Uniknya, Gudeg Bu Lies juga tersedia dalam kemasan kaleng, meskipun tidak sesegar gudeg kendi, pilihan ini sangat praktis untuk dibawa pulang, terutama jika ingin menikmati gudeg di tempat lain.
Di perjalanan berburu gudeg, saya juga menemukan tempat unik lainnya: Gudeg Bu Sri. Berlokasi di Wirobrajan, gudeg yang satu ini memiliki keistimewaan dengan cita rasa yang berbeda---gudeg basah.
Gudeg Bu Sri sudah ada sejak 1988 dan dikenal dengan lauk khas Burung Dara Goreng, yang membuatnya semakin diminati. Rasa gurih dari gudeg basahnya memberikan sensasi berbeda di lidah, dan tempat ini selalu ramai dengan pelanggan yang ingin mencicipi gudeg yang kaya rasa ini.
Tak ketinggalan, ada satu lagi pengalaman yang tak terlupakan---sarapan pagi-pagi dengan Gudeg Basah Mbak Ning di trotoar Jalan Brigjen Katamso. Gudeg basah yang disajikan dengan telur bebek, ayam, tahu, sambal krecek, serta areh dan daun singkong ini terasa sangat lembut di mulut, membuat saya tak bisa berhenti mengunyah.
Rasanya begitu memuaskan, apalagi dengan teh manis panas sebagai pendamping. Sarapan di sini tak hanya memuaskan perut, tetapi juga memberi energi untuk menjalani hari dengan senyuman. Gudeg Basah Mbak Ning juga bisa dipesan melalui layanan online.
Setiap kali waktu luang, saya lebih memilih sarapan di tempat seperti Gudeg Mbak Ning, meskipun hotel tempat saya menginap juga menyediakan gudeg di salah satu stall sarapan mereka.
Berbicara tentang gudeg di hotel berbintang, tentu tampilannya jauh lebih elegan dan menarik. Namun, bagi saya, sensasi menikmati makanan tradisional yang merakyat seperti gudeg ini terasa kurang jika disajikan dalam suasana formal. Ada sesuatu yang hilang dari pengalaman itu, terutama ketika waktu saya terbatas di Yogyakarta.