Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mempertimbangkan dari Berbagai Sudut Pandang sebelum Memutuskan Vasektomi

22 September 2024   07:20 Diperbarui: 22 September 2024   07:33 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI

Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi yang ditujukan khusus untuk pria. Meski efektif mencegah kehamilan, metode ini masih jarang dipilih dibandingkan dengan kondom atau kontrasepsi yang digunakan oleh perempuan.

Vasektomi, yang dilakukan dengan memotong dan mengikat saluran sperma, bersifat permanen dan memiliki tingkat keberhasilan mendekati 99%. Namun, selain dari sisi medis, keputusan untuk menjalani vasektomi memerlukan pertimbangan dari berbagai sudut pandang, termasuk sosial, tanggung jawab keluarga, serta ajaran agama.

Artikel sederhana berdasarkan pengamatan saya selama terlibat dalam mengelola rumah sakit selama lima tahun ini akan mengupas vasektomi secara menyeluruh, membantu pembaca untuk mempertimbangkan berbagai aspek sebelum mengambil keputusan.

Apa Itu Vasektomi?

Vasektomi adalah tindakan medis berupa sterilisasi permanen pada pria. Prosedur ini bertujuan untuk mencegah kehamilan dengan cara memutus saluran sperma (vas deferens), sehingga sperma tidak lagi keluar bersama air mani saat ejakulasi.

Meski demikian, air mani tetap diproduksi seperti biasa, hanya tanpa kandungan sperma. Vasektomi sangat efektif dalam mencegah kehamilan, lebih efektif daripada kondom dan metode kontrasepsi lainnya.

Namun, berbeda dengan metode sementara, vasektomi bersifat permanen. Oleh karena itu, vasektomi cocok untuk pria yang benar-benar yakin tidak ingin memiliki anak lagi.

Vasektomi dalam Program Keluarga Berencana

Vasektomi mulai diperkenalkan dalam program Keluarga Berencana (KB) secara global pada pertengahan abad ke-20. Program KB yang difokuskan pada pengendalian angka kelahiran berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengendalian populasi dan kesejahteraan keluarga.

Metode ini dipromosikan sebagai alternatif bagi pasangan yang sudah tidak ingin menambah anak dan membutuhkan solusi kontrasepsi permanen.

Pada awalnya, vasektomi lebih populer di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Namun, lama-kelamaan metode ini juga diadopsi di negara-negara berkembang.

Di India, misalnya, vasektomi pernah menjadi salah satu metode yang cukup gencar dipromosikan dalam kampanye Keluarga Berencana pada tahun 1970-an, meskipun penerimaannya tidak selalu diterima secara luas karena berbagai kendala sosial dan budaya.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Di Indonesia, vasektomi mulai diperkenalkan dalam program KB pada era 1980-an, bersamaan dengan berbagai metode kontrasepsi lainnya seperti pil KB, IUD, dan suntik. Pada masa itu, pemerintah Indonesia sangat aktif mempromosikan program KB sebagai bagian dari usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.

Namun demikian, vasektomi tidak pernah sepopuler metode kontrasepsi yang ditujukan untuk perempuan. Berbagai alasan, mulai dari persepsi sosial, mitos mengenai dampak vasektomi pada vitalitas pria, hingga kurangnya informasi mengenai prosedur ini, membuatnya kurang diminati oleh pria Indonesia.

Meski begitu, hingga kini, vasektomi tetap menjadi salah satu pilihan dalam program KB Indonesia, terutama untuk pasangan yang sudah tidak berencana memiliki anak lagi.

Program KB di Indonesia juga menekankan pentingnya tanggung jawab bersama antara suami dan istri dalam merencanakan keluarga, meski pada kenyataannya, metode kontrasepsi masih lebih banyak digunakan oleh perempuan.

Membagi Tanggung Jawab Reproduksi

Selama ini, beban kontrasepsi umumnya lebih banyak ditanggung oleh perempuan, melalui metode seperti pil KB, suntik, atau IUD. Vasektomi memberikan pria kesempatan untuk turut serta dalam berbagi tanggung jawab tersebut.

Tanggung jawab kesehatan reproduksi seharusnya tidak hanya dipikul oleh satu pihak, tetapi menjadi keputusan bersama antara suami dan istri. Dengan vasektomi, pria bisa mengambil langkah proaktif dalam mencegah kehamilan dan membantu mengurangi risiko yang harus dihadapi perempuan dalam penggunaan kontrasepsi.

Kekhawatiran Pasangan terhadap Vasektomi

Meskipun vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi yang aman dan efektif, beberapa pasangan merasa khawatir mengenai dampak sosial dan emosional yang mungkin terjadi setelah prosedur ini. 

Salah satu kekhawatiran yang sering muncul adalah dari pihak istri, yang mungkin merasa takut jika suaminya lebih terbuka untuk berhubungan intim dengan wanita lain setelah vasektomi, karena tidak ada lagi risiko kehamilan di luar nikah.

Hal ini bisa memicu rasa tidak percaya atau cemas dalam hubungan. Namun, penting untuk diingat bahwa vasektomi bukanlah solusi untuk masalah kesetiaan, melainkan bagian dari tanggung jawab bersama dalam perencanaan keluarga. 

Komunikasi terbuka antara suami dan istri sangatlah penting untuk membicarakan kekhawatiran tersebut. Vasektomi harus dilihat sebagai upaya positif dalam merencanakan keluarga, bukan sebagai ancaman terhadap kesetiaan.

Melalui dialog terbuka, pasangan bisa memahami bahwa keputusan untuk melakukan vasektomi bertujuan untuk kesejahteraan bersama, dan komitmen dalam hubungan tidak bergantung pada metode kontrasepsi yang dipilih.

Pandangan Agama tentang Vasektomi

Pandangan agama memainkan peran penting dalam mempengaruhi keputusan seseorang tentang sterilisasi permanen seperti vasektomi. Setiap agama besar memiliki pandangan yang berbeda terkait hal ini:

  1. Islam: Dalam ajaran Islam, vasektomi dianggap bertentangan dengan prinsip prokreasi yang dianjurkan dalam agama. Islam mendorong umatnya untuk melestarikan keturunan, sebagaimana tercantum dalam hadis, "Nikahilah wanita-wanita yang penyayang dan subur, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lainnya pada hari kiamat." (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i). Meskipun ada pengecualian dalam situasi kesehatan yang kritis, sterilisasi secara umum tidak dianjurkan.
  2. Katolik: Gereja Katolik melarang segala bentuk sterilisasi permanen, termasuk vasektomi. Ajaran dalam Humanae Vitae menekankan bahwa tujuan pernikahan adalah prokreasi dan kesatuan pasangan. Sterilisasi dianggap melanggar keutuhan tubuh dan bertentangan dengan kehendak Tuhan untuk menciptakan kehidupan.
  3. Hindu: Hindu lebih fleksibel dalam pandangannya terhadap vasektomi. Keputusan ini dilihat sebagai pilihan pribadi yang perlu dipertimbangkan dengan baik, terutama terkait kewajiban dharma (tanggung jawab) dan ahimsa (tidak menyakiti). Jika vasektomi dilakukan untuk kebaikan keluarga dan mencegah penderitaan, biasanya tindakan ini diterima secara moral.
  4. Buddha: Ajaran Buddha tidak memiliki larangan spesifik terhadap vasektomi. Prinsip utama dalam ajaran Buddha adalah menghindari penderitaan. Jika vasektomi dilakukan dengan niat untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan, dan tidak menimbulkan penderitaan bagi orang lain, tindakan ini dianggap sesuai dengan ajaran Buddha.

Vasektomi sebagai Keputusan Pribadi

Meskipun vasektomi merupakan metode yang sangat efektif, sifatnya yang permanen menuntut pertimbangan matang. Prosedur ini biasanya dipilih oleh pria yang yakin tidak ingin memiliki anak lagi. Meskipun ada prosedur pembalikan vasektomi (reversal), tingkat keberhasilannya tidak selalu menjamin kesuburan kembali.

Sebelum memutuskan vasektomi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter dan memahami sepenuhnya risiko serta manfaat yang terkait. Selain itu, berbicara dengan pasangan, terutama dalam konteks pernikahan, juga penting untuk memastikan keputusan ini diambil secara bersama-sama.

Kesimpulan

Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang sangat efektif dan bisa menjadi solusi yang baik untuk pasangan yang ingin mencegah kehamilan. Namun, keputusan untuk menjalani vasektomi memerlukan pertimbangan dari berbagai aspek, termasuk pandangan agama, kesehatan, dan tanggung jawab keluarga. Vasektomi tidak hanya soal medis, tetapi juga menyangkut nilai-nilai etika dan keyakinan.

Mempertimbangkan dari berbagai sudut pandang sebelum memutuskan vasektomi adalah langkah yang bijaksana untuk memastikan bahwa keputusan ini membawa manfaat jangka panjang bagi semua pihak yang terlibat.

Dengan informasi yang tepat, diskusi dengan pasangan, serta konsultasi dengan dokter dan pemuka agama, vasektomi bisa menjadi keputusan yang bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga.

Penulis: Merza Gamal (Former Direktur Rumah Sakit)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun