Di setiap rumah, hidangan memiliki cerita dan kenangan tersendiri. Bagi keluarga kami, Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya adalah dua masakan istimewa yang selalu hadir dalam momen-momen penting, seperti perayaan ulang tahun atau anniversary pernikahan.
Kedua hidangan ini bukan hanya soal cita rasa yang lezat, tetapi juga warisan resep turun-temurun dari ibu saya yang kami jaga dan nikmati bersama keluarga besar. Walaupun saat ini sudah tersedia dalam kemasan frozen food.
Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya: Kelezatan dari Perpaduan Budaya
Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya berasal dari perpaduan budaya Tionghoa dan Melayu. Lontong Cap Go Meh kerap disajikan dalam perayaan Imlek dan Malam Cap Go Meh, melambangkan harapan panjang umur dan keberuntungan. Hidangan ini terdiri dari lontong, bihun, opor ayam, telur pindang (cha ye dan), dan daun kemangi, menciptakan harmoni rasa yang lezat.
Sementara itu, Laksa Nonya adalah hidangan berkuah santan yang kaya rasa, dengan mie, tahu, udang, dan telur sebagai topping utamanya. Laksa Nonya menggambarkan kompleksitas kuliner peranakan, yang menggabungkan keunikan rempah Melayu dengan teknik masak Tionghoa.
Memasak Bersama: Tradisi Keluarga yang Penuh Kehangatan
Di rumah kami, Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya sering hadir dalam momen istimewa lainnya seperti ulang tahun anggota keluarga. Saya dan istri sering memasak kedua hidangan ini sebagai cara kami menjaga warisan kuliner dari ibu saya.
Resep-resep yang telah diwariskan bertahun-tahun ini kami teruskan, menjadikan setiap acara perayaan terasa lebih istimewa.
Selain itu, kami juga membuat telur pindang (cha ye dan) sendiri di rumah. Proses memasak telur dengan bumbu teh ini menghadirkan aroma yang khas dan menjadikannya pelengkap sempurna bagi hidangan Lontong Cap Go Meh.