Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mempertimbangkan dari Berbagai Sudut Pandang sebelum Memutuskan Vasektomi

22 September 2024   07:20 Diperbarui: 22 September 2024   07:33 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Di Indonesia, vasektomi mulai diperkenalkan dalam program KB pada era 1980-an, bersamaan dengan berbagai metode kontrasepsi lainnya seperti pil KB, IUD, dan suntik. Pada masa itu, pemerintah Indonesia sangat aktif mempromosikan program KB sebagai bagian dari usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.

Namun demikian, vasektomi tidak pernah sepopuler metode kontrasepsi yang ditujukan untuk perempuan. Berbagai alasan, mulai dari persepsi sosial, mitos mengenai dampak vasektomi pada vitalitas pria, hingga kurangnya informasi mengenai prosedur ini, membuatnya kurang diminati oleh pria Indonesia.

Meski begitu, hingga kini, vasektomi tetap menjadi salah satu pilihan dalam program KB Indonesia, terutama untuk pasangan yang sudah tidak berencana memiliki anak lagi.

Program KB di Indonesia juga menekankan pentingnya tanggung jawab bersama antara suami dan istri dalam merencanakan keluarga, meski pada kenyataannya, metode kontrasepsi masih lebih banyak digunakan oleh perempuan.

Membagi Tanggung Jawab Reproduksi

Selama ini, beban kontrasepsi umumnya lebih banyak ditanggung oleh perempuan, melalui metode seperti pil KB, suntik, atau IUD. Vasektomi memberikan pria kesempatan untuk turut serta dalam berbagi tanggung jawab tersebut.

Tanggung jawab kesehatan reproduksi seharusnya tidak hanya dipikul oleh satu pihak, tetapi menjadi keputusan bersama antara suami dan istri. Dengan vasektomi, pria bisa mengambil langkah proaktif dalam mencegah kehamilan dan membantu mengurangi risiko yang harus dihadapi perempuan dalam penggunaan kontrasepsi.

Kekhawatiran Pasangan terhadap Vasektomi

Meskipun vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi yang aman dan efektif, beberapa pasangan merasa khawatir mengenai dampak sosial dan emosional yang mungkin terjadi setelah prosedur ini. 

Salah satu kekhawatiran yang sering muncul adalah dari pihak istri, yang mungkin merasa takut jika suaminya lebih terbuka untuk berhubungan intim dengan wanita lain setelah vasektomi, karena tidak ada lagi risiko kehamilan di luar nikah.

Hal ini bisa memicu rasa tidak percaya atau cemas dalam hubungan. Namun, penting untuk diingat bahwa vasektomi bukanlah solusi untuk masalah kesetiaan, melainkan bagian dari tanggung jawab bersama dalam perencanaan keluarga. 

Komunikasi terbuka antara suami dan istri sangatlah penting untuk membicarakan kekhawatiran tersebut. Vasektomi harus dilihat sebagai upaya positif dalam merencanakan keluarga, bukan sebagai ancaman terhadap kesetiaan.

Melalui dialog terbuka, pasangan bisa memahami bahwa keputusan untuk melakukan vasektomi bertujuan untuk kesejahteraan bersama, dan komitmen dalam hubungan tidak bergantung pada metode kontrasepsi yang dipilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun