan lebih bijaksana.
Dengan pendidikan kebijaksanaan, santri dan Kompasianer dapat bersama-sama membangun masyarakat yang lebih baik, di mana teknologi digunakan untuk memperkuat hubungan sosial, mendukung kesejahteraan, dan mengedepankan nilai-nilai kebaikan.
Inilah saatnya kita bersinergi, menggabungkan tradisi, teknologi, dan kebijaksanaan untuk masa depan yang berkelanjutan.
Selamat Hari Santri Nasional dan Selamat Ulang Tahun ke-16 Kompasiana!
Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI