Indonesia telah lama bercita-cita untuk menjadi pusat fesyen Muslim dunia, dengan tahun 2024 ditetapkan sebagai target utama untuk mencapai visi ini.
Salah satu momentum penting dalam perjalanan ini adalah High Level Discussion (HLD) bertajuk "Indonesia: Pusat Ekonomi Islam Dunia", yang diadakan pada tahun 2018. Dalam HLD tersebut, salah satu fokus pembahasannya adalah "Menjadi Pusat Fesyen Muslim Dunia 2024", yang menyoroti potensi besar Indonesia di sektor fesyen Muslim.
Saya berkesempatan untuk mengikuti diskusi penting ini sebagai salah satu anggota Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI). Diskusi ini merumuskan berbagai langkah strategis yang diharapkan dapat membawa Indonesia ke panggung fesyen Muslim global.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan industri, perjalanan menuju pencapaian ini tetap menghadapi tantangan yang signifikan. Dengan tahun 2024 yang semakin dekat, pertanyaannya adalah apakah impian ini dapat terwujud?
Berikut adalah analisis menyeluruh mengenai peluang dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam meraih tujuannya sebagai kiblat fesyen Muslim global.
Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 230 juta jiwa. Ini secara otomatis memberikan permintaan domestik yang sangat besar terhadap fesyen Muslim, termasuk pakaian yang sopan (modest fashion).
Pada tahun 2022, nilai impor fesyen di Indonesia mencapai USD 1,62 miliar, yang menunjukkan betapa besarnya potensi pasar domestik ini. Namun, meskipun pasar dalam negeri sangat menjanjikan, ekspor fesyen Muslim Indonesia masih jauh di belakang dibandingkan negara-negara non-Muslim seperti China, Turki, dan India, yang merupakan eksportir utama fesyen Muslim ke negara-negara OKI.
Tantangan Impor yang Tinggi
Salah satu ironi besar dalam perjalanan Indonesia menuju pusat fesyen Muslim global adalah tingginya nilai impor pakaian Muslim. Indonesia, yang seharusnya menjadi produsen besar di industri ini, justru termasuk dalam enam besar negara OKI yang menerima impor pakaian Muslim.
Pada tahun 2023 dan semester I tahun 2024, nilai impor tekstil dan produk tekstil Indonesia meningkat lagi, dengan angka USD 3,5 miliar hanya dalam periode Januari hingga Mei 2024. Ini menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia pada produk impor masih tinggi, dan hal ini menjadi salah satu tantangan terbesar untuk mencapai target sebagai pusat fesyen Muslim global.
Walau berbagai upaya telah dilakukan, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan besar. Salah satunya adalah kemampuan produksi dan teknologi. Negara-negara seperti China dan Bangladesh telah lama menguasai industri manufaktur tekstil global dengan efisiensi tinggi dan biaya produksi rendah.
Indonesia masih tertinggal dalam hal infrastruktur manufaktur dan teknologi produksi masal, yang membuatnya sulit bersaing dalam harga dan skala.
Selain itu, penguasaan jaringan distribusi global masih menjadi kendala. Meskipun beberapa desainer dan merek lokal telah mulai menembus pasar internasional, distribusi yang efektif dan keberlanjutan di pasar global membutuhkan strategi jangka panjang, yang tidak selalu mudah dicapai oleh industri lokal.
Negara-negara seperti Italia dan Prancis, misalnya, memiliki jaringan distribusi yang mapan, memungkinkan mereka mengekspor fesyen Muslim secara efisien ke seluruh dunia.
Di tengah tantangan ini, penting untuk diakui bahwa tren global fesyen Muslim terus berkembang pesat. Merek-merek besar seperti Nike, Adidas, H&M, bahkan Louis Vuitton dan Dolce & Gabbana telah meluncurkan produk fesyen Muslim yang dirancang khusus untuk memenuhi permintaan konsumen Muslim global.
Merek-merek ini tidak hanya mendominasi pasar Barat, tetapi juga mulai merambah pasar di Timur Tengah dan Asia, termasuk Indonesia.
Langkah Selanjutnya: Membangun Ekosistem yang Kuat
Dengan waktu yang semakin mendesak, apa yang perlu dilakukan Indonesia untuk benar-benar menjadi pusat fesyen Muslim dunia?
- Meningkatkan Kapasitas Produksi Lokal:Â Pemerintah dan pelaku industri perlu memperkuat industri manufaktur fesyen domestik. Investasi dalam teknologi, pendidikan, dan infrastruktur sangat penting untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
- Memperluas Jaringan Distribusi Global:Â Selain fokus pada produksi, Indonesia harus membangun jaringan distribusi global yang lebih kuat. Ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan negara-negara mitra perdagangan serta memperkuat peran kantor dagang luar negeri.
- Mendukung Inovasi dan Keberlanjutan:Â Tren global saat ini menuntut fesyen yang tidak hanya modis, tetapi juga berkelanjutan. Kolaborasi antara pelaku industri dengan desainer dan produsen tekstil lokal harus difokuskan pada inovasi material yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
- Memanfaatkan Media Sosial dan Influencer:Â Media sosial telah memainkan peran besar dalam mempromosikan fesyen Muslim di seluruh dunia. Pengaruh dari para influencer fesyen Muslim dan selebriti yang mendukung modest fashion dapat membantu memperluas jangkauan merek lokal Indonesia ke pasar global.
- Mempertahankan Kolaborasi yang Erat: Kolaborasi antar pelaku industri, pemerintah, dan desainer lokal merupakan kunci untuk mewujudkan ambisi besar ini. JMFW dan IMFW adalah platform penting yang harus terus didukung dan dikembangkan.
Inisiatif Pemerintah dan Dukungan Industri
Pemerintah Indonesia melalui berbagai kementerian, termasuk Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, telah meluncurkan berbagai program untuk mendukung industri fesyen Muslim.
Salah satu inisiatif terbesar adalah Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW), yang bertujuan mempromosikan produk-produk fesyen Muslim lokal ke kancah global. Acara ini menjadi ikon kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga pelaku industri, untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia.
Selain JMFW, terdapat inisiatif seperti Indonesia Modest Fashion Week (IMFW), yang turut dipromosikan oleh 46 kantor dagang Indonesia di luar negeri. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat ekspor fesyen Muslim Indonesia, meskipun saat ini angka ekspor tersebut masih jauh dari harapan.
Inovasi dalam Industri Fesyen Muslim
Seiring dengan meningkatnya permintaan untuk fesyen yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya, inovasi di sektor ini juga terus berkembang. Beberapa merek fesyen Muslim dari Indonesia telah mulai memasuki pasar internasional, dengan menggabungkan inovasi seperti pakaian berbahan kain yang dapat menyerap cahaya kaya vitamin D atau pakaian olahraga sopan seperti hijab tahan air dan angin.
Inovasi-inovasi ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di kancah global, asalkan didukung dengan strategi pemasaran dan distribusi yang tepat.
Tantangan Regulasi dan Infrastruktur
Di samping tantangan ekspor dan inovasi, ada juga beberapa tantangan regulasi dan infrastruktur yang perlu diatasi. Salah satu kendala terbesar adalah memastikan bahwa seluruh rantai pasokan fesyen Muslim di Indonesia mematuhi standar keberlanjutan dan etika.
Negara-negara seperti Uni Eropa dan beberapa negara bagian di AS, seperti New York, telah memperkenalkan regulasi baru untuk memastikan keberlanjutan dalam produksi fesyen. Indonesia perlu menyesuaikan diri dengan regulasi ini jika ingin benar-benar memasuki pasar internasional.
Selain itu, pengembangan infrastruktur untuk mendukung industri fesyen, seperti sekolah-sekolah mode yang mampu menghasilkan desainer fesyen Muslim berkualitas, juga menjadi kebutuhan mendesak. Kerjasama dengan perusahaan tekstil seperti Asia Pacific Rayon (APR) yang fokus pada pengembangan kain berkelanjutan bisa menjadi salah satu langkah positif ke arah ini.
Kesimpulan
Indonesia memiliki semua elemen yang diperlukan untuk menjadi pusat fesyen Muslim global. Indonesia berada di posisi strategis untuk menjadi pusat fesyen Muslim global.
Dengan populasi Muslim terbesar di dunia, dukungan kuat dari pemerintah, serta inovasi yang berkembang pesat dalam sektor fesyen Muslim, Indonesia memiliki fondasi yang solid untuk mencapai ambisi ini.
Namun demikian, mencapai status sebagai kiblat fesyen Muslim dunia pada tahun 2024 memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan terkoordinasi. Tantangan seperti ketergantungan pada impor, regulasi internasional, dan infrastruktur harus diatasi dengan langkah-langkah strategis yang matang.
Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia masih memiliki peluang besar untuk meraih target ini, meskipun waktu terus berjalan menuju tahun 2024.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H