Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Napak Tilas Sejarah di Sumenep-Madura: Menyusuri Jejak Kemegahan Keraton, Masjid Jamik, dan Menikmati Sate Bluto

1 September 2024   14:58 Diperbarui: 1 September 2024   15:03 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam kompleks keraton, saya menemukan Gedong Negeri, sebuah bangunan yang dulunya digunakan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi pemerintahan keluarga keraton. Kini, Gedong Negeri telah berubah fungsi menjadi Kantor Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Sumenep, namun pesona sejarahnya tetap terasa kuat.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Tak jauh dari keraton, saya melangkah ke Taman Sare, sebuah taman yang dahulu menjadi tempat pemandian putra-putri adipati. Di tengah-tengah taman ini, saya bisa merasakan ketenangan dan kedamaian yang seakan mengajak saya untuk merenungi kejayaan masa lalu. Berjalan di sekitar kompleks keraton ini membawa saya pada bayangan kehidupan kerajaan di masa lampau, ketika para bangsawan Madura masih berkuasa dengan segala tradisi dan kebudayaan adiluhungnya.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Setelah puas mengeksplorasi keraton, perjalanan napak tilas saya berlanjut menuju Masjid Jamik Sumenep. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga sebuah simbol keagungan arsitektur dan spiritualitas masyarakat Sumenep. Saat pertama kali melihatnya, saya terpesona oleh keunikan arsitekturnya. Dibangun oleh Panembahan Somala pada abad ke-18, masjid ini memiliki gaya arsitektur yang unik, mirip dengan kastil dan kuil-kuil di Jepang, hasil rancangan seorang arsitek Tionghoa bernama Law Pia Ngho.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Yang menarik, posisi Masjid Jamik ini tidak sembarangan. Alun-alun kota menjadi pusatnya, dan jika kita berdiri di alun-alun menghadap ke barat, kita akan melihat masjid ini berdiri megah. Ini melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan, sesuai dengan ajaran Islam. Sementara itu, jika kita berbalik menghadap ke timur, kita akan melihat Keraton Sumenep yang melambangkan hubungan manusia dengan sesama.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Filosofi tata kota ini mengingatkan saya pada ajaran Hindu, di mana timur melambangkan kehidupan, tempat manusia menjalani kehidupannya di dunia, dan barat melambangkan kematian serta akhirat. Keharmonisan antara ajaran Islam dan filosofi Hindu dalam penataan kota ini membuat saya semakin menghargai betapa dalamnya makna di balik setiap sudut kota Sumenep.

Setelah menelusuri sejarah dan arsitektur kota, perut saya mulai meronta-ronta minta diisi. Saat itulah saya memutuskan untuk mencoba kuliner khas Sumenep yang terkenal, Sate Bluto. Sate ini memiliki keunikan tersendiri, dengan potongan daging yang besar dan bumbu kacang yang gurih. 

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Ketika pertama kali mencicipinya, saya langsung terkesan dengan rasa daging yang empuk dan bumbu yang meresap sempurna. Lezatnya Sate Bluto benar-benar memanjakan lidah saya dan menjadi pelengkap yang sempurna untuk perjalanan saya kali ini. Sate ini terasa sangat istimewa, membuat saya ingin mencicipinya lagi di kunjungan berikutnya ke Sumenep.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun