Di Indonesia, vasektomi mulai diperkenalkan dalam program KB pada era 1980-an, bersamaan dengan berbagai metode kontrasepsi lainnya seperti pil KB, IUD, dan suntik. Pada masa itu, pemerintah Indonesia sangat aktif mempromosikan program KB sebagai bagian dari usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.
Namun demikian, vasektomi tidak pernah sepopuler metode kontrasepsi yang ditujukan untuk perempuan. Berbagai alasan, mulai dari persepsi sosial, mitos mengenai dampak vasektomi pada vitalitas pria, hingga kurangnya informasi mengenai prosedur ini, membuatnya kurang diminati oleh pria Indonesia.
Meski begitu, hingga kini, vasektomi tetap menjadi salah satu pilihan dalam program KB Indonesia, terutama untuk pasangan yang sudah tidak berencana memiliki anak lagi.
Program KB di Indonesia juga menekankan pentingnya tanggung jawab bersama antara suami dan istri dalam merencanakan keluarga, meski pada kenyataannya, metode kontrasepsi masih lebih banyak digunakan oleh perempuan.
Membagi Tanggung Jawab Reproduksi
Selama ini, beban kontrasepsi umumnya lebih banyak ditanggung oleh perempuan, melalui metode seperti pil KB, suntik, atau IUD. Vasektomi memberikan pria kesempatan untuk turut serta dalam berbagi tanggung jawab tersebut.
Tanggung jawab kesehatan reproduksi seharusnya tidak hanya dipikul oleh satu pihak, tetapi menjadi keputusan bersama antara suami dan istri. Dengan vasektomi, pria bisa mengambil langkah proaktif dalam mencegah kehamilan dan membantu mengurangi risiko yang harus dihadapi perempuan dalam penggunaan kontrasepsi.
Kekhawatiran Pasangan terhadap Vasektomi
Meskipun vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi yang aman dan efektif, beberapa pasangan merasa khawatir mengenai dampak sosial dan emosional yang mungkin terjadi setelah prosedur ini.Â
Salah satu kekhawatiran yang sering muncul adalah dari pihak istri, yang mungkin merasa takut jika suaminya lebih terbuka untuk berhubungan intim dengan wanita lain setelah vasektomi, karena tidak ada lagi risiko kehamilan di luar nikah.
Hal ini bisa memicu rasa tidak percaya atau cemas dalam hubungan. Namun, penting untuk diingat bahwa vasektomi bukanlah solusi untuk masalah kesetiaan, melainkan bagian dari tanggung jawab bersama dalam perencanaan keluarga.Â
Komunikasi terbuka antara suami dan istri sangatlah penting untuk membicarakan kekhawatiran tersebut. Vasektomi harus dilihat sebagai upaya positif dalam merencanakan keluarga, bukan sebagai ancaman terhadap kesetiaan.
Melalui dialog terbuka, pasangan bisa memahami bahwa keputusan untuk melakukan vasektomi bertujuan untuk kesejahteraan bersama, dan komitmen dalam hubungan tidak bergantung pada metode kontrasepsi yang dipilih.