Perjalanan ziarah ini membawa kita kembali ke masa lalu, ketika Indonesia masih berada di bawah penjajahan dan semangat kemerdekaan tumbuh di setiap sudut negeri. Salah satu simbol perjuangan yang tak lekang oleh waktu adalah lagu kebangsaan kita, "Indonesia Raya," karya Wage Rudolf Soepratman.
Lagu Indonesia Raya tidak hanya menjadi penggerak semangat nasionalisme, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kebesaran bangsa.
Mengunjungi makam W.R. Soepratman di Surabaya bukan hanya bentuk penghormatan kepada sang maestro, tetapi juga kesempatan untuk lebih mengenal sosok yang dengan ketulusan hati mempersembahkan karyanya untuk tanah air tercinta.
Melalui ziarah ini, kita diingatkan akan jasa-jasa beliau yang dengan biola dan liriknya menyatukan tekad bangsa menuju kemerdekaan.
Mengenal Lebih Dekat Sang Pencipta Lagu Kebangsaan
Wage Rudolf Soepratman lahir di Jatinegara, Jakarta pada 9 Maret 1903. Ia adalah seorang yang multitalenta: seorang guru, wartawan, pemain biola, sekaligus komponis. Beliau lahir dari keluarga sederhana dan memulai pendidikannya di Frobelschool di Jakarta pada usia 4 tahun.
Setelah pindah ke Makassar bersama kakaknya, Ny. Rukiyem, Soepratman melanjutkan pendidikannya hingga lulus dari Tweede Inlandscheschool pada tahun 1917. Di Makassar, bakat musiknya mulai berkembang, berkat pengaruh kakak iparnya, W.M. Van Eldick, yang menghadiahinya sebuah biola saat usianya 17 tahun.
Alat musik ini menjadi kunci bagi perjalanan hidupnya. Bersama Van Eldick, Soepratman mendirikan grup musik Jazz bernama Black And White, tetapi nasib memiliki rencana lain.Â
Kepandaian Soepratman dalam bermusik kemudian dimanfaatkan untuk menciptakan lagu-lagu perjuangan yang membakar semangat kebangsaan, dengan karya puncaknya, "Indonesia Raya."
Kisah di Balik Lagu "Indonesia Raya"