Laskar Putri Surakarta, yang dibentuk pada 11 Oktober 1945, terdiri dari sekitar 200 remaja putri yang sebagian besar masih sekolah atau bekerja. Mereka dilatih kemiliteran untuk menjadi bagian dari pasukan cadangan serta berperan dalam berbagai tugas penting lainnya, seperti mengelola dapur umum, mencari bahan makanan, membantu tenaga kesehatan di pos Palang Merah Indonesia (PMI), dan melayani di garis belakang.
Salah satu anggota penting dari Laskar Putri Surakarta adalah Ibu Tien Soeharto, yang kemudian menjadi Ibu Negara Indonesia. Keberadaan Laskar Putri menunjukkan bahwa kaum perempuan tidak hanya menjadi pendukung di belakang layar, tetapi juga terlibat langsung dalam upaya mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Peran wanita dalam perjuangan ini adalah bukti bahwa semangat patriotisme tidak mengenal jenis kelamin. Para perempuan Surakarta, dengan tekad kuat, turut mengangkat senjata dan mendukung pejuang di garis depan. Monumen ini menjadi pengingat abadi akan kontribusi luar biasa yang diberikan oleh kaum wanita dalam perjuangan bangsa.
Malam Syahdu di Gedung Djoeang 45
Setelah menyelami sejarah panjang gedung ini, saya pun melangkah lebih jauh ke dalam, menikmati suasana malam yang begitu syahdu. Gedung Djoeang 45 kini menjadi salah satu tempat favorit bagi pengunjung yang ingin menikmati arsitektur Eropa klasik berpadu dengan elemen modern.
Di malam hari, pencahayaan yang temaram memberikan nuansa eksotis yang begitu memikat. Banyak sudut-sudut bangunan yang menjadi spot foto favorit, terutama bagi kaum muda yang ingin mengabadikan momen dengan latar arsitektur yang bersejarah.
Selain itu, terdapat kafe gelato di area gedung, yang menambah kesan santai dan menyenangkan bagi pengunjung. Meskipun tidak dikenakan biaya masuk untuk menikmati suasana di luar gedung, pengunjung yang ingin masuk ke dalam gedung diwajibkan membeli gelato seharga Rp15.000. Ini tentunya menjadi pengalaman yang sepadan, mengingat keindahan arsitektur dan nilai sejarah yang ditawarkan.
Saat saya menikmati gelato di halaman Gedung Djoeang, saya tak bisa berhenti memikirkan betapa banyaknya peristiwa penting yang pernah terjadi di tempat ini. Gedung ini telah menyaksikan berbagai babak dalam sejarah Indonesia, dari masa penjajahan hingga kemerdekaan, dari perjuangan fisik hingga kini menjadi simbol sejarah yang penuh makna.
Refleksi Perjalanan
Gedung Djoeang 45 dan Monumen Laskar Putri adalah saksi abadi dari pengorbanan besar yang telah dilakukan oleh para pahlawan bangsa, baik pria maupun wanita.
Kunjungan saya ke tempat ini memberikan saya perspektif baru tentang arti perjuangan dan bagaimana sejarah dapat menjadi pengingat untuk terus menghargai kemerdekaan yang telah diraih dengan darah, keringat, dan air mata.