Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perkembangan Ekosistem Startup di Pasar Sekunder, Belajar dari Bukalapak dan Tantangan Unicorn Dunia

21 Oktober 2024   20:32 Diperbarui: 21 Oktober 2024   20:42 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI

Perusahaan unicorn, atau startup yang memiliki valuasi lebih dari satu miliar dolar, telah menjadi sorotan dalam lanskap pasar sekunder yang semakin berkembang.

Pasar sekunder, tempat di mana saham perusahaan yang belum terdaftar diperdagangkan, menjadi penting bagi startup yang ingin memberikan likuiditas kepada karyawan dan investor awal tanpa harus melalui IPO (Initial Public Offering).

Namun demikian, meskipun potensi pasar ini besar, banyak unicorn menghadapi berbagai tantangan untuk mencapai likuiditas yang efektif.

Tantangan di Pasar Sekunder

Menurut Tom Callahan, CEO Nasdaq Private Market, hanya sekitar 25 dari 1.200 unicorn global yang memiliki likuiditas nyata di pasar sekunder. Beberapa perusahaan besar seperti SpaceX, OpenAI, dan Stripe menjadi pusat perhatian, namun mayoritas unicorn lain menghadapi kesulitan dalam menyediakan akses yang cukup kepada investor. (Sumber: Fortune, 17 Oktober 2024)

Salah satu hambatan terbesar adalah kontrol yang ketat dari perusahaan itu sendiri terhadap perdagangan saham mereka. Banyak perusahaan menolak perdagangan di pasar sekunder atau hanya mengizinkannya dalam kondisi terbatas.

Selain itu, investor sering kali tidak memiliki akses informasi yang memadai tentang kinerja perusahaan, terutama bagi perusahaan yang belum melakukan IPO. Ini meningkatkan risiko bagi mereka yang tertarik untuk berinvestasi di unicorn melalui pasar sekunder.

Namun, stigma terkait "down rounds" (putaran pembiayaan yang menurunkan valuasi) sudah mulai menurun.

Tom Callahan menambahkan bahwa lebih banyak unicorn mulai terlibat dalam penawaran tender, yang memungkinkan karyawan dan pemegang saham awal menjual sebagian saham mereka. Pada Mei 2024, lebih banyak transaksi tender terjadi dibandingkan sepanjang tahun 2023, menunjukkan rebound signifikan di pasar swasta.

Perkembangan Bukalapak

Di Indonesia, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA), salah satu unicorn terkemuka, menjadi contoh menarik dari tantangan yang dihadapi perusahaan unicorn di pasar publik. Bukalapak mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021, dengan total realisasi dana IPO sebesar Rp 21,33 triliun.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI

Akan tetapi, hingga pertengahan 2024, BUKA masih memiliki sisa dana IPO sebesar Rp 9,83 triliun yang belum digunakan. (Sumber:1)

Sejak IPO, kinerja saham Bukalapak mengalami penurunan signifikan, dengan penurunan harga saham mencapai 87,45% dari nilai awal IPO. Sepanjang tahun 2023, Bukalapak melaporkan kerugian sebesar Rp 1,36 triliun, yang berbanding terbalik dengan laba sebesar Rp 1,98 triliun yang dicatatkan pada tahun sebelumnya. (Sumber:2) 

Kondisi tersebut menunjukkan tantangan besar yang dihadapi perusahaan untuk mempertahankan profitabilitas di tengah persaingan ketat dan perubahan lanskap bisnis.

Walau pun demikian, Bukalapak terus berinovasi dan melakukan diversifikasi bisnis sebagai bagian dari strategi jangka panjangnya. Mereka melakukan berbagai akuisisi strategis, termasuk startup logistik Crewdible dan AlloFresh.

Kepemimpinan Willix Halim sebagai CEO juga berfokus pada memperluas ekosistem bisnis Bukalapak, meskipun investor masih berhati-hati terhadap volatilitas saham perusahaan.

Analisis Peluang di Pasar Unicorn

Pasar unicorn menawarkan kesempatan besar karena perusahaan-perusahaan ini sering menjadi pelopor inovasi disruptif yang merombak industri. Investasi di unicorn seperti SpaceX, OpenAI, atau Stripe bisa memberikan keuntungan luar biasa karena perusahaan-perusahaan ini mengubah cara kerja sektor-sektor mereka. 

Namun, risiko yang dihadapi juga besar, terutama terkait overvaluation dan ketidakpastian profitabilitas jangka pendek.

Oleh karena itu, penting bagi investor untuk melakukan analisis mendalam terhadap model bisnis unicorn. Investor harus memeriksa apakah pertumbuhan didukung oleh strategi yang berkelanjutan dan apakah perusahaan memiliki rencana yang jelas untuk mencapai profitabilitas.

Dalam kasus Bukalapak, meskipun valuasinya besar, tantangan yang dihadapi setelah IPO menunjukkan bahwa pertumbuhan cepat harus disertai dengan eksekusi yang baik untuk mempertahankan nilai perusahaan.

Investor juga perlu memperhatikan faktor-faktor seperti burn rate, arus kas, dan potensi pasar unicorn. Model bisnis yang berkelanjutan dan pasar yang luas menjadi kunci kesuksesan unicorn jangka panjang, terutama di tengah meningkatnya persaingan dan perubahan teknologi.

Penutup

Kinerja Bukalapak dan banyak unicorn lainnya memberikan pelajaran berharga bagi para pelaku ekonomi dan investor.

Pasar sekunder bisa menjadi peluang bagi perusahaan untuk menawarkan likuiditas tambahan, tetapi tanpa akses informasi yang cukup, investor harus berhati-hati dalam menentukan strategi investasi mereka.

Dengan meningkatnya jumlah unicorn yang melakukan penawaran tender dan penurunan stigma terhadap putaran pendanaan yang lebih rendah, peluang untuk investasi di pasar swasta semakin terbuka, meski dengan risiko yang harus diperhitungkan secara matang.

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun