Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Saat Atasan Tone Deaf, Bagaimana Menghadapinya dengan Bijak?

29 Agustus 2024   08:01 Diperbarui: 29 Agustus 2024   08:20 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan AI: Copilot.Microsoft 

Dalam situasi ini, penting untuk mengingat bahwa menghormati seseorang tidak berarti kita harus mengorbankan kesejahteraan kita. Menjaga komunikasi yang terbuka dan jujur bisa membantu menjembatani kesenjangan tersebut.

Menghadapi Berbagai Reaksi

Saat kita berbicara dengan atasan tentang sikap mereka yang kurang peka, ada berbagai reaksi yang mungkin muncul. Ada atasan yang langsung memahami dan berusaha memperbaiki diri, tapi ada juga yang defensif dan merasa bahwa kita mengkritik mereka secara pribadi.

Jika ini terjadi, penting untuk tetap tenang dan tidak terlibat dalam konfrontasi yang tidak perlu. Kita bisa memberikan mereka waktu untuk merenung, atau, jika diperlukan, melibatkan pihak lain dalam perusahaan untuk membantu menyelesaikan masalah.

Akhir Kata

Menghadapi atasan atau orang yang seharusnya kita hormati yang tone deaf adalah salah satu ujian dalam perjalanan profesional yang bisa sangat menantang, bahkan menguras emosi. Namun, tantangan ini bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk tumbuh sebagai individu yang lebih bijak dan dewasa.

 Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan AI: Copilot.Microsoft 
 Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan AI: Copilot.Microsoft 

Pada dasarnya, kita semua memiliki keinginan yang sama untuk diakui, dihargai, dan dipahami. Sayangnya, tidak semua orang memiliki kemampuan atau kesadaran untuk menunjukkan empati secara efektif.

Mungkin karena pengalaman hidup mereka sendiri, atau karena mereka terbentuk oleh lingkungan yang tidak peka terhadap perasaan orang lain. Tetapi ini bukan berarti kita harus menerima keadaan ini begitu saja tanpa mencari solusi yang sehat.

Dalam menghadapi atasan atau figur yang tone deaf, ingatlah bahwa kekuatan sejati terletak pada bagaimana kita merespons situasi tersebut. Kebijakan, kesabaran, dan keterampilan komunikasi menjadi kunci penting.

Tetaplah tenang dalam menghadapi ketidakpekaan mereka, namun jangan ragu untuk menyuarakan perasaan dan kebutuhan kita dengan cara yang konstruktif dan penuh hormat.

Tidak mudah untuk menemukan keseimbangan antara menghormati otoritas dan menjaga martabat diri sendiri, namun hal ini bisa dilakukan. Dengan belajar bagaimana berkomunikasi secara efektif dan menetapkan batasan yang sehat, kita bisa menghadapi situasi sulit ini dengan kepala tegak.

Penting untuk mengingat bahwa menjaga kesejahteraan diri kita adalah prioritas, dan itu bukan tindakan egois---melainkan langkah yang perlu untuk tetap produktif dan bahagia dalam lingkungan kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun