Di Indonesia, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA), salah satu unicorn terkemuka, menjadi contoh menarik dari tantangan yang dihadapi perusahaan unicorn di pasar publik. Bukalapak mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021, dengan total realisasi dana IPO sebesar Rp 21,33 triliun.
Akan tetapi, hingga pertengahan 2024, BUKA masih memiliki sisa dana IPO sebesar Rp 9,83 triliun yang belum digunakan. (Sumber:1)
Sejak IPO, kinerja saham Bukalapak mengalami penurunan signifikan, dengan penurunan harga saham mencapai 87,45% dari nilai awal IPO. Sepanjang tahun 2023, Bukalapak melaporkan kerugian sebesar Rp 1,36 triliun, yang berbanding terbalik dengan laba sebesar Rp 1,98 triliun yang dicatatkan pada tahun sebelumnya. (Sumber:2)Â
Kondisi tersebut menunjukkan tantangan besar yang dihadapi perusahaan untuk mempertahankan profitabilitas di tengah persaingan ketat dan perubahan lanskap bisnis.
Walau pun demikian, Bukalapak terus berinovasi dan melakukan diversifikasi bisnis sebagai bagian dari strategi jangka panjangnya. Mereka melakukan berbagai akuisisi strategis, termasuk startup logistik Crewdible dan AlloFresh.
Kepemimpinan Willix Halim sebagai CEO juga berfokus pada memperluas ekosistem bisnis Bukalapak, meskipun investor masih berhati-hati terhadap volatilitas saham perusahaan.
Analisis Peluang di Pasar Unicorn
Pasar unicorn menawarkan kesempatan besar karena perusahaan-perusahaan ini sering menjadi pelopor inovasi disruptif yang merombak industri. Investasi di unicorn seperti SpaceX, OpenAI, atau Stripe bisa memberikan keuntungan luar biasa karena perusahaan-perusahaan ini mengubah cara kerja sektor-sektor mereka.Â
Namun, risiko yang dihadapi juga besar, terutama terkait overvaluation dan ketidakpastian profitabilitas jangka pendek.
Oleh karena itu, penting bagi investor untuk melakukan analisis mendalam terhadap model bisnis unicorn. Investor harus memeriksa apakah pertumbuhan didukung oleh strategi yang berkelanjutan dan apakah perusahaan memiliki rencana yang jelas untuk mencapai profitabilitas.
Dalam kasus Bukalapak, meskipun valuasinya besar, tantangan yang dihadapi setelah IPO menunjukkan bahwa pertumbuhan cepat harus disertai dengan eksekusi yang baik untuk mempertahankan nilai perusahaan.
Investor juga perlu memperhatikan faktor-faktor seperti burn rate, arus kas, dan potensi pasar unicorn. Model bisnis yang berkelanjutan dan pasar yang luas menjadi kunci kesuksesan unicorn jangka panjang, terutama di tengah meningkatnya persaingan dan perubahan teknologi.
Penutup